Di PDKT-in Hantu
Oleh : Ilham Ramadhan
Nama
gue adalah Beno Castelard. Meskipun nama gue keren, tapi gue jomblo. Selama SD dan SMP, gue enggak pernah
merasakan yang namanya pacaran atau semacamnya. Itu karena gue terlalu fokus
terhadap pendidikan gue. Gue kini menginjak masa abu-abu. Atau bahasa kurang
kerennya SMA. Dan gue rasa, ini saatnya gue mencari yang namanya pacar.
Namun
apa yang gue harapkan tidak pernah terjadi. Tiap kali gue PDKT, ujung-ujungnya
selalu kandas. Akibatnya, gue jadi sering galau. Tiap hari gue dengerin musik
galau, nangis dikamar gue sendirian, hingga mencoba bunuh diri. Yaitu loncat
dari trotoar jalan.
“Gue
mau mati.. semuanya minggir. Gue mau bunuh diri…!!” Jerit gue di atas trotoar.
Orang-orang hanya menatapku dengan heran. Ada yang miris, ada yang prihatin,
ada yang ‘Biasalah. Dia gila karena jomblo’.
Gue
kini sering nongkrong di tempat-tempat yang banyak orang-orang pacaran. Kali
aja ada orang putus terus dia ngeliat gue lalu jadian ama gue. Tapi…. itu nggak
pernah terjadi. Padahal gue nongkrong ditempat itu selama enam jam. Dan kebetulan gue kalo nongkrong pas malem jumat.
Karena
tiap nongkrong sendiri gue selalu dicuekin sama cewek-cewek, gue memutuskan
untuk mengajak temen gue yang tampangnya lebih rendah daripada gue. Karena
menurut filosofi gue, kalo lo mau keliatan keren ketika nongkrong, lo harus
bawa temen yang rupa wajahnya lebih mirip monster dari pada lo. Dan gue
memegang teguh prinsip itu.
“Bro,
lo mau ngajakin gue kemana sih..?” Tanya Ghifar yang merupakan temen baik gue.
“Nongkrong
lah. Lagian biar lo kagak kudet. Tiap hari lo dirumah mulu. Mirip beruang
hibernasi lo..” Kata ku
Gue
menuju ke sebuah café yang letakknya nggak jauh dengan taman kota. Dan bisa lo
bayangkan betapa ramenya itu café. Apalagi saat ini adalah malam minggu. Banyak
orang yang berkumpul disana untuk pacaran. Sementara bagi jomblo, mereka akan
liatin orang-orang yang pacaran sambil nyamilin ibu jarinya sendiri.
Gue
duduk di sebuah gazebo kecil. Ghifar mengikutiku. Gue mengeluarkan laptop.
Ghifar juga begitu. Gue langsung menyambungkan wifi di café tersebut. Ghifar
malah membuka permainan ‘Angry Bird Space’. Seoramg pelayan kemudian datang
untuk mencatat pesanan kami. Dengan pakaian waitress yang khas, dia berdiri di
dekat kami mirip patung lilin.
“Mbak
yang biasa ya..” Kata ku. Pelayan itu mengangguk. Mengingat gue sering sekali
kesini, jadi semua pelayan disini kenal sama gue. Dan mereka tau pesanan gue biasanya. Gue sempet berpikir,
gimana kalo gue gebet pelayan cewek yang ada di café ini. Tapi gue sadar,
mereka terlalu tua buat gue.
“Kalo
mas nya yang satu itu…?” Tanya pelayan cewek itu kepada Ghifar. Ghifar masih
tak merespon. Terlalu asik terhadap permainan ‘Angry Bird’ nya.
“Mas…”
Panggilnya lagi. Ghifar menoleh.
“Ada
apa mbak..? Ada yang bisa saya bantu.?” Ucapnya dengan tampang polos dan
mengerikan. Pelayan itu menatapnya dengan penuh tanda tanya.
“Eh
bego.. lo pesen apa..?” Kata gue kesal.
“Oh…!
itu..” Katanya yang kemudian kembali fokus dengan ‘Angry Bird’nya
“Heh..!
Lo itu ditungguin pelayannya. Cepet lo ngomong lo mau pesen apa..” Pekik ku
kepada Ghifar. Pelayan cewek itu tersenyum ramah. Namun gue tau, dihatinya dia
menyumpah serapahi kami.
“Recommend
lo apaan..?” Tanya Ghifar dengan santai.
“Baygon
cair..” Kata gue asal.
“Yee..
serius kenapa… Itu mbak samain aja sama dia..” Ghifar menunjuk gue. “Tapi
gelasnya usahakan beda ya mbak..” Katanya lagi. Gue langsung menepuk jidat gue.
Apa hubungannya gelas sama pesenan lo kalo pesenan lo sama isinya? batin gue.
“Terima
kasih telah memesan. Mohon ditunggu..” Pelayan itu pergi dengan tersenyum namun
dihatinya dia sudah tercabik-cabik.
Gue
kembali fokus dengan laptop. Gue membuka media social favorit gue. Banyak
disana terpampang cerita kebahagian mereka di malam minggu ini. Gue sebagai
jomblo miris melihat itu. Hati gue tersayat. Gue ngeliat Ghifar ketawa-ketawa
sendiri ketika dia memainkan ‘Angry Bird’. Gue juga miris.
