Behind
the secret admirer
By: Syammas Pinasthika Syarbini (Zuzu)
SEBELUM
baca cerpen ini, gue mau tanya sesuatu hal yang penting. Pernah nggak lo
memendam perasaan ke seseorang kakak kelas yang diidolakan satu sekolah dan lo
nggak pernah mengungkapkannya karena takut dihakimi masa (pelajar yang jadi
fansnya)?
Kalau
ya, artinya lo dalam zona secret admirer
atau pemuja rahasia. Menjadi secret
admirer di sebgian orang dianggap pengecut (Ya mungkin gue termasuk orang
yang pengecut, it’s OK). Tapi menjadi pengagum rahsia adalah
cara paling aman memperhatikan setiap gerak-gerikanya atau mencuri-curi pandang
ke arah wajahnya yang tak pernah bosan untuk mentapnya. Itu keuntungannya.
Sementara kerugiannya, tidak boleh merasa cemburu jika dia sedang dekat dengan
cowok lain dan juga serasa berjalan padahal diam di tempat. Maksudnya merasa
sudah sangat mengenalmya tapi padahal kita hanya berstatus temannya atau orang yang dikenalnya saja tidak lebih. Gue
mendadak bijak.
Hal
itu terjadi sama gue. Sewaktu gue SMA kelas satu (masih lugu, polos, dan
masukin baju ke celana), gue pernah diam-diam mengaggumi Kakak kelas yang juga
dikagumi sama cowok-cowok normal di sekolah. Gue ikut ngefans sama dia karena
takut dibilang nggak normal. Bisa dibilang dia itu artis diangkatannya, bahkan
sampai tujuh angkatan dibawahnya juga mengenalinya. Rekor ini mengalah
ketenaran kepala sekolah pertama di sekolah ini yang nggak pernah dibahas
sedikit pun oleh murid-muridnya.
Nama
Kakak kelas itu adalah Nabila Notonegoro. Dia anak XI IPA yang kelasnya
bersebelahan dengan kelas gue. Dewi Fortuna berpihak pada gue! Kak Nabila
adalah perempuan yang sangat idela bagi para cowok-cowok normal dan tidak
normal sekali pun. Dengan paras yang kebaratan, kulit bersih seperti susu sapi New
Zeland, dan matanya yang mampu membuat setiap cowok yang memandangnya jadi lupa
diri. “Gue anak siapa?”, “Ini di mana?”,
atau “Kenapa muka gue jelek banget?” contohnya.
Apalagi
kalau Kak Nabila sedang bermain piano di ruang musik, cowok-cowok langsung
bergelimpangan di jalan-jalan mirip ikan teri lagi disiangin. Kadang gue ikutan
bergelimpangan juga sih kalau lagi nggak pakai baju putih.
“Kak
Nabila itu kayak bidadari yang jatuh dari surga ya.” Kata Firdy sambil
memperhatikan Kak Nabila yang sedang berjalan menuju kelasnya dengan sangat
mempesona.
Gue
melirik ke atas lalu melirik ke arah Firdy. “Kalau ada bidadari yang jatuh dari
surga, pasti bidadari itu udah cedera parah. Minimal patah tulang paha sama
lengan!” Jawab gue serius.
“Susah
ah ngomong sama anak yang tukang gadoin buku RPAL!” Firdy memasang wajah kesal
seperti rentenir yang gagal menagih hutang.
$$$
Jujur,
saat itu emang saat-saat paling bodoh di antara kebodohan-kebodohan lainnya di
dalam hidup gue yang mendominasi. Kebodohan itu adalah, gue ngefans dan menjadi
secret admirer orang yang diidolakan satu sekolah. Boro-boro ngobrol atau
sekedar sapa. Sedikit main mata di kantin aja itu sudah membahayakan kelanjutan
hidup gue esok harinya. Dan menarik perhatian kak Nabila itu sesulit menghentikan
perdebatan teori ketuhanan dengan orang atheis.Karena bagaimana layaknya sang
artis sekolah, kak Nabila selalu menjaga kepopularitasannya dengan cara menjaga
dan menyaring teman-teman yang kece di pergaulannya. Nggak mungkin dia mau main
sama anak kecebong kayak gue.
