Penulis: Mei Liana & Dita Faisal
Nama Ria M. memang belum wara-wiri di dunia kepenulisan. Tapi kecintaannya di bidang menulis, juga kegigihannya dalam meraih mimpi, pasti akan menjadi saksi dalam membesarkan namanya nanti.
Perempuan bernama lengkap Riani ini lahir pada 4 April 1997, di Desa Jati Datar, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah. Tak seberuntung anak-anak perempuan yang tinggal di perkotaan, Ria hanya mendapat kesempatan untuk merasakan bangku sekolah hingga tingkat SMP saja. Bayangannya untuk bisa mengenakan seragam putih abu-abu, terusir akibat tak adanya dukungan dari orang sekitar. Apalagi bagi keluarganya, sekolah bukanlah sebuah keharusan yang wajib ditunaikan. Budaya menikah di usia muda pun seolah menjadi tradisi yang harus segera dilaksanakan, ketika usia sudah menginjak remaja.
Tak Ada Pilihan, Ria Memilih Menikah di Usia Muda
Ria memilih untuk menikah di usianya yang masih belia. Umurnya masih 16 tahun saat ia menerima pinangan dari seorang lelaki bernama Mulyadi, yang saat itu juga baru berusia 21 tahun. Dua tahun membina rumah tangga, Ria dan Mulyadi dikaruniai seorang anak.
"Aku anak semata wayang, perempuan, dan ibu nggak rela aku keluar jauh-jauh meskipun untuk sekolah. Aku sempat nangis-nangis, mohon-mohon, tapi ibu tetap tidak memberi izin. Ibu sepertinya masih ngikut paham lama bahwa anak perempuan desa nggak akan mungkin meraih mimpi, cuma di rumah ujungnya. Jadi, sugesti-sugesti itu yang bikin aku nyerah. Ya, udahlah. Toh kalau aku nekat sekolah, aku nggak dapat restu. Nanti malah celaka atau bagaimana nanti aku disalahin," ceritanya mengenang masa lalu.
Meski menikah dengan pria pilihannya, namun dari hati kecilnya, Ria sebenarnya ingin melanjutkan sekolahnya hingga ke bangku SMA. Apalagi jaminan masuk SMA tanpa tes telah dikantonginya karena nilai akademiknya yang selalu berada dikisaran 10 besar. Tapi apalah daya, dukungan orang tua tak berpihak pada semangatnya yang bergejolak.
"Dulu aku padahal dapat kayak samacam keringanan. Masuk daftar anak rangking yang bisa masuk 10 sekolah SMA tanpa tes. Dan karena guruku sayang kalau aku nggak nerusin lagi, aku sempat mau di sekolahin gratis juga."
Kini, peran menjadi seorang isteri dan seorang ibu harus ia jalani sepenuh hati. Penyuka warna oranye ini pun fokus pada pekerjaan utamanya sebagai ibu rumah tangga, mengurus rumah dan anak yang sekarang menginjak usia 3 tahun. Sementara suaminya, pulang seminggu sekali, bekerja di desa yang berbeda untuk menjadi pekerja bangunan.
Meski ditinggal suami bekerja, Ria tak pernah takut, karena di rumah, Ria tinggal bersama ibu dan ayahnya. Setiap harinya, ibunya rutin mencari pakan sapi dan kambing milik keluarga, sementara ayahnya menyediakan jasa pijat refleksi di rumah. Apa yang Ria rasakan saat ini ia jalani dengan penuh semangat dan penuh rasa syukur.
Kesempatan untuk meneruskan sekolah jelas tak lagi didapatnya. Meski demikian, Ria terus berusaha untuk mengikuti sistem kejar paket C. Ria pun berkeinginan membawa ibu muda lainnya untuk juga berpikiran maju sepertinya.
Inisial M yang Selalu Mengingatkan
Nama Ria M. dipilih sebagai nama populernya. Ria berkata bahwa inisial M sengaja dipilihnya tanpa melengkapinya. Saat ditanya, Ria menjelaskan bahwa M yang dimaksud adalah inisial suami dan buah hatinya.
"M selain inisial nama suami dan anak saya juga bermakna "Menulis", jadi "M" itu bagi saya adalah sebuah motivasi tersendiri untuk saya terus menulis dan berkarya," jelas Ria tentang nama belakangnya yang disingkat.