“Far,
lo nggak ngerasa gitu tiap malem minggu sakit hati..?” Tanya gue serius sambil
memandang laptop gue. Gue tak direspons. Gue tanya kembali. “Hoi… lo denger
kagak sih..?”
“Gue
nggak pernah sakit hati kalo tiap hari gue ditemenin Angry Bird,” Ujarnya
polos. Kampret. Gue tanya serius jawabnya enteng banget. Gue berdecak kesal.
“Emang
lo nggak pernah ngerasa kesepian..?” Tanya gue lagi.
“Nggak..”
Jawabnya.
“Lo
nggak pengen apa punya pacar..?”
“Pacar
gue Angry Bird warna merah.”
Sialan..!
Pacar Angry Bird?! Ternyata temen gue yang satu ini nggak normal. Alangkah
baiknya gue nggak tanya lagi masalah cinta kepada dia.
“Emang
lo belom punya pacar apa..?” Tanya Ghifar tiba-tiba. Gue nyaris tersedak ludah
gue sendiri. Nih anak nggak tau gue jomblo apa emang pura-pura nggak tau gue
jomblo.
“Nggak.”
Jawab gue singkat.
“Hahaha
Jomblo..!!!” Teriak Ghifar sambil menunjuk gue. Semuanya langsung menoleh
kearah gazebo kami. Gue langsung pura-pura nggak kenal sama Ghifar.
Gue
langsung diam tak menoleh kemana-mana. Hanya fokus kepada laptop gue. Gue nggak
mau menarik perhatian orang-orang setelah Ghifar berteriak dan menunjuk gue.
Kemudian pesanan kami datang. Pelayan menaruh pesanan kami di meja kami. Gue
turut membantu. Ghifar malah masih saja asik dengan ‘Angry Bird’ nya.
“Ben,
lo nanti nganter gue lewat arah selatan ya. Gue mau nginep ke tante gue..” Kata
Ghifar kepada gue. Gue cuman mengangguk.
“Lo
kenapa diem gitu..?” Tanyanya. Gue ngeliat dia sekilas. Kenapa..kenapa.. gara
elo tau. kata gue di dalam hati.
“Sakit
gigi lo..?” Tanya dia lagi.
“Nggak
bego..” Kata gue. Dia kemudian manggut-manggut.
Selama
gue dan Ghifar di Gazebo, gue sesekali ngelirik orang-orang yang pacaran. Emang
sakit ketika lo jomblo terus lo ngeliat orang-orang lagi pacaran. Hati rasanya
gimana gitu. Terlebih lagi gue. Gue di gazebo cuman sama Ghifar. Mungkin
orang-orang pacaran itu mengira gue juga pacaran dengan Ghifar. Tapi, karena
mereka terlalu sibuk memikirkan pasangan mereka, mereka tak memikirkan kami.
Jam
menunjukkan pukul sepuluh. Café sudah akan tutup dan pengunjung telah pulang
semua. Tapi gue dan Ghifar masih belum beranjak dari gazebo kami. Hingga kami
akhirnya ditegur oleh sang pemilik café.
“Nggak
pulang mas..? Udah malem loh..” katanya
“Iya
ini lagi mau siap-siap pulang..” Ujar gue. Gue kemudian merapikan laptop gue.
Gue melihat jika Ghifar masih saja asik dengan
‘Angry Bird’nya
“Bego…
ayok pulang. Café udah mau tutup..” Kata gue kepada Ghifar.
“Café
mau tutup..? Nginep aja disini Ben..” Ocehnya.
“Udah
lo jangan aneh-aneh..” Omelku. “Cepet beresin tuh laptop.”
Kemudian
kami pun pulang meninggalkan café itu. Gue lalu mengantar Ghifar pulang ke
rumah tantenya dengan mobil gue. Ditengah jalan, gue ngeliat ada cewek yang
lagi mengacungkan jempolnya. Gue yang ngeliat itu langsung berniat untuk
berhenti.
“Ada
cewek mau nebeng Far, tebengin yuk. Kali aja gue bisa jadian sama dia..” Kata
gue bersemangat.
“Lo
gila apa..? Iya kalo itu cewek, nah kalo bukan..” Protes Ghifar.
“Ah
lo kebanyakan maen Angry Bird sih. Makanya lo nggak pernah suka sama cewek.
Sukanya sama titit terbang.” Omel ku.
“Kalo
lo berhentiin nih mobil, gue hajar lo..” Kata Ghifar
“Lo
kenapa sih..? Itu cewek bro.. cewek. Liat kakinya napak tanah..”
“Terserah
lo deh, kalo lo tiba-tiba kesurupan, gue tinggal lo..”
Pada
saat gue mau berhenti, tiba-tiba cewek tadi langsung berubah menjadi sosok
kuntilanak. Gue langsung tancap gas. Kuntilanak itu kemudian terbang mengejar mobil gue. Gue yang panik langsung
menambah kecepatan hingga speedo meter menunjukkan angka 200 km./jam
“Gila
tuh kuntilanak, cepet banget terbangnya..” Kata gue.
“Gue
masih mau hidup Ben…!! Gue nggak pengen mati…!!. “
Akhirnya
lama kelamaan, tuh Kuntilanak semakin ketinggalan. Mirip slogan merek motor.
