KABAR JPI - JAKARTA. Tepat pada hari Kamis, tanggal 22 Desember 2016, sebanyak 100 penulis yang berasal dari 7 provinsi dan 18 kota di Indonesia berkumpul untuk mendeklarasikan berdirinya asosiasi penulis profesional. Acara yang diadakan di Graha 1, Gedung A, Kemendikbud RI ini akan menjadi tonggak sejarah berdirinya asosisasi penulis yang telah dinantikan sejak lama.
Salah satu penulis yang hadir dalam acara tersebut adalah Endik Koeswoyo, pendiri komunitas penulis Jaringan Penulis Indonesia. "Sebagai penulis memang sangat penting untuk memiliki sebuah wadah yang resmi yang bisa menjadi payung dan menjadi rumah bagi para penulis itu sendiri, pasti akan banyak manfaatnya," ujar Endik Koeswoyo sudah menulis lebih dari 20 judul buku dan novel, puluhan skenario film televisi dan skenario film layar lebar ini.
Endik Koeswoyo yang sudah lebih dari 10 tahun malang melintang di dunia kepenulisan menyarankan kepada anggota komunitas Jaringan Penulis Indonesia untuk mencari akses dan informasi mengenai Asosiasi Penpro yang akan di resmikan hari ini di Jakarta. "Penpro akan hadir di wilayah-wilayah seluruh Indonesia, untuk para sahabat yang selama ini sudah bergabung di JPI, saya harap bersedia dan mau untuk bergabung dengan Asosiasi Penpro, karena JPI bersifat komunitas dan wadah untuk belajar dan sharing bersama mengenai penulisan, sementara Penpro memiliki payung hukum dan itu sangat membantu karier dalam penulisan, Penpro dan JPI pasti bisa jalan bersama dan bisa saling support," sambungnya sebelum berangkat ke acara deklarasi Pepro hari ini di Jakarta.
Acara Deklarasi Asosiasi Penpro juga akan dimeriahkan dengan acara peluncuran buku bersama dari 9 orang penulis. Deklarasi juga akan dilanjutkan dengan pemilihan ketua umum Penpro. Puncak acara diisi unjuk wicara (talk show) dengan menghadirkan Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie yang juga seorang penulis di samping dikenal sebagai intelektual di bidang hukum tata negara. Saat ini Prof. Jimly menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Dalam sejarahnya di Indonesia pernah berdiri beberapa organisasi penulis, tetapi tidak ada yang bertahan hingga kini. Jika pun ada yang masih berdiri, sifatnya sebagai komunitas ataupun belum berkembang secara nasional sebagai organisasi profesi.
Untuk itu, atas inisiatif beberapa penulis nasional, Asosiasi Penulis Profesional Indonesia (Penpro) didirikan. Inisiatif ini bermula dari grup percakapan Whatsapp “RUMPI” (Rumah Penulis Indonesia) yang beranggotakan seratus lebih penulis, baik yang sudah profesional maupun pemula dan peminat dunia penulisan. Selain itu, pendirian organisasi ini juga didukung oleh Institut Penulis Indonesia yang selama ini berkonsentrasi dalam pengembangan SDM penulisan-penerbitan.
Penpro didirikan dengan lima tujuan utama;
- Pertama, mengembangkan dan membina para penulis sehingga dapat mendalami profesi penulis sebagai pekerjaan utama atau pendorong karier mereka di berbagai bidang. Karena itu, Penpro terbuka untuk penulis lintas genre dan lintas bidang.
- Kedua, memberi advokasi atau bantuan hukum terhadap penulis terkait kasus-kasus hukum, terutama perlindungan hak cipta. Hal ini penting karena sampai saat ini masih banyak penulis yang tidak memahami Undang-Undang Hak Cipta dan bagaimana ia melindungi hak ciptanya.
- Ketiga, inkubator kewirausahaan penulisan yang dapat mendorong para penulis menjadi wirausahawan penulisan. Banyak bidang wirausaha yang dapat digeluti para penulis, seperti ghost writer, literary agent, publicist, book packager, publishing service, dan content developer.
- Keempat, menyusun standardisasi penulisan, terutama dalam ranah atau genre nonfiksi sebagai acuan para penulis Indonesia dan juga pemberi pekerjaan menulis.
- Kelima, menghasilkan kode etik penulis Indonesia sebagai acuan untuk bekerja atas dasar profesionalitas dengan memperhatikan etika, legalitas, dan kesantunan.
Dengan melihat tujuan di atas, dapat dipastikan bahwa harapan seorang penulis di negeri ini untuk bertumbuh kembang sangatlah terbuka. Apalagi, jika dikaitkan dengan perjuangan untuk meningkatkan daya literasi bangsa Indonesia yang dalam beberapa survei internasional dinilai sangat rendah.
Deklarasi Penpro juga akan dihadiri beberapa perwakilan dari lembaga negara dan asosiasi, seperti Balitbang Kemendikbud, Biro Perencanaan dan KLN Kemdikbud, Puskurbuk Kemendikbud, PNRI, ACLC KPK, Komite Buku Nasional, dan Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi (APPTI). Tercatat beberapa penulis nasional yang menjadi deklarator dan memberi dukungan adalah N. Syamsuddin Ch. Haesy, Hernowo, Pidi Baiq, Yusran Darmawan, Bambang Trim, Bachtiar Adnan Kusuma, Alvin Witarsa, Adrinal Tanjung, Anang YB, Agung Purwandono, Tasaro GK, Fachmy Casofa, Dedi Alfiandri Alison, Gesang Sari Mawarni, Rochmad Widodo, Rita Audriyanti Kunrat, Eli Syarifah, Khairiah Lubis, dan Sayuda Patria.
Acara deklarasi ini mengangkat tema: Penulis Indonesia berhimpun, berkarya dan berdaya untuk bangsa. Dengan harapan, ke depannya makin banyak penulis profesional yang lahir dari asosiasi ini untuk mengharumkan nama bangsa. Karena itu, Penpro terbuka untuk para penulis pemula yang hendak mengasah kemampuannya secara profesional dalam berbagai bidang. Penpro juga terbuka untuk para penulis dengan berbagai posisi, yaitu penulis lepas (penulis mandiri dan penulis jasa) dan penulis karyawan.
Acara Deklarasi Asosiasi Penpro menargetkan terpilihnya ketua dan kesepakatan waktu penyelenggaraan musyawarah kerja nasional pertama pada awal 2017. Diharapkan kepengurusan pusat Penpro terpilih langsung bekerja dengan mengesahkan AD/ART, melegalisasi organisasi, dan melantik kepengurusan Penpro daerah yang dapat diwakili oleh setiap kabupaten/kota.
Posting Komentar untuk "JARINGAN PENULIS INDONESIA MENDUKUNG DEKLARASI ASOSIASI PENULIS PROFESIONAL"