Ditambah lagi dengan ketidak berdayaan gue,
bukan berarti gue anak yang jarang mandi lalu dikerubutin lalat dan sukangupil
terus upil asinya di makan sendiri. Gue itu orang yang tidak berdaya dalam
masalah menyatakn perasaan dan menunjukannya. Karena itu gue sering disalip
teman-teman di kelas dalam mendekati anak cewek atau ngumpulin tugas.
Orang
yang menjadi secret admirer itu bagaikan orang yang kebelet buang air tapi
nggak menemukan toiletnya. Bisa merasakannya tapi nggak bisa menyalurkannya.
Yah itu permisalan dari gue, coba cari yang lebih manusiawi lagi. Dan, orang
yang menyebut dirinya secret admirer itu akan mengetahui detail semua informasi
orang yang dia kagumi. Meskipun, mereka belum pernah menanyakan kepastiannya
secara langsung. Seperti gue yang tahu warna kesukaan Kak Nabila itu biru
langit, sering latihan piano di ruang musik saat sore hari, dan datang ke
sekolah pukul tujuh lewat liam menit. Dan yang paling penting adalah, artis
favoritnya adalah Vidi Aldiaono. Betapa
beruntungnya kau Vidi!
Yang
jadi fans dia itu banyak banget, mualai dari anak pintar,anak pintar yang nggak
benar-benar pintar, sampai anak yang sebenarnya nggak pintar tapi mengaku
pintar. Ok, pusingkan lo?
$$$
Dari
mana gue bisa tahu semua hal itu?
Gue
mendapat informasi-informasi itu melalui temannya, observasi lapangan, survei,
sedikit riset dan dari rasa keninginan untuk mencari tahu. Mirip seperti
prosedur perancangan skripsi.
Orang
yang menjadi pengagum rahasia akan memenuhi buku catatannya dengan perasaan hati
yang tidak tersampaikan, seperti prtmisalan buang air di atas. Nah, Di dalam
buku catatan matematika gue (yang masih banyak halamana kosong), gue sering
menulis huruf “N” lalu bentuk hati (Iya hati, bukan pankreas) lalu nama gue.
Dengan begitu gue sedikit senang dan sering senyum-senyum sendiri seperti
karyawan yang habis menerima surat kenaikan pangkat.
Semua
teman di kelas gue bilang, “Idih, alay banget lo nulis-nulis ginian!” Besoknya
mereka ikut-ikutan bikin . malah ada yang menulisnya di penyekat kelas pakai
spidol permanen. Kasmaran tingkat perusak properti sekolah.
Selain
nulis-nulis inisial nama dia di buku catatan matematika, gue juga pernanh
mengambar Kak Nabila yang bersebelahan dengan gue. Tapi, dikarenakan gue itu
nggak punya skill mengambar yang baik
ya.. Alhasil, gambar muka gue emang mirip Daniel Redclife lagi masuk angin
sementara gambar Kak Nabila terlihat mirip Angelina Joule over dosis dan kurang gizi.
Tolong, jangan dibayangkan!
Berhubung
gue nggak bisa gambar lebih bagus lagi dari itu, Akhirnya gambar maha karya
nggak berguna itu gue simpen di buku file agar gue mudah melihatnya. Terkadang,
gue sangat senang melihat gambar absurd
itu. Mungkin benar, di gambar itu Angelina Joulenya yang over dosis, tapi pada realitanya yang terlihat over dosisi itu gue,
karena terlalu sering menghirup nafas (di depan lem aika aibon). Nge-fly
kemudian sakau di tempat.
“Din,
ini lo gambar apaan?” Tanya Fahmi dengan wajah yang seakan melihat benda jijik.