Menulis Profil Sahabat JPI dan Sinopsis FTV
Menjadi ibu di usia muda tak lantas menjadikan produktivitasnya terhenti. Di saat ibu muda lainnya pasrah pada keadaan, Ria justru bertekad untuk maju dan berujuang menggapai masa depan. Beruntung Ria dan pasangannya saling mendukung dalam mengembangkan bakat dan minat masing-masing. Mulyadi menekuni bidang otomotif dan mekanik, sementara Ria berkutat pada hobinya di bidang kepenulisan.
Nama Lengkap: Riani
Nama Populer: Ria M.
Lahir: Jati Datar, Lampung Tengah, 04-04-1997
Pendidikan:
- SDN 1 Jati Datar, Kec. Bandar Mataram, Kab. Lampung Tengah
- SMPN 1 Bandar Mataram, Kec. Bandar Mataram, Kab. Lampung Tengah
Prestasi:
- Piagam penghargaan ranking 1 berturut-turut (Kelas 1-4 SD)
- Piagam penghargaan Juara 2 lomba menulis quotes nasional (online)
Karya:
- Juara 2 quotes dalam event tema waktu
- Juara 2 dalam buku kumcer "Neon untuk Ibu" dengan cerpen tema tahun baru "Sepercik Kisah dipergantian Tahun"
- Puisi "Seribu Cinta dari Mecca" dalam "Lentera Hidup" terbitan mecca publishing bersama 29 penulis
Medsos:
Fb: Riani Ria
Nama Ria M. memang belum wara-wiri di dunia kepenulisan. Tapi kecintaannya di bidang menulis, juga kegigihannya dalam meraih mimpi, pasti akan menjadi saksi dalam membesarkan namanya nanti.
Perempuan bernama lengkap Riani ini lahir pada 4 April 1997, di Desa Jati Datar, Kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah. Tak seberuntung anak-anak perempuan yang tinggal di perkotaan, Ria hanya mendapat kesempatan untuk merasakan bangku sekolah hingga tingkat SMP saja. Bayangannya untuk bisa mengenakan seragam putih abu-abu, terusir akibat tak adanya dukungan dari orang sekitar. Apalagi bagi keluarganya, sekolah bukanlah sebuah keharusan yang wajib ditunaikan. Budaya menikah di usia muda pun seolah menjadi tradisi yang harus segera dilaksanakan, ketika usia sudah menginjak remaja.
Ria saat perpisahan SMPN 1 Bandar Mataram, Lampung Tengah |
Ria memilih untuk menikah di usianya yang masih belia. Umurnya masih 16 tahun saat ia menerima pinangan dari seorang lelaki bernama Mulyadi, yang saat itu juga baru berusia 21 tahun. Dua tahun membina rumah tangga, Ria dan Mulyadi dikaruniai seorang anak.
"Aku anak semata wayang, perempuan, dan ibu nggak rela aku keluar jauh-jauh meskipun untuk sekolah. Aku sempat nangis-nangis, mohon-mohon, tapi ibu tetap tidak memberi izin. Ibu sepertinya masih ngikut paham lama bahwa anak perempuan desa nggak akan mungkin meraih mimpi, cuma di rumah ujungnya. Jadi, sugesti-sugesti itu yang bikin aku nyerah. Ya, udahlah. Toh kalau aku nekat sekolah, aku nggak dapat restu. Nanti malah celaka atau bagaimana nanti aku disalahin," ceritanya mengenang masa lalu.
Meski menikah dengan pria pilihannya, namun dari hati kecilnya, Ria sebenarnya ingin melanjutkan sekolahnya hingga ke bangku SMA. Apalagi jaminan masuk SMA tanpa tes telah dikantonginya karena nilai akademiknya yang selalu berada dikisaran 10 besar. Tapi apalah daya, dukungan orang tua tak berpihak pada semangatnya yang bergejolak.
"Dulu aku padahal dapat kayak samacam keringanan. Masuk daftar anak rangking yang bisa masuk 10 sekolah SMA tanpa tes. Dan karena guruku sayang kalau aku nggak nerusin lagi, aku sempat mau di sekolahin gratis juga."
Kini, peran menjadi seorang isteri dan seorang ibu harus ia jalani sepenuh hati. Penyuka warna oranye ini pun fokus pada pekerjaan utamanya sebagai ibu rumah tangga, mengurus rumah dan anak yang sekarang menginjak usia 3 tahun. Sementara suaminya, pulang seminggu sekali, bekerja di desa yang berbeda untuk menjadi pekerja bangunan.
