PATAHAN DIALOG
Oleh :Fatimah_Astudy
Oleh :Fatimah_Astudy
Ifat
memandang foto lelakinya. Sudah lama mereka tak bertemu dan berkomunikasi.Namun
ia tak pernah lupa nama lelaki yang dalam bahasa arab berarti “pengampunan”
tersebut.
“Tidak
usah menanam rindu!”sebuah suara berdenging di telinganya.Ia
menelan ludah.Perasaan bersalah
tiba-tiba menghantuinya lagi.Bahkan jemari kurusnya bergetar, memainkan bolpoint di atas
pink note dengan kuda pony dan tulisan pinky pie pada sampulnya, menggantikan
photo yang sedari tadi ditatapnya. Hari ini, dia ingin menulis di atas kertas.
Layar handpone tak lagi menarik baginya untuk membuang rindu.
Ifat
menghela nafas panjang.Seperti dejavu, rentetan dialog pada sebuah peristiwa mulai
beriak dalam benaknya. Bahkan dia yang saat ini terpaku di dekat jendela, memandangi hamparan warna kuning oleh pohon
sansuyu yang bermekaran di awal musim semi, merasa sedang menghadap laut
pantai marina Bantaeng ,sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan,kampung
halamannya yang tak pernah absen mendapat piala Adipura.Selalu segar dalam
ingatannya bahwa di sanalah tempat terakhir mereka saling bertukar kata, mengakui
hubungan , lalu mengaburkannya dengan penantian tak pasti.
***
“Waktu ternyata sangat mahal.Tak seorangpun sanggup membelinya.”
Ifat
memperlihatkan kertas bertuliskan 2 penggal kalimat dan gambar sekuntum mawar
layu di sebelah kiri bawah.Tulisan dan
gambar itu,hasil coretannya selama 15
menit bosan menunggu.
Sementara Gufron menghapus peluh di
pelipis, memperhatikan kertas di hadapannya, lalu melirik seiko hitam di
pergelangan tangannya.
“Jam tangaku ini kurawat sendiri” lanjutnya santai.
“Aku punya cerita tentang tetanggaku.
Dia sering membuang sampah di depan rumah temannya” Suara Ifat datar dengan ekspresi wajah dingin memandang lurus
ke pantai.
“Temanku setiap hari menghadiahi
senyuman kepada tetangganya”Gufron mengerling
Ifat sambil tersenyum sempurna.Lesung pipit bertengger manis di
kedua pipinya.
“Tetanggaku tak pernah mau
disalahkan”Lanjut
Ifat dengan nada suara mulai melunak.
“Temanku beranggapan bahwa tetangganyalah yang meninggalkannya.”
Gufron
meraih tali kamera yang menggantung di lehernya, meletakkan kameranya di
meja,persis di samping tempat Ifat menggelar
pink notes dan bolpoint kuningnya.Sikapnya,masih sesantai nyiur yang
melambai menghantar sepoinya angin pantai.
Ifat
menahan geli. Sikap tenang dan jawaban nyeleneh lelaki ini selalu memantik rasa suka yang masih
sanggup dipendamnya.Tapi itu tidak berlaku atas rasa cemburu yang tak pernah
sukses dilakonkannya setiap suara handpone cowok bermata bening itu, membunuh senyap di antara patahan dialog
mereka,sama dengan saat ini.
“Tetanggaku punya banyak teman wanita
dan pacarnya tak tahu”ketusnya lagi.
Sekelebat
ia mencoba meraba mimik Gufron ,lalu cepat-cepat kembali menatap lurus ke laut, sebelum aksi
menatap diam-diam nya ketahuan. Dia sadari, ada senyuman kecil yang
ketinggalan dia sembunyikan, ketika ia
menyebut “pacar” secara refleks dan pertama kalinya di depan gufron.
“Temanku menjaga semua hal penting
tentang dirinya sebagai rahasianya.”
Gufron
lalu memasukkan hp ke saku tracker beige pendeknya.Senyuman mautnya tak pernah
bosan menggantung.
Ifat
mulai kesal dengan senyuman itu. Bukan karena senyuman itu tidak menarik,tapi
ia sudah membayangkan nantinya akan sulit baginya untuk menonton senyuman dan mata bersih itu secara live di depan
matanya.Perlahan,dia menggeser duduknya
, mencari posisi yang lebih nyaman. Tak lama,ia berdiri memandang pantai dengan
raut gelisah.Perhatiannya lalu dialihkan kepada teman-teman mereka yang sedang asyik dengan kegemaran
masing-masing. Ada yang berkejaran,berenang, membeli souvenir,makan, dan
kegiatan lainnya yang dibuat senyaman
mungkin , menikmati piknik perpisahan
kelas bimbingan belajar mereka. Dia beruntung,mendapat beasiswa ke
negara idamannya,korea. Hasil dari kerja kerasnya belajar,berdoa dan kerap dibuli karena tidak memiliki pacar
semasa bersekolah. Gufron sebenarnya teman sekolahnya yang dikenalinya justru 2
bulan terakhir saat mereka sama-sama sekelas di sebuah pusat bimbingan belajar
. Namun,kebersamaan mereka di sekolah tidak begitu nampak dan jauh dari buah
bibir, karena mereka sebelumnya tidak pernah mendeklarasikan hubungan lewat kata "Aku Cinta Kamu, I Love You, Ich Liebe Dich atau Upojiki" dan seabrek kata romantis ungkapan cinta yang menjamur di mesin pencari data.Mereka hanya terbiasa berdiskusi dengan nalar yang membawa rasa ketagihan tuk saling memberi motivasi dalam berprestasi. Keduanya, apalagi Ifat sangat tenar di
mata guru-guru dan penghuni sekolah dengan berbagai prestasi sains
maupun seni.