Gue menarik nafas lega. Ghifar pun sempat ngompol sedikit.
“Lo
serius masih mau ke tante lo..?” Tanya
gue.
“Ya
iyalah. Lo nggak liat gue ngompol sedikit nih..?”
“Gue
ikut nebeng ya. Gue takut juga soalnya.” Kata gue.
Akhirnya
gue sampai dirumah tante Ghifar. Namun
bukan kenyaman yang gue tangkap disana, tapi sebuah ketakutan kembali. Hawa
mistis mencuat disana. Kesan angker kian melekat.Bulu kuduk gue sempat berdiri
sebelum akhirnya jatuh karena gue olesi balsem.
“Serius
lo ini rumah tante lo..?” Tanya gue ragu.
“Gue
juga nggak yakin Ben..”
“Kampret..!!”
Umpatku
Gue
pun dengan ragu melangkah ke halaman rumah mistis itu. Baru saja gue dan Ghifar
mau melangkah, gue mendengar apa yang memanggil kami.Kami pun menoleh.
“Hei
kalian berdua… Ngapain kalian disana..?” Tanya nya.
“Eh
tante..!” Sapa Ghifar. Gue ikutan menunduk memberi hormat. Tapi karena gue
merinding, gue jadi kaku. Gue jadi mirip pohon pisang yang terkena angin.
“Kalian
ngapain disana..?”
“Bukannya
itu rumah tante..?” Tanya Ghifar.
“Itu
rumah tante..” Tante Ghifar menunjukkan rumahnya yang berada jauh nan disana.
Rumahnya puith dan bermandikan cahaya lampu.
“Tuh
kan keraguan tadi gue bener..” Kata gue kepada Ghifar. Ghifar manggut-manggut.
“Tante
kenapa bisa tau saya disini..?” Tanya Ghifar.
“Karena
tadi tante ngeliat ada mobil yang masuk ke rumah sini. Karena nggak ada yang
berani masuk rumah sini sebelumnya, jadi tante kesini.”
“Ini
angker yak..” Tante Ghifar mengangguk. Bulu kuduk gue langsung berdiri. Bahkan
bulu kaki gue sempat jadi lurus mirip direbonding.
Kemudian
kami menuju rumah Tante Ghifar. Kami meninggalkan rumah angker itu. Sesekali
gue melihat spion. Ada sekilas bayangan putih yang membuat gue menelan ludah.
Aku kemudian menambah kecepatan ku. Agar gue bisa sampai di rumah Tante Ghifar…
Esok paginya gue berniat lari pagi. Ghifar
masih belum bangun. Mungkin dia tersesat dialam mimpi. Gue keluar dari kamar
dan menuju depan rumah. Pemandangan hijau terhampar disana. Sawah-sawah yang rimbun,
pohon-pohon yang tinggi menjulang. Berbeda dengan suasana kota. Sumpek,
semrawut, bau, dekil, dan macet. Mirip gorong-gorong.
Ketika
gue menikmati udara pagi disana, mata gue menangkap sosok cewek desa yang
sedang berjalan menuju sawahnya. Gue langsung terpesona. Kalo jomblo ya gini,
liat cewek cantik langung terpesona. Tekanan batin soalnya.
Tanpa
pikir panjang gue langsung menghampirinya. Dia terkejut dengan kemunculanku.
Mungkin dia mengira gue adalah artis di serial ‘Meteor Garden’ yang datang secara
tiba-tiba di desa ini. Dia menatap gue dari ujung rambut hingga kaki. Gue
masang tampang sok keren agar dia terkesan. Lalu dia tertawa ngakak. Gue heran
kenapa dia tertawa.
“Kenapa
lo ketawa.?” Tanya gue yang heran. Tawanya makin menjadi. Gue kira dia
kesurupan atau semacamnya sebelum dia akhirnya menunjuk celana gue.
“Itu
celana yang dipake mas bener punya mas..?” Tanya cewek itu. Gue langsung
melihat kearah celana gue. Dan gue begitu terkejut ketika meliha celana gue
itu. Celana gue gambar ‘Angry Bird’
Gue
langsung permisi dan balik badan. Gue ngacir masuk lagi kedalam rumah. Gue malu
men. Masa mau PDKT gue pake celana ‘Angry Bird’. Nggak etis dan nggak matching.
Gue pun kembali masuk kamar gue dan Ghifar. Ghifar pun tampaknya akan segera
kembali dari dunia alam mimpi.
“Lo
berisik amat sih Ben…” Omelnya masih dengan mata tertutup.
“Eh,
kenapa celana gue gambar Angry Bird..? Perasaan semalen gue nggak ganti celana
deh.” Tanya ku pada Ghifar. Ghifar langsung terbuka matanya dan melihat kearah
celana gue. Dan ia langsung tertawa.
“Hahahahaha….
celana Angry Bird.. Cowok apa bukan sih lo..?” Ledeknya.
“Eh,
yang punya celana Angry Bird kayak gini itu lo doang. Gue mana punya celana
dekil kayak gini..” Gue mulai kesal. Ghifar pun teringat sesuatu. Ia membuka
sarungnya dan mendapati celananya bukan celana ‘Angry Bird’
“Eh,
ini celana lo..?” Tanya Ghifar ke gue. Gue melihat celana Ghifar. Dan benar itu
celana gue.