“Eee..”
Gue gelagapan bingung mau jawab apa.
Fahmi
semakin merasa aneh dengan menaikan alis kirinya. “Hah!? E’e?”
“Eh,
bu.. Bukan ini gambar Dora sama Diego udah remaja.” Tepis gue cepat. “Jadi
semacam Doran and Diego explorer teenager version gitu.”
“Oh..”
Fahmi manggut-manggut dan sepertinya percaya. “Si Buzz monyetnya Dora mana?”
“Hmm..
Di makan sama Diego, mereka tersesat soalnya si peta nunjukin jalan yang
salah.” Gue jawab seadanya.
Entah
kenapa gue bagaikan orang yang terjerumus di jurang kasmaran yang amat dalam,
Kak Nabila hanya senyum sapa aja gue langsung kegirangan, parah! Wajar saja,
namanya juga senior dan junior. Pasti ada suatu kondisi di saat dia mengagumi
dan yang bdikagumi itu merasa iba pada junior beler dan tetanus kayak gue.
Dalam
hal ini gue sama sekali nggak punya pengalaman dalam menjalin hubungan dengan
Kakak kelas, meskipun hanya sebatas Kakak-Adik. Maka dari itu gue sering
keringat dingin sekaligus gemetar saat berpapasan dengan Kak Nabil di koridor,
padahal itu momen yang pas untuk bertegur sapa atau sekedar say hey.
$$$
15:45 WIB
Di
kamar gue sering memandangi langit dari jendela besar yang ada di sisi depan
kamar. Lalu seseorang menepuk bahu gue dengan kencang, karena badan gue
kerempeng jadi mudah terhempas dan tersungkur ke lantai. Tidak salah lagi ini
pasti Firdy.
“Apaansih,
Beh dorong-dorong gue?” Tanya gue dengan wajah seperti habis dianiyaya karena
nyolong mangga.
“Lu
pasti lagi mikirin Kak Nabila ya?” Tanya Firdy sambil senyum-senyum sendiri.
“Nggaklah,
ngapain gue mikirin dia¾” Balas gue cepat.
Firdy
mengambil posisi duduk di sebelah gue. “Orang yang lagi kasmaran itu kelihatan,
Din” Lalu Firdy mendekatkan mulut beraroma truk sampah itu ke wajah gue. “Mau
gue kasih tau nggak caranya biar lo bisa deket sama dia? Free nih nggak usah bayar sama gue.”
“Hah?
Mau, mau dong” Jawab gue, ini salah satu kelemahan gue. Mudah tertarik dengan
penawaran yang terlihat bagus. Seperti free
drink, free lunch, frees sex, dan
free kick. Lupakan dua yang terakhir.
“Langkah
pertama, buat dia kenal sama lu dan buat nama lu ada di otaknya.”
“Gimana
caranya?” Gue garuk-garuk kepala.
“Lu
harus mendapatkan perhatiannya, bebas itu cara lu.”
“Mau
caper gimana, Beh.. Gue kan nggak bisa ngapa-ngapain?” Gue memang sudah
terbiasa memanggil Fidy dengan sebutan “babeh” karena dia suka menyanyikan lagu
Justin bieber yang berjudul Baby di
kamar mandi dan itu benar-benar membuat polusi suara.
“Emang
lo nggak bisa pristail bola basket di kelas atau jugling bola di depan koridar pas Kak Nabil lewat?”
Gue
mikir sebentar sambil menggaruk-garuk rambut belakang. “Kayaknya freestyle sih gue bisa! Tapi, nanti dia
kira gue lagi bikin demo ekskul, Beh.”
“Nggak
usah mikirin itu. Lo pristail di kelas pas Kak Nabila lewat besok.”
Tapi
setelah beberapa menit ide itu diurungkan setelah mengingat ada anak kelas
sebelah yang mendapat surat peringatan dari Kepsek karena bermain bola di
kelas. Dan satu tendangan nyasarnya menmbuat mata Kepsek lebam.