“Minggu depan,tetanggaku berangkat ke
luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.Tapi,pacarnya tak peduli atau mungkin dia tak tahu” Ifat membelakangi Gufron,mengucapkan
tuk kedua kalinya, kata “pacar” yang sebenarnya sangat asing di telinganya.
“Temanku membiarkan temannya, eh
pacarnya, memilih jalan terbaik untuk kesuksesannya”Gufron menantang kalimat Ifat.Lalu,diraihnya
lagi kameranya, memotret gadis yang membelakanginya ini. Naluri lelakinya ingin
merengkuh gadis itu,namun norma kesopanan yang diajarkan sejak dini dalam
keluarganya sudah tersimpan dengan baik dalam sanubarinya.
Ifat
berbalik, menyembunyikan sikap canggungnya saat mendapati Gufron memotretnya
diam-diam.Kemudian, ia duduk di tempatnya semula, di sisi tempat duduk Gufron
berbataskan pink note dan bolpoint bermotif bunga kuningnya.
“Kata tetanggaku, hubungan baik
bukan berarti pacaran.Masih banyak cita-cita yang menanti untuk direbut ”lanjutnya,kali ini sambil menunduk.
“Temanku menyimpan semua kenangan
bersama temannya sebagai harta karunnya.Dia juga akan melakukan hal terbaik
untuk pendidikannya sebagaimana ia ingin layak bersanding dengan pasangannya
nanti.”
Ada
jeda dialog sementara.Camar terbang
rendah, bersahutan dengan suara gelombang . Selang beberapa menit, Gufron
berdiri agak membungkuk,mengatur zoom
lensa kameranya , dan fokus memotret
ombak .
“Tetanggaku berharap suatu hari dia
dan temannya dapat bertemu lagi,menyelesaikan setiap pelajaran yang tertunda”suara Ifat memecah kesunyian.Dia
sudah sangat paham adegan Gufron yang
sedang nervous dan berdalih memainkan kameranya.
“Temanku bilang terima kasih padamu”balas Gufron serius.Ia berhenti
memotret dan kembali duduk di samping Ifat.Sejenak dua muda-mudi ini bertatapan
,meluruhkan gengsi. Ada harapan di bening mata keduanya,namun sepersekian detik
kemudian,seperti mendapat komando yang sama, keduanya saling memalingkan pendangan,melewatkan
moment langka tersebut.
“Tetanggaku ingin engkau menunggunya.Tidak
usah menanam rindu dan saling mengabari sampai waktu pertemuan tiba”Ifat berkata lirih sambil menunduk
lebih dalam lagi,mengalihkan kesedihan tertahannya pada detail pasir pantai yang menempel di sendalnya. “Tetanggaku itu aku”lanjutnya membatin.
“Aku menunggumu di marina.”Gufron menatap
Ifat yang terus menunduk,lalu lanjut
berkata lembut:“temanku itu aku,tetanggamu itu kamu.”
Suara
berat Gufron membuat Ifat terhenyak sesaat,sekali lagi adegan saling bertatapan
terulang ,dan sejurus kemudian ditutup dengan senyuman sempurna.
Masing-masing
lalu beranjak, dan berjalan ke arah yang berbeda.Sepakat tuk saling
melupakan,sampai mereka berhasil meraih cita-citanya.Gufron to be photographer
dan Ifat is doctor wanna be.
***
The
most beautiful thing is a flower
The
best place to meet is a beach
The
best goal is education
Love
follows it
I
keep them here
Deep
inside
You’re
there
I
am here
Ifat
melempar pink note dan bolpointnya.Puisinya sudah jadi,dan seperti biasa,dia
kembali lupa mengapa ia menulis. Perasaannya berkecamuk menyebabkan pusing yang
terlalu.Darahnya mendidih, serasa ingin dia tumpahkan ke kepalanya
sendiri,berharap memorinya kembali.
Tak
lama, seseorang masuk ke kamar bercat
dinding putih, yang dihuninya selama 2
bulan ini, akibat sebuah kecelakaan kecil di laboratorium praktek kampusnya.Ada
banyak obat di atas nampan kecil yang dibawa perawat cantik itu, berlabel “ANTEROGRADE AMNESIA”.
###
Cerpen ini ditulis dari sebuah naskah film pendek berjudul : Pinky Pie Story of Briton Bone.
Penulis : Santi.
Santi adalah Fatimah_Astudy.
See the short film at :https://youtu.be/pxKVsXP4FkM
Posting Komentar untuk " PATAHAN DIALOG"