“Iya
bener.. Tapi kenapa bisa lo pake..? Semalem lo tuker am ague ya..?” Tuduh gue
kepada Ghifar.
“Ngapain
gue tuker celana Angry Bird gue yang super unyu itu dengan celana gembel kayak
gini..” Ujar Ghifar. Gue memincingkan mata. Heran bercampur mistis.
“Jadi
siapa yang nuker celana gue sama lo..?” Tanya gue kemudian. Kami berdua
terdiam. Tiba-tiba bulu kuduk kami jadi berdiri. Kami kemudian berpelukan tanpa
sadar. Mesra sekali. Efek jomblo.
Siangnya
gue dan Ghifar memutuskan untuk jalan-jalan mengelilingi desa. Gue mengenakan
baju terkece gue yang kebetulan gue simpan di mobil gue. Sementara Ghifar
memakai kaus bergambar ‘Angry Bird’ yang telah kumal dan sepertinya tak pernah
dicuci. Mirip gembel berkeliaran. Tapi anehnya, dia menganggap itu kece. Saraf
otak Ghifar memang sudah putus.
Di
perjalan gue ketemu dengan gadis desa. Gue mencoba berkenalan dengan dia. Tapi
dia terlalu sibuk dengan pekerjaan di lading. Jadi karena gue nggak mau kena tampar
dari dia, gue milih menyingkir. Kemudian gue ketemu dengan gadis desa yang
lain. Dan dia ini sumpah, cantik banget. Gue langsung mencoba berkenalan dengan
dia.
“Hai..
“ Sapa gue. Dia tak menjawab. Masih saja memetik cabai yang ada didepannya. Aku
tak patah arang. Gue juga coba membantunya dan masih berusaha mengajak ngobrol.
“Hai..” Sapa gue lagi. Dia tersenyum. Ah gue mau pingsan kayaknya.
Sementara
gue lagi mencoba kenalan dengan gadis desa pemetik cabai, Ghifar malah
melakukan hal memalukan yang paling gue benci. Nyanyi. Suaranya memekikkan
telinga. Bahkan ketika dia bernyanyi, tak sengaja ada lebah lewat di depannya.
Lebah itu langsung mati seketika. Kasian gue. Turut berduka cita gue pada lebah
itu.
“Nggak
capek apa kerja terus..?” Tanya gue kepada gadis itu. Ia hanya tersenyum saja.
Gue menaikan alis.
“Ini
udah biasa kok..” Katanya singkat dengan malu-malu. Ah kata-kata pertama.
Rasanya aku jatuh cinta sama ini cewek. Kata gue dalam hati
Kemudian
ia menoleh kearah gue. Menghadap gue. Dia menatap gue. Gue harap gue kagak
mimisan ketika ditatap dia. Lalu sesuatu yang tak terduga terjadi. Ia berteriak
ketakutan sambil menunjuk arah belakang gue. Gue heran. Gue nengok ke belakang,
ada Ghifar yang sedang bernyanyi. Oh, dia ketakutan dengan tampang Ghifar dan
suaranya. Pantes.
“Far
lo minggir dari itu, dia ketakutan nih ngeiat elo..” Perintah ku. Ghifar pun
menyingkir dari sana. Namun gadis itu tetap saja berteriak dan menunjuk arah
belakang gue.
“Eh
kamu takut kenapa sih..?” Tanya gue akhirnya. Namun tiba-tiba dia lari dan
menjatuhkan seluruh hasil panen cabainya. Gue terkejut dan bingung. Apa yang
sedang terjadi sih..?
Gue
memutuskan untuk balik kerumah karena ill feel. Gue ill feel karena setiap gue
ketemu cewek di desa ini, pasti mereka lari. Gue kira itu karena Ghifar, tapi
bukan. Mereka selalu menunjukan arah yang sama ketika mereka berteriak
ketakutan. Arah belakang gue. Mungkinkah bagian tubuh belakang gue kayak
monster.?
Gue
memutuskan tidur di kamar untuk menghilangkan kebosenan gue. Ghifar malah main
playstation di ruang tamu. Ketika gue memejamkan mata, gue melihat sesosok
kuntilanak yang dulu ngejar mobil gue. Gue langsung membuka mata. Gue
celungak-celinguk. Aman. Batin gue. Gue memjamkan mata kembali. Baru lima menit
memejamkan mata, gue melihat kuntilanak itu lagi. Gue langsung loncat dari
kasur dan berlari menuju ruang keluarga
“Far
kita kayaknya kudu balik nih ke kota. Disini angker..” Kata gue.
“Apaan
sih lo..? Ini rumah tante gue aman kok. Lo nggak kerasan apa disini..?” Tanya
Ghifar heran.
“Tadi
di kamar tadi, gue ngeliat kuntilanak men… makanya gue lari ke sini..” Ketus ku
sambil sambil celingak-celinguk.
“Ah
serius lo..? Jangan bercanda lo..” Ghifar juga mulai ketakutan.
“Kayaknya
itu kuntilanak yang kemaren ngikutin kita itu deh..”
“Hah..?
Dari mana lo tau.?”
“Wajahnya
mirip banget sama yang ngejar kita kemaren… “
“Yeee….
setiap kuntilanak wajahnya sama kali..”
“Udah
serius deh, lebih baik kita ke orang pinter aja yak. Di sini adakan..?”