“Oke
kalau gitu, gini..” Firdy memandang gue dengan wajah yang meyakinkan sambil
menggaruk-garuk bokongnya dengan tangan kanan. “Lu harus ngucapin selamat pagi setiap hari ke dia.
Minimal sepuluh kali dalam seminggu!”
“HAH!?
NGUCAPIN SELAMAT PAGI!?” Gue Shock.
“Iyah.”
“SEPULUH
KALI!?” Gue masih shock.
“Iyah.
Gampang, kan?” Firdy masih garuk-garuk bokongnya dengan penuh kekhusyuan.
“SEMINGGU!?”
Gue masih shock-shockin.
“.....”
“OOGGAAH!
ENGGAH MHAOO!” Sekarang gue bikin Firdy shock
dengan teriakan sonar gue yang mampu membuat para manula sembuh dari tulinya.
“Lu
bisa nggak kalau ngomong nggak pake teriak-teriak?”
“Emang
kenapa?” Gue garuk-garuk alis.
“Ngomong
sama lu kayak, NONTON BAND HARDCORE LAGI MANGGUNG, SCREAM MULU!” Firdy ngamuk
sambil melempar celengan ayam punya Fahmi, gue menghindar dengan gaya seperti
di film Matrix. Slow motion, celengan
ayam Fahmi pecah. Gue sama Firdy langsung mungutin uang itu yang dominannya
recehan.
“Gue
malu, Beh. Ogah.. Ogah!” Gue menggeleng-geleng sambil menggaruk punggung.
“Itu
cara satu-satunya, lu itu cowok! Harus berani!” Firdy nunjuk bagian kelaki-lakian gue. “Sunat lagi aja deh
kalau lo nggak punya nyali!”
Yap,
gue langsung mikir. Waktu gue sunat dulu. Uangnya bisa untuk beli Play Station satu. Kalau gue sunat lagi
sekarang, mungkin gue bisa beli Play
Station dua atau bahkan tiga. Tapi massa iya gue sunat lagi. Cukup.. Cukup
satu kali saja kepunyaan gue dipegang-pegang orang lain! Cukup!
“Cukup!”
Teriak gue sambil garuk-garuk badan dan gue baru ingat gue belum mandi dari
kemarin.
Firdy
bingung. “Apanya yang cukup?”
“Cukup,
gue terima tantangan lo!” Gue baru saja mengatakn hal yang paling gue sesali
seumur hidup.
“Oke,
kalau lu nggak bisa ngucapin selamat pagi sepuluh kali gue bakalan manggil lo
pecundang!” Sebenarnya tanpa tantangan ini gue sudah sering dipanggil pecundang
karena nggak bisa main bola bekel.
“Oke.
Jabat tangan dulu biar resmi!” Firdy menglurkan tangan kanannya.
Tadinya
gue mau menyambutnya tapi mengingat adegan garuk-garuk bokong tadi, gue
langsung mengurungkan niat. “Pake tangan kiri aja jabatannya deh ya.”
“Hah?
Emang kenapa?”
“Ini
kan hari Selasa, gue lagi kidal.” Gue langsung menyambut tangan kirinya untuk
berjabat dengan tangan kiri. Lalu, tangan kanannya ikut menjabat tangan
kirinya. Gue positif terjangkit cukunguya.
$$$
Tiga
hari sudah berlalu tanpa satu kata “selamat pagi” pun. Nasib gue mulai terasa
terancam. Firdy pun sudah mulai menertwai gue dengan nada tertawa seperti
penjahat di film-film. Gimana gue bisa mengucapkan selamat pagi ke Kak Nabila,
baru saja bilang, “Kak, sela...” Dia langsung kabur. Nasib lo, Diin.. Diin.
“Lu
belum nyerah kan, Din?” Firdy senyum-senyum sendiri.