Kesempatan untuk meneruskan sekolah jelas tak lagi didapatnya. Meski demikian, Ria terus berusaha untuk mengikuti sistem kejar paket C. Ria pun berkeinginan membawa ibu muda lainnya untuk juga berpikiran maju sepertinya.
Bersama anak, Muhammad Khozin Alghofari |
Nama Ria M. dipilih sebagai nama populernya. Ria berkata bahwa inisial M sengaja dipilihnya tanpa melengkapinya. Saat ditanya, Ria menjelaskan bahwa M yang dimaksud adalah inisial suami dan buah hatinya.
"M selain inisial nama suami dan anak saya juga bermakna "Menulis", jadi "M" itu bagi saya adalah sebuah motivasi tersendiri untuk saya terus menulis dan berkarya," jelas Ria tentang nama belakangnya yang disingkat.
Menulis Profil Sahabat JPI dan Sinopsis FTV
Menjadi ibu di usia muda tak lantas menjadikan produktivitasnya terhenti. Di saat ibu muda lainnya pasrah pada keadaan, Ria justru bertekad untuk maju dan berujuang menggapai masa depan. Beruntung Ria dan pasangannya saling mendukung dalam mengembangkan bakat dan minat masing-masing. Mulyadi menekuni bidang otomotif dan mekanik, sementara Ria berkutat pada hobinya di bidang kepenulisan.
Sejak tahun 2017, Ria mencoba menulis sinopsis FTV dan mengirimkannya pada PH yang ada. Namun tulisannya berkali-kali ditolak, bahkan tak jarang komentar pedas diterimanya. Tapi, hal itu tentu tak membuatnya menyerah. Ia semakin giat mengikuti grup-grup kepenulisan, mencari tahu informasi tentang PH, penulis skenario, orang perfilm-an lewat sosial media. Hingga akhirnya suatu kali ia berhasil berkomunikasi dengan penulis novel, buku, dan skenario Endik Koeswoyo. Dari komunikasi itulah Ria kemudian bergabung dengan grup kepenulisan Jaringan Penulis Indonesia (JPI) bentukan Endik Koeswoyo.
Bergabung dengan JPI tidak serta merta memuluskan jalan Ria untuk menulis sinopsis yang dikirimkan setiap Sabtu ke email Endik Koeswoyo. Berkali-kali ide cerita yang ditawarkannya ditolak. Bahkan kritikan pedas acap kali membumbui rasa kecewanya.
"Ngga apa-apa ditolak, dikomentarin pahiiiit. Aku bikin lagi karena aku memang seneng," ucapannya menyemangati diri.
Melalui komunitas menulis Jaringan Penulis Indonesia, Ria mengaku banyak menyerap ilmu dari teman sesama anggota. Ria selalu menyempatkan diri untuk menyimak perbincangan dalam grup whatsapp JPI, dan aktif terlibat dalam diskusi kepenulisan.
Tinggal di desa dan memiliki seorang anak memacu Ria untuk terus berkarya. Kepada tim JPI, Ria menceritakan tentang caranya membagi jadwal antara menulis dengan mengurus anak. Ria akan meluangkan waktunya untuk menulis dini hari hingga menjelang subuh, tentu ketika anaknya telah terlelap.
"Biasanya malam. Tidur ba'da Isya, bangun lagi jam 12 sampai jam 4 (baca dan nulis). Kalau siang sambil urus anak, aku bawa buku. Kalau-kalau ada ide langsung aku catat. Aku yakin kegigihanlah yang mengantarkanku sampai kenal dengan orang-orang hebat. Dan aku yakin, kegigihanku jugalah yang nanti mudah-mudahan bisa mengantarkanku sukses. Amin."
Satu prinsip Ria yang ia pegang teguh adalah keyakinan dan upaya untuk terus berlatih. Walaupun sering dianggap remeh tetangganya di desa, tapi penyuka tempe ini tetap saja Percaya diri.
"Diejek orang, kalau aku bergaya kayak penulis senior belagak ngarang segala. He he, aku senyum aja. Dalam hati bilang bahwa mereka tidak tahu bahwa penyanyi top pun dulunya pernah ngamen, pernah di bawah dari nol, begitupun dengan penulis. Kadang aku dibilang kayak rentenir (saat bawa buku). Ah, masa bodoh. Pokoknya aku gigih pengen sukses. Titik. Gitu aja dalam hati."