“Ada.
Nih di sebelah rumah tante gue..”
“Yaudah
kita ke sana ya..”
Kemudian
kami berdua menuju rumah orang pintar yang dimaksud. Rumahya begitu megah di
luar, namun begitu gelap di dalam. Gue sempat merinding. Kemudian gue dan
Ghifar disuruh masuk ke ruangan orang pintar tersebut.
Gue
duduk di samping Ghifar. Gue ngeliat sesosok orang tua sedang semedi dan
menundukkan kepala. Gue kira dia tidur tapi kemudian dia mengangkat kepalanya.
“Ada
perlu apa kalian..?” Tanya orang pintar itu. “Oh ya saya lupa memperkenalkan
diri. Nama saya Mbah Anang. Tapi orang sini biasa memanggil saya Dong Hae.”
Apa.?!
Dong Hae?! Gila, nih orang pinter ngaku banget. Nggak sinkron sama tampang dan
pakaian.
“Itu
mbah kami mau mbah melakukan sesuatu
kepada kami..” Kata Ghifar.
“Apa
itu..?”
“Jadi
kami berdua itu diikuti kuntilanak mbah…”
“Jangan
bercanda kamu… pakek ngomong kuntilanak-kuntilanak segala..” Mbah Anang tampak
ketakutan. Ini apa sih..? Dukun kok takut sama setan. Aduh keliatannya gue
nggak selamat dari tuh kuntilanak.
“Serius
mbah.. Tadi saya disamperin..”
Lalu
si mbah membakar beberapa bunga dan kertas. Entah tujuannya apa. Gue kira dia
ini memperparah polusi. Tapi setelah dijelakan oleh Ghifar, si mbah ini sedang
berusaha menerawang. Kemudian setelah selesai menerawang dia berujar.
“Kayaknya
kuntilanak yang ngikutin kamu ini kesasar..” Kata si mbah.
“Kesasar..?”Tanya
gue dan Ghifar secara bersama-sama.
“Iya
kesasar. Dia kesasar pas ngikutin kalian berdua kesini. Terus karena dia tak
tau jalan pulang, dia milih ngikutin kalian. Kali aja dia bisa pulang..”
Gue
melongo dengan apa yang dikatakan oleh si mbah ini. Kuntilanak yang ngejar kita
kemaren ternyata mengikuti hingga kesini. Hingga akhirnya dia nyasar dan nggak
bisa pulang dan memilih mengikuti kita lagi. Kalau seadainya dia nggak telalu
mengerikan dan gue bisa ngeliat dia, gue pengen banget ngomong.
“Rasain
kesasar…. emang enak nggak bisa pulang. Salah sendiri ngikutin kita..”
Tapi
karena gue tak mau terjadi yang macam-macam, gue urungkan saja niatan gue yang
satu itu. Kalo dia ternyata suka menggigit, gue yang repot. Ntar gue pulang
penuh luka gigitan. Dan nggak lucu kalo tiba-tiba nyokap tanya.
“Kenapa
muka kamu ancur gini. Ini kenapa ada luka gigitan. Kamu ke taman safari..?”
“Nggak
ma. Ini digigit kuntilanak..”
Bisa-bisa
nyokap koma selama empat bulan.
Akhirnya
gue, Ghifar,dan Mbah Anang, sepakat untuk memulangkan kuntilanak ini. Nanti
malam, gue bakal memulangkannya. Dan semoga dia mau dipulangkan. Agar bapak dan
ibunya kagak nyariin sampai rumah gue.
Malam
hari tiba. Gue dan Ghifar telah berada di rumah Mbah Anang. Namun, Mbah Anang
tidak ada dirumah. Asistennya mengatakan jika Mbah Anang harus mengisi acara
motivasi di desa sebelah. Gue dan Ghifar memutuskan menunggu kepulangan Mbah
Anang.
Gue,
Ghifar, dan asistennya menunggu Mbah Anang diruang prakteknya Mbah Anang. Kami
bertiga memainkan sebuah permainan yang cowok banget. Ular tangga.
“Yess…
gue tinggal 4 kotak… hahahaha.. kalian bakal kalah..” Kata Ghifar sedikit
jumawa. Dan ia juga tersenyum tengil nan jahat.
“Gue
susul lo. Liat nih..” Kata gue.
Gue
melempar dadu. Dadu menggelinding dengan unyunya. Dan dengan ajaib, angka enam
muncul.
“Yeeahh…
enam…!!” Jeritku girang. Aku memajukan bidakku enam kotak. “Nah kan, gue
tinggal lima kotak. Dan kali ini giliran gue lagi karena gue dapet enam..” Gue
meledek Ghifar.
“Udah
jangan banyak omong. Mainkan giliran lo..” Ucap sang asisten.
“Iye
ini juga mau jalan..”
Gue
melemparkan dadu kembali. Berharap angka lima yang muncul. Dadu menggelinding.
Semua deg-deg an. Dan apa yang terjadi selanjutnya sodara-sodara..
“Angka
tiga…!! Hahaha gak menang..!” Jerit Ghifar penuh kemenangan.
“Makanya
jangan sesumbar..” Kata sang asisten.
Gue
langsung meratapi kenapa bisa keluar angka tiga, bukan angka lima.