“Belom,
gue bakal buktiin sama lo!” Gue menunjuk Firdy dengan lantang dan penuh percaya
diri.
“Oke,
gue tunggu pembuktian lu!”
“Heuh!
Siapa takut!” gue menjulurkan lidah mengikuti gaya jagoan neon di iklan permen
pewarna lidah.
$$$
Seminggu
sudah berlalu, masa waktu taruhan pun telah usai. Sepertinya lo juga sudah tahu
apa hasilnya, kan? Gue gagal total! Ajebleb!
Habis
gue dikatai Firdy dengan pecundang yang belum sunat (padahl gue udah sunat).
Inilah balada nasib gue seoarang secret admirer yang amat menyedihkan dan
mengenaskan perjalanan hidupnya. Hanya bisa mengagumi tanpa bisa mengatakannya.
Meskipun, gue tahu Kak nabila pasti tahu perasaan kagum gue ke dia. Karena si
Firdy suka teriak-teriak histeris ke gue kalau Kak Nabila lewat menyusri
koridor kelas dengan langkah kaki layaknya model kelas atas.
Pada
akhirnya gue putuskan untuk balik kanan bubar jalan. Karena gue nggak mau lebih
mengganggunya. Gue takut dia mual-mual kalau gue lihatin dari jendela sambil
nembpelin muka ke kaca, lalu buang muka saat dia melirik ke arah gue.
Setidaknya gue udah melakukan hal yang terbaik, menjadi secret admirernya.
(Meski sudah bukan secret lagi)
Tapi
sebenarnya, menjadi secret admirer
hanyalah permainan perasaan belaka saja, tidak pernah serius. Perasaan itu
boleh dikendalikan oleh hati. Namun, keseriusan dikendalikan oelh logika otak.
Cinta memang sudah membutakan gue tapi keseriusan itu tidak pernah buta. Jika
lo serius dengan seseorangyang sedang lo kagumi, tindakan secret admirer adalah
tindakan pengecut dan pecundang di antara orang-orang yang lemah. Kalau memang
lo yakin dan serius dengan perasaan lo ini sama dia maka, buktikanlah. Agar dia
tahu apa yang lo rasain selama ini. Bukan hanya mengumpat di balik layar dan
beraninga jadi penelpon misterius saja. Sebelum dia diambil orang, maka
setidaknya nyatakanlah perasaan lo! Kenapa
gue tiba-tiba bijak yah? Ah sudah anggap ajalagi kemasukan Jin Islam.
TENTANG PENULIS
Syammas Pinasthika Syarbini, orang yang
katanya ingin menjadi penulis dan ingin terus belajar apapun itu. 27 Maret
adalah tanggal kelahirannya. Pecinta buku-buku karya Winna Efendi, Adhitya
Mulya, dan Sir Arthur Conan Doyle. Bergabung dalam komunitas ‘Klub Buku
Bekasi’.
FB: Syammas Pinasthika Syarbini
Twitter: @SyammasZuzu
*** *** ***
Setiap karya yang kami publikasikan hak cipta dan isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Untuk Anggota Jaringan Penulis Indonesia yang mau mengirimkan karya harap mencatumkan subyek KARYA ANGGOTA + Tema Tulisan + Judul Tulisan pada email yang di kirim ke jaringanpenulis@gmail.com
Bagi yang ingin bergabung menjadi Anggota Jaringan Penulis Indonesia silahkan KLIK DISINI GRATIS
Untuk Anggota Jaringan Penulis Indonesia yang mau mengirimkan karya harap mencatumkan subyek KARYA ANGGOTA + Tema Tulisan + Judul Tulisan pada email yang di kirim ke jaringanpenulis@gmail.com
Bagi yang ingin bergabung menjadi Anggota Jaringan Penulis Indonesia silahkan KLIK DISINI GRATIS
Posting Komentar untuk "CERPEN: "Behind the secret admirer" By: Syammas Pinastika Syarbini"