REVIEW KARTINI – Sebuah film “LOVE STORY” yang sesunguhnya
Oleh : Endik Koeswoyo
Ketertarikan
saya dengan film Kartini muncul sudah teramat sangat lama, sejak isu pembuatan
film tersebut mulai santer dua tahun yang lalu. Dari sekian banyak film yang disutradari
oleh Hanung Bramantyo hanya Kartini yang membuat saya tidak sabar untuk segera
menontonnya. Ketertarikan yang luar biasa terhadap film Kartini itulah yang
membuat saya memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada Mas Hanung melalui
pesan singkat “Mas Hanung premiere Kartini kapan?” dalam hitungan menit pesan
singkat itu dijawab, “tanggal 12. Tapi besok jam 2 siang aja bisa datangkah?” Dan
begitulah, akhirnya saya menjadi orang yang beruntung bisa menyaksikan film ini
lebih awal sebelum jadwal resmi penayangannya tanggal 19 April 2017.
Kartini
dari sudut pandang Hanung memang berbeda dari apa yang ada di otak saya sebelum
saya menyaksikan film tersebut. Kartini bukan sekedar kisah perjuangan tetapi
kisah romantis, kisah cinta penuh air mata yang membuat penonton terdiam
sembari sesekali menyeka air matanya (termasuk saya hehehhe). Dan saya berani
mengatakan Film kartini adalah sebuah film “LOVE STORY” yang sesungguhnya. Kisah
cinta seorang Ibu yang bernama Ngatirah kepada anaknya, rasa cinta dari anak yang
bernama Kartini kepada ibunya sudah tergambar jelas dalam adegan awal. Lalu kita
disajikan kisah cinta seorang kakak yang bernama Sosrokartono yang diperankan
apik oleh Reza Rahardian kepada adik perempuannya Kartini. Kemudian yang paling menohok adalah kisah cinta seorang
Ayah yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang diperankan begitu keren
oleh aktor kawakan Deddy Sutomo, kisah cinta kepada keluarga kepada seluruh
anggota keluarganya dan kepada seluruh Rakyat yang dipimpinnya. Dan masih ada
lagi kisah cinta yang begitu tulus, kisah cinta Kartini kepada adik-adik
perempuannya dan kisah cinta adik-adik perempuan kepada Kartini. Begitu banyak kisah ketulusan cinta yang
tersaji dalam film Kartini, bukan kisah cinta Kartini dan Adipati Ario
Singgih, tetapi jalinan kisah
cinta yang lebih besar dari itu semua, kisah cinta seorang perempuan untuk kaum
perempuan lainnya.
Film
Kartini menyajikan sebuah alur cerita dari sudut pandang yang berbeda. Kartini
adalah film yang bisa dinikmati bukan oleh kaum hawa saja, tetapi siapapun anda
bisa menikmati film ini. Bahkan saya pribadi merasa kalau film Kartini bukan untuk kaum perempuan, tetapi untuk kaum laki-laki. Saran saya sebelum masuk ke bioskop siapkan sekotak
tisue karena saya yakin adegan-adegan yang yang tergarap dengan detail akan
memporak porandakan perasaan dan air mata tak akan terbendung, apalagi jika anda
adalah tipe yang sensitif dan memilik rasa empati yang cukup tinggi, air mata pasti
tidak akan terkendali. Kartini berjuang tidak sendiri, ada ibunya, ada
kakaknya, ada kedua adiknya, dan tentu saja ada ayahnya dan orang-orang
disekitarnya yang mendukung perjuangannya.
Banyak
pengalaman dan informasi baru yang saya dapatkan setelah menonton film Kartini,
dan saya semakin yakin kalau Raden Ajeng Kartini bukan hanya pejuang kaum
perempuan, Kartini bukan hanya tokoh pendidikan, Kartini bukan saja contoh dan
tauladan dalam perjuanagn perempuan, tetapi Kartini juga seorang perempuan yang
memahami politik dan bisnis. Oh ya, satu lagi yang membuat saya menyukai film
Kartini, dalam film ini juga digambarkan betapa pentingnya membaca buku. Jika
ingin sukses dan berhasil, jika ingin pandai jangan lupakan buku. Kartini saja
membawa buku, masak kamu enggak? Hehehe… selamat menonton film keren ini mulai
19 April 2017 di Bioskop seluruh Indonesia.
Official Teaser Film Kartini
Official Teaser Film Kartini
Oh ya satu lagi yang lupa. Setelah
menyaksikan Film Kartini, saya jadi teringat kembali kata-kata Hanung Bramantyo
3 tahun lalu saat menghadiri Festival Film Bandung, tepatnya tahun 2014 saat
Film Soekarno menyabet banyak penghargaan di FFB 2014. Saat itu saya sempat
menyalami Mas Hanung dan memberikan ucapan selamat atas prestasinya dengan film
Soekarno. Satu kata yang saya ingat kala itu, “Kalau bikin film itu jangan
cinta-cintaan terus,” dan kata-kata itu terbukti kisah cinta bukan hanya soal
pacaran, jadian, putus kemudian galau. Kisah cinta itu seluas mata memandang. Karena saya penulis dan penikmat film dan bukan kritikus film maka tidak ada kritik dalam tulisan saya.
---------------
TENTANG PENULIS
Endik Koeswoyo, adalah penulis skenario atau scriptwriter.
Freelance Writer. Sudah menulis 24 judul novel dan buku. Endik Koeswoyo
saat ini tinggal di Jakarta dan aktif menulis skenario film, ftv dan
sinetron. Penggagas berdirinya Jaringan Penulis Indonesia dan pemerhati
sosmed ini juga merupakan vlogger, youtuber, dan tentu saja blogger.
Beberapa karya skenario film layar lebar yang pernah ditulis antara
lain; Me And You Vs The World, Kesurupan Setan, Cerita Cinta, Erau Kota
Raja, Gelas Gelas Kaca The Movie. Selain menulis, Endik Koeswoyo juga
sedang menyelasaikan pendidikan S1 Ilmu Politik di Universitas Bung
Karno.
Yang ingin kenal lebih dekat dengan menghubungi:
Twitter: @endikkoeswoyo
Instagram: @endikkoeswoyo
Facebook: @endikkoeswoyo
Posting Komentar untuk "REVIEW FILM - KARTINI, sebuah film “LOVE STORY” yang sesunguhnya"