Senja Yang Cemas
Puisi – Mentari Meida
Barangkali adalah air laut yang pasang surut cinta kita itu. Kau
menjadi asin gelombang yang terus menyapu jejak kakiku di gigir pantai
itu. Lukaku perih dan tak kunjung sembuh. Tapi seperti yang kelak kau
tahu, aku selalu saja mencari dan menghampirimu.
Kehilangan adalah hal yang sederhana, katamu, maka berbahagialah.
Tapi senja selalu menuntunku pada cemas. Menculik satu demi satu kelip bintang yang sering kita eja di beranda malam-malam.
Telah sekian lama aku lupa bagaimana menyalakan lentera di kepalaku. Untuk menjadi ingat bahwa matamu lah kunang-kunang penghias gulita. Untuk tidak alpa bahwa aku pernah mengasihimu.
Tapi senja selalu menuntuku pada cemas. Bagaimana nanti aku mengingatmu saat gelap. Sementara kenangan semakin surut pada maghrib yang basah.
Kehilangan adalah hal yang sederhana, katamu, maka berbahagialah.
Tapi senja selalu menuntunku pada cemas. Menculik satu demi satu kelip bintang yang sering kita eja di beranda malam-malam.
Telah sekian lama aku lupa bagaimana menyalakan lentera di kepalaku. Untuk menjadi ingat bahwa matamu lah kunang-kunang penghias gulita. Untuk tidak alpa bahwa aku pernah mengasihimu.
Tapi senja selalu menuntuku pada cemas. Bagaimana nanti aku mengingatmu saat gelap. Sementara kenangan semakin surut pada maghrib yang basah.
***
Setiap karya yang kami publikasikan hak cipta dan isi tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis Untuk Anggota Jaringan Penulis Indonesia yang mau mengirimkan karya harap mencatumkan subyek KARYA ANGGOTA + Tema Tulisan + Judul Tulisan pada email yang di kirim ke jaringanpenulis@gmail.com Bagi yang ingin bergabung menjadi Anggota Jaringan Penulis Indonesia silahkan ISI FORMULIRNYA DISINI
Posting Komentar untuk "Senja Yang Cemas "