Banyak sudah profil sahabat JPI yang telah ditulisnya, diantaranya profil DA Akhyar, profil Zhivna Afniza, profil produser cantik Net TV Ollie Aulia, dan profil Niya Kaniya. Rasa ingin tahunya begitu besar, sebesar keinginanya mengasah kemampuan dan menambah kemahiran dalam menulis. Jangan heran kalau Ria banyak menulis profil sahabat JPI, karena salah satu cita-citanya adalah menjadi penulis biografi. Kita tunggu profil sahabat JPI lain yang masih sedang digarapnya, ya! Sukses terus ya, Ria. (M)
Profil:Bergabung dengan JPI tidak serta merta memuluskan jalan Ria untuk menulis sinopsis yang dikirimkan setiap Sabtu ke email Endik Koeswoyo. Berkali-kali ide cerita yang ditawarkannya ditolak. Bahkan kritikan pedas acap kali membumbui rasa kecewanya.
"Ngga apa-apa ditolak, dikomentarin pahiiiit. Aku bikin lagi karena aku memang seneng," ucapannya menyemangati diri.
Melalui komunitas menulis Jaringan Penulis Indonesia, Ria mengaku banyak menyerap ilmu dari teman sesama anggota. Ria selalu menyempatkan diri untuk menyimak perbincangan dalam grup whatsapp JPI, dan aktif terlibat dalam diskusi kepenulisan.
Tinggal di desa dan memiliki seorang anak memacu Ria untuk terus berkarya. Kepada tim JPI, Ria menceritakan tentang caranya membagi jadwal antara menulis dengan mengurus anak. Ria akan meluangkan waktunya untuk menulis dini hari hingga menjelang subuh, tentu ketika anaknya telah terlelap.
"Biasanya malam. Tidur ba'da Isya, bangun lagi jam 12 sampai jam 4 (baca dan nulis). Kalau siang sambil urus anak, aku bawa buku. Kalau-kalau ada ide langsung aku catat. Aku yakin kegigihanlah yang mengantarkanku sampai kenal dengan orang-orang hebat. Dan aku yakin, kegigihanku jugalah yang nanti mudah-mudahan bisa mengantarkanku sukses. Amin."
Satu prinsip Ria yang ia pegang teguh adalah keyakinan dan upaya untuk terus berlatih. Walaupun sering dianggap remeh tetangganya di desa, tapi penyuka tempe ini tetap saja Percaya diri.
"Diejek orang, kalau aku bergaya kayak penulis senior belagak ngarang segala. He he, aku senyum aja. Dalam hati bilang bahwa mereka tidak tahu bahwa penyanyi top pun dulunya pernah ngamen, pernah di bawah dari nol, begitupun dengan penulis. Kadang aku dibilang kayak rentenir (saat bawa buku). Ah, masa bodoh. Pokoknya aku gigih pengen sukses. Titik. Gitu aja dalam hati."
Banyak sudah profil sahabat JPI yang telah ditulisnya, diantaranya profil DA Akhyar, profil Zhivna Afniza, profil produser cantik Net TV Ollie Aulia, dan profil Niya Kaniya. Rasa ingin tahunya begitu besar, sebesar keinginanya mengasah kemampuan dan menambah kemahiran dalam menulis. Jangan heran kalau Ria banyak menulis profil sahabat JPI, karena salah satu cita-citanya adalah menjadi penulis biografi. Kita tunggu profil sahabat JPI lain yang masih sedang digarapnya, ya! Sukses terus ya, Ria. (M)
Nama Lengkap: Riani
Nama Populer: Ria M.
Lahir: Jati Datar, Lampung Tengah, 04-04-1997
Pendidikan:
- SDN 1 Jati Datar, Kec. Bandar Mataram, Kab. Lampung Tengah
- SMPN 1 Bandar Mataram, Kec. Bandar Mataram, Kab. Lampung Tengah
Prestasi:
- Piagam penghargaan ranking 1 berturut-turut (Kelas 1-4 SD)
- Piagam penghargaan Juara 2 lomba menulis quotes nasional (online)
Karya:
- Juara 2 quotes dalam event tema waktu
- Juara 2 dalam buku kumcer "Neon untuk Ibu" dengan cerpen tema tahun baru "Sepercik Kisah dipergantian Tahun"
- Puisi "Seribu Cinta dari Mecca" dalam "Lentera Hidup" terbitan mecca publishing bersama 29 penulis
Medsos:
Fb: Riani Ria
Posting Komentar untuk "Tamatan SMP, Ria M. Bercita-cita Jadi Penulis Skenario dan Biografi"