“Sekarang
giliran saya..” Kata sang asisten. Dia kurang dua belas kotak lagi untuk
menang.
Dia
melemparkan dadu nya. Dadu menggelinding. Angka enam kemudian muncul.
“Kurang
enam hahahaha…” Asisten tertawa jahat.
“Kampret..!!”
“Halah
paling berikutnya keluar angka satu.” Celetuk gue.
Dia
kembali melemparkan dadunya. Gue dan Ghifar berdoa, semoga bukan angka enam
yang muncul kembali. Dan…. doaku tidak mujarab. Angka enam kembali muncul.
“God damn…!!!” Jerit ku sambil
memegang kepala.
“Terkutuk
lah kau wahai asisten..!” Teriak Ghifar. Asisten Mbah Anang tertawa lebar.
Dengan pongahnya dia membusungkan dadanya.
“Saya
adalah Ular tangga championship.” Katanya jumawa.
Gue
dan Ghifar langsung menangis tersedu-sedu. Gue memeluk Ghifar. Ghifar malah
meminta cium sama gue. Gue langsung melepaskan peluka gue dan berdoa anti zina.
Mbah
Anang pun datang dengan sumringah. Gue menduga-duga jika Mbah Anang sewaktu
pulang tadi, dia bertemu dengan cewek cantik dan berhasil mendapat nomor
hapenya.
“Kenapa
Mbah..? Senyum-senyum gitu..” Tanya gue.
“Saya
tadi habis joged keep smile. Jadi sampai pulang saya nggak bisa berhenti
senyum.” Papar Mbah Anang. Gue dan Ghifar langsung tertawa.
“Ayo
Mbah.. kita pulangkan si Kuntilanak…” Kata Ghifar.
“Oh
ayo kalo gitu. Saya juga prihatin sama dia. Kali aja dia dicariin pacarnya.”
Kata Mbah Anang.
Kemudian
gue, Ghifar, Mbah Anang, dan asistennya berangkat. Mbah Anang memimpin
perjalanan kami. Kami menuju ke dalam hutan gelap.
“Mbah
gelap..” Keluh Ghifar.
“Kamu
ini bego apa bodoh sih..? Hutan kalo malem ya gelap..” Omel Mbah Anang. Gue
memilih diam. Ghifar hanya meringis.
Kami
terus berjalan. Semakin lama kami semakin ketengah hutan, Angin dingin menyapu
kami. Gue merinding sedikit. Ghifar malah memeluk gue.
“Nah
di sini..” Kata Mbah Anang. Kami semua berhenti.
“Oke
kita langsung saja memulai ritualnya.” Sambung Mbah Anang lagi.
Kemudian
ritual itu dimulai. Mbah Anang mulai membaca mantra-mantra jawa yang aneh. Gue
dan Ghifar malah joged ketika Mbah Anang membaca mantra. Ya mirip di diskotik
gitu lah. Cuman bedanya di sini gelap gulita.
Perlahan
muncul asap putih. Gue kira itu adalah asap dari metromini yang kebetulan
lewat. Tapi lama kelamaan dibalik asap putih itu terdapat sosok bayangan. Bayangan
itu makin lama makin jelas. Kuntilanak itu muncul.
Dia
berjalan mendekati kami. Gue pengen lari, tapi asistennya Mbah Anang menahan
gue. Ghifar malah nangis dan ngompol sedikit. Mbah Anang masih saja membaca
mantra. Ketika Kuntilanak itu semakin dekat, Mbah Anang menghentikan membaca
mantranya.
Mbah
Anang berdiri dan menatap Kuntilanak itu. “Jadi kamu yang ngikutin mereka..?”
Kuntilanak
itu tak menjawab. Mbah Anang bertanya kembali.
“Kamu
kenapa ngikutin mereka..?”
Kuntilanak
itu masih saja diam. Gue menyaksikan itu dengan terkesima. Inilah sinetron
sesungguhnya. Balada Mbah Dukun dan Kuntilanak. Sebuah drama thriller romantis.
“Hei…
kamu..”
“Saya
lagi pilek tau.,.” Potong Kuntilanak itu. Gue tercengang. Mau tertawa. Tapi gue
tahan.
“Oh
jadi kamu pilek toh.. Kenapa enggak bilang dari tadi..” Tanya Mbah Anang.
“Saya
malu kalo ketauan saya sakit pilek..” Ucap Kuntilanak itu.
Gue
ngeliatnya dengan tatapan aneh. Ini beneran hantu apa bukan sih..? Gue nyaris
tak percaya kalo dia hantu. Tapi kakinya yang tidak menapak tanah menjelaskan
itu. Gue sempet mikir kalo itu adalah efek-efek seperti di film transformer.
Tapi nggak mungkin itu terjadi. Toh, Kuntilanak itu pasti nggak punya cukup
duit untuk membeli efek-efek tersebut.
“Kamu
kenapa ngikutin mereka berdua..?” Mbah Anang menunjuk gue dan Ghifar.
Kuntilanak itu menoleh. Ia menatap ku di balik poninya yang alay.
“Aku
naksir sama yang itu..” Ucap Kuntilanak sambil menunjuk kearah gue. Gue shock.
Gue disukai sama Kuntilanak..? Apakah muka gue ini astral. Pikir gue.
