CERMIN: Memeluk Jingga
Oleh: Eko Suseno
"Dengar anaku..
beritamu telah sampai nak.. tak usah cemas, abi masih kuat tanpa kamu dan
umi"
Tetes demi tetes air mata
Abi meneduhkan makamku. Hangat, aku ingat kala umi memelukku dulu. Kala
aku sudah tak mampu lagi tersenyum, tapi umi begitu lembut memeluk menguatkan
aku. Aku tahu kala itu abi tak sekuat umi. abi tak ada disana, karena mereka
kemudian berhenti meneriaki nama abi kemudian menghujani rumah kami dengan peluru.
"Maaf abi.. aku harus menemani umi di sini"
Langit di ujung barat sayu menatap
abi terduduk lesu di samping makamku. Nyanyian ombak dan angin pantai tak cukup
menggoda di telinga abi. Abi sepertinya terlalu asik dengan kerinduannya
padaku. Sungguh beruntungnya aku memiliki abi yang tak pernah lelah
menyayangiku. Meskipun kini tinggal namaku yang terpaku pada nisan di pinggir
pantai senggigi.
"Masih ingatkah hai
anakku?.. dulu, abi
pernah janji akan memeluk jingga untukmu"
Ya.. janji abi kala itu,
sebenarnya tak masalah bagiku jika abi tak memenuhi janjinya. Sudah hampir 2
tahun janji itu terucap, sejak mereka meluluh lantakkan rumahku dengan mesiu. Sepertinya
mereka kala itu tak mendengar jeritan anak 5 tahun dalam pelukan ibunya. Bahkan
misil mereka beramai- ramai menembus kepala umi yang kala itu tersenyum
mendekapku erat. Siapa mereka? seolah lebih kuasa dari Tuhan merampas hak Nya
mencabut nyawa manusia.
"Nak.. sebentar lagi
abi akan menepati janji, abi akan bawakan hangatnya jingga ke pelukan
kita" abi terisak dan menghapus air mata dengan lengan kurusnya.
"Maafkan abi yang tak
ada
saat kau dan
umi pergi, abi ikhlas.. kau dan umi memang seharusnya mencintai-Nya". abi
tersenyum, dan aku benar-benar yakin akan keikhlasan abi.
Abi bangga karena aku dan
umi mencintai-Nya. Begitu juga yang di katakan umi padaku. Bahkan ketika semua
teman-teman memanggilku anak teroris, umi memintaku tersenyum dan mendo'akan
mereka. Berkali-kali aku bertanya, siapa yang teroris?. Umi selalu memintaku
mendengar kata hati. ingin sekali aku bertanya pada abi, tapi umi melarangku.
Kepada siapa pun seharusnya kamu cinta, tapi cintamu harus karena Allah. Bukan karena
fisiknya, hartanya, atau akhlaknya. Begitulah pesan umi yg selalu terpatri di
kepalaku.
"Nak.. tolong
sampaikan pada umi, abi melihat jingga di Gaza. Hati abi sudah sangat rindu
untuk memeluknya".
Aku semakin yakin abi akan
memenuhi janjinya. Sorot mata abi yang tajam, melipatgandakan kekuatan pada kurus
tegap tubuhnya. Perlahan abi berdiri menoleh ke barat, seolah mengikat
janji pada sang pencipta
semesta. Surya yang redup tenggelam
di permukaan laut di barat, mengiringi langkah abi menjauhi makamku. Bahasa gerak
langkahnya mengatakan bahwa abi tak akan kesini lagi.
"Selamat jalan abi..
peluk jingga untukku dan umi".
Profil
Penulis: Bang Seno sapaan akrabnya, dilahirkan di Banyuwangi 30 tahun silam.
Selalu menikmati hidup baik dalam susah maupun senang. Soal karya, ia lebih
mengutamakan kualitas sebelum mengejar kuantitas. Ia mulai menemukan passionnya
sekarang. Menulis dan menulis lagi, menulis untuk kepuasan diri. Untuk
mengenalnya bisa hubungi di email: nersseno@gmail.com;
atau kunjungi blog pribadinya di http://nersseno.blogspot.com.
Setiap karya yang kami publikasikan hak cipta dan isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis Untuk Anggota Jaringan Penulis Indonesia yang mau mengirimkan karya harap mencatumkan subyek KARYA ANGGOTA + Tema Tulisan + Judul Tulisan pada email yang di kirim ke jaringanpenulis@gmail.com Bagi yang ingin bergabung menjadi Anggota Jaringan Penulis Indonesia silahkan ISI FORMULIRNYA http://jaringanpenulisindonesia.blogspot.com/search/label/Formulir%20Keanggotaan
Posting Komentar untuk "CERPEN : "MEMELUK JINGGA" By: Eko Suseno"