“Kenapa
kamu suka dia..?” Kejar Mbah Anang. Kemudian ini mirip acara talk show sesi
curhat-curhatan. Pikir gue.
“Dia
lumayan cakep..” Ucap Kuntilanak singkat. Ah gue langsung melayang. Baru kali
ini gue dikatain cakep. Sama Kuntilanak..
“Aku
mau jadi pacarnya dia..” Sambungnya lagi. Apa..?! Dia mau jadi pacar gue..?
Mimpi apa gue semalem. Eh, ini kan malem
ya.
“Apa..?”
Mbah Anang tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
“Saya
mau jadi pacarnya dia.” Tandas Kuntilanak. “Lagian dia kan jomblo, jadi nggak
ada alasan saya nggak bisa jadi pacarnya.” Sambungnya.
“Eh..eh….!
Gue nggak mau jadi pacar lo..” Jerit gue. Kuntilanak itu menoleh kearah gue.
“Jadi
kamu ngejar dan ngikutin dia karena kamu suka sama dia..?” Tanya Mbah Anang.
Kuntilanak itu mengangguk.
“Gak
bisa-bisa..! Gue gak mau pacaran sama lo. Ngeri tau. Gue masih mau pacaran sama
yang masih idup. Lo pacaran aja sama pocong. Mereka kan unyu.” Paparku.
“Tapi
aku sudah jatuh cinta sama kamu.” Kata Kuntilanak itu.
“Udah
terima aja Ben.. Lagian kan elo udah
lama jomblo. Jadi apa salah nya lo menjalin hubungan dengan kuntilanak..? Keren
kali..” Ghifar malah mendukung gue. Gue menaikan alis gue.
“Nggak..nggak….
pokoknya gue gak mau. Kembali sono ke alam lo. Gue bukan yang terbaik buat lo..” Kata gue kesal.
“Gimana
bisa tau aku bukan yang terbaik buat kamu kalo kita belum pernah menjalin
hubungan..?” Tanya Kuntilanak itu. Gila, nih kuntilanak mikirnya gitu banget
sih. Terlalu banyak nonton FTV kali ya dia.
“Ah
pokoknya kagak. Gue kagak mau jadi pacar lo. Kalo pun lo nembak sekarang, gue
pasti bakal nolak..” Kata gue kesal. Lalu gue berlalu dari tempat itu..
Kuntilanak
itu ngejar gue. Ia berdiri tepat di depan gue. Gue berhenti. Karena kalo gue
terusin, gue bakal nabrak tuh kuntilanak.
“Kenapa
kamu nolak aku..?” Tanya Kuntilanak. Gue heran langsung. Ini setan kagak nyadar
apa emang gak punya otak sih. Sadar diri oi. Kita beda alam. Jerit gue di dalam
hati.
“Gue…”
“Apa
karena kita beda alam..?” Tanyanya. Iya bener banget kita beda alam. Kata gue
di dalam hati.
“Kamu
tau, cinta itu tak mengenal perbedaan bukan.” Sambungnya. Gila, nih kuntilanak
belajar ilmu cinta dari mana sih..? Pikir gue.
“Cinta
adalah cinta itu sendiri. Dan aku juga seperti itu. Cintaku ke kamu adalah
cinta itu sendiri..” Dia masih nyerocos. Ah, ilmu cinta gue kalah sama nih
kuntilanak. Sialan, Batin gue.
“Aku
menerima kamu apa adanya. Kenapa kamu nggak mau nerima aku apa adanya juga..”
Jleb. Nih kuntilanak sukses membuat gue nyaris lumpuh dengan apa yang
dikatakannya. Setan melankolis ya gini ini.
“Api
cintaku ini tak bisa dipadamkan jika tidak bersamamu. Hanya kamu yang bisa memadamkannya.”
Gila Nih kuntilanak terus aja ngoceh. Dia nggak ngasih gue kesempatan buat
bicara. Gue celingak-celinguk. Ghifar dan Mbah Anang sedang melihat gue dari
jauh. Mereka terharu. Kampret tolongin gue.
“Aku
tulus mencintai mu. Dengan segala…”
“Cukup..”
Potong gue. Gue gak tahan sama ocehannya tentang perasaan dirinya terhadap gue.
“Cukup kunti..cukup…”
Kuntilanak
itu diam. Gue menarik nafas panjang.
“Maaf
kan gue karena gue nggak bisa nerima lo. Bukannya gue egois atau apa, tapi
inget, kita beda alam. Dunia kita berbeda. Lo bisa ngilang, gue kagak.”
Hening…
“Kebayang kalo seadainya kita beneran
pacaran. Kita ngedate di café. Terus lo tiba-tiba nongol. Semuanya pasti banyak
yang lari ketakutan. Gue gak mau kayak gitu. Ntar orang-orang bakal
mengasingkan gue dari mereka. Gue akan menjadi sebutir air oase di padang pasir
yang luas. Gue bakal terkucilkan sendiri akibat pacaran sama elo.” Papar gue.
Kuntilanak itu masih bungkam.
“Gue tau apa yang lo rasain saat ini. Lo
jatuh cinta sama gue. Tapi harusnya lo sadar akan gue dong. Karena dalam sebuah
hubungan, harus ada saling mengerti dan selalu ada disaat kamu membutuhkannya.”
“Gue bisa melakukan itu..” Potong
Kuntilanak.
“Tapi ada hal yang tak bisa lo sama gue
lakuin bareng. Contoh, lo kagak bisa masuk masjid. Lo juga kagak bisa potong
rambut. Terus baju lo itu-itu mulu. Pakaian putih panjang. Dan misanya lo gue
ajak kebioskop nonton film hantu buat romantis-romantisan, lo pasti marah.
Karena banyak film yang memakai kaum elo.”
“Lebih baik lo cari yang lain. Masih banyak
hantu-hantu yang kece disana yang bisa jadi pacar elo. Bukan manusia yang harus
lo pacarin, tapi sesama setan. Kalo sesama setan kan enak. Lo bisa ngelakuin
hal-hal bareng yang menurut para setan itu romantis.”
Gue menoleh kebelakang. Ghifar, Mbah Anang
dan asistennya menangis tersedu-sedu. Mereka membasuh pipinya yang basah karena
air mata dengan tisu. Kalian pikir ini drama korea.
Gue kembali menatap kuntilanak yang mulai
meneteskan air mata. Tangannya mengepal. Seolah dia sulit menerima keputusan
gue barusan. Gue tau pasti si kuntilanak ini patah hati.
“Jika kamu maunya begitu, baik aku akan
terima dengan lapang dada” Katanya dengan nada getir disana. Gue prihatin. Baru
kali ini gue nolak cewek. Ya karena dia bukan manusia. Kuntilanak men.
“Baiklah. Aku akan kembali ke alamku. Aku
akan mencari setan laki-laki lebih baik.” Sambungnya. Hati gue sedikit terluka
ketika dia mengatakan hal tersebut.
Kemudian dia terbang ke atas. Gue melihat
kepergiannya. Dia kemudian menghilang. Gue tersenyum kemudian. Mbah Anang dan
Ghifar malah tepuk tangan sambil berteriak.
“So sweet…!!!!”
Gue hanya bisa geleng-geleng kepala sambil
mendengus kesal. Namun tak seberapa dibandingkan dengan ulah asisten Mbah
Anang. Dia malah mengabadikan dengan merekam kejadian gue tadi. Dan ketika gue
lihat, gue tampak ngomong sendiri.
“Nah gini ini kalo di upload ke youtube,
pasti bakal diliat milyaran orang..” Katanya antusias.
“Iya yang lihat nggak cuman manusia doang,
tapi juga setan..” Ketus gue. Kemudian kami semua keluar dari hutan dan pulang
kerumah masing-masing.
Seminggu kemudian, gue nembak cewek yang gue suka. Gue nembak dia pas
gue lagi ajak dia jalan ke puncak. Dan gue diterima. Gue langsung sujud syukur
yang kemudian diikuti dengan dzikir. Oke itu bohong. Gue cuman
jingkrak-jingkrak doang.
“Aku akan nerima kamu apa adanya..” Kata
cewek gue.
Dan pada hari itu pun gue melepas status
jomblo gue. Gue jadian sama Fania. Sementara itu, Ghifar juga kabarnya udah
jadian. Sama cewek yang doyan juga main ‘Angry Bird’. Jangan kalian pikir cewek
nya Ghifar adalah anak SD. Mereka seumuran. Pada akhirnya, gue belajar satu hal
ketika gue di PDKT in hantu waktu itu. Bahwa cinta memang tak memandang status
social. Tak memandang lo dari mana atau lo dari kalangan apa. Yang jelas cinta
itu murni dari hati. Jika ada orang yang cinta karena cowok/cewek yang ia
taksir tampan, itu cinta omong kosong. Itu cinta karena penglihatan. Cinta
bukan dari mata jatuh kehati. Tapi cinta dalah dari hati ke hati.. Kayak mama
dedeh.
TENTANG PENULIS
Ilham Ramadhan lahir di Sidoarjo pada tanggal
22 Maret 1996. Cowok berbintang aries ini, terkadang mengaku jika dia tampan
sendiri ketika berkaca di kaca. Sungguh tidak tahu diri! Bermain sepeda dan komputer, adalah hobinya
di sela-sela kesibukannya yang berupa tidur dan males-malesan. Selain itu, dia
juga sering stalking orang yang tidak jelas .
Dia juga sering galau tanpa sebab, biasanya dia akan curhat sama tembok
dan guling (Kasihan) Cowok yang satu ini
bercita-cita jadi orang sukses ini (amiiin..), juga ingin memiliki buku hasil karyanya sendiri (amiinn..). Saat
ini, dia sedang mempersiapkan tentang kuliahnya. Dia juga paling takut dengan
serangga-serangga kecil. Menurutnya, mereka itu mengerikan sekaligus menggelikan.Nah,
kalo mau menghubungi search Twitnya @propariotik (baca bismillah dulu, Sis!)
or sekedar email-an, di
ilhamsecret@yahoo.com . Atau kunjungi blognya di shortstorymind.blogspot.com. Mau berkunjung
ke rumahnya? silahkan ke Griya Permata Ijen B1-14 kota Mojokerto. Saat ini dia
sedang menjalani studi di Intitut Teknologi Sepuluh Nopember.
CATATAN: Setiap karya yang kami publikasikan hak cipta dan isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Posting Komentar untuk "CERPEN : "Di PDKT-in Hantu" Oleh : Ilham Ramadhan "