Chapter
3.
“oke,
gue minta cinta lo buat ngasih gue kekuatan.”
Telak,
Arka menginjak rem mobilnya, hingga tubuhnya terdorong kedepan, untung jalanan
sepi, hingga terhindar dari kecelakaan yang akan melayangkan nyawanya, Arka
terdiam, ucapan Tania benar-benar sangat mengejutkan, membuat Arkan diam dengan
raut wajah tak terbaca.
“kenapa
lo diam? Lo nggak bisa ngasih itu buat kue, kan?” tanya Aluna, hatinya
tercelos, sangat sakit. Nafasnya tersendat-sendat, ada sesuatu aneh yang
menjalar di dalam dada, hingga menimbulkan rasa pengap.
“Tania,gue—“
Arka mengandungkan ucapan, keningnya berkerut dalam. Tania tersenyum sarkastis,
lalu membuang muka ke jendela mobil.
“Tania,
plis dengerin gue, gue..” Arka menggenggam tangan Tania, mengelusnya pelan, “lo
tau kan gue punya cewek lain yang—“ Tania memegang pergelangan tangan Arka,
namun bukan untuk didenggam, malainkan, untuk disingkirkan.
“nggak
usah lo terusin, anggap gue nggak pernah ngomong apa-apa.”
Tania
turun dari mobil, membawa kekecewaan yang terlampau, malu sekaligus sakit,
mulutnya terlanjut melontarkan permintaan konyol, tak sanggup jika harus
bertatap muka.
Di
dalam mobil, Arka masih tergugu, mendesah resah, tidak tahu harus melakukan
apa, sulit untuk membalas cinta gadis baik seperti Tania, tubuhnya melumer.
***
cuaca di luar hujan deras, membawakan angin kencang yang mengerika, pohon-pohon di pinggiran jalan bergoyang-goyang kuat, seolah angin memaksanya untuk enyah dari tempat itu. Sudah hampir jam delapan malam, Tania belum pulang ke rumah, Arka tidak ingin hal buruk terjadi dengan sahabatnya.
kejadian tadi siang, masih bisa diingat dengan jelas, bagaimana mata redup gadis itu memohon cinta, merasaan bersalah sekoyong-konyong menghampiri hatinya.
cuaca di luar hujan deras, membawakan angin kencang yang mengerika, pohon-pohon di pinggiran jalan bergoyang-goyang kuat, seolah angin memaksanya untuk enyah dari tempat itu. Sudah hampir jam delapan malam, Tania belum pulang ke rumah, Arka tidak ingin hal buruk terjadi dengan sahabatnya.
kejadian tadi siang, masih bisa diingat dengan jelas, bagaimana mata redup gadis itu memohon cinta, merasaan bersalah sekoyong-konyong menghampiri hatinya.
“Arka,
sudah hampir jam delapan malam, kenapa Tania belum pulang?” raut ke khawatiran
terpahat jelas di wajah Tante Kirana, Tania sudah seperti anaknya sendiri.
“Arka
nggak tau, mah. Arka juga khawatir.”
“kamu cari dia, mamah takaut terjadi hal buruk dengan Tania, gimana pun mamah sudah menganggap dia sebagai anak, mamah.” Arka mengangguk sebagai respon. Sadar telah menambahlan goresan luka di hati Tania, ini sudah keputusannya, mencoba membalas cinta Tania, apapun akan Arka lakukan demi kebahagiaan Tania, meski harus merenggut kebahagiaannya.
“kamu cari dia, mamah takaut terjadi hal buruk dengan Tania, gimana pun mamah sudah menganggap dia sebagai anak, mamah.” Arka mengangguk sebagai respon. Sadar telah menambahlan goresan luka di hati Tania, ini sudah keputusannya, mencoba membalas cinta Tania, apapun akan Arka lakukan demi kebahagiaan Tania, meski harus merenggut kebahagiaannya.
Di
ujung jalan, samar-samar Arka melihat, sosok Tania tergeletak di atas aspal,
dengan seragammnya yang sudah basah, jantungnya hampir melompat keluar,
tubuhnya bergetar. Cepat- cepat Arka keluar dari dalam mobil, memungut tubuh
mungil Tania yang sudah tak sadarkan diri, wajahnya pucat.
“Tania,
apa yang terjadi.” Berusaha membangunkan, tapi tidak ada respon, cepat-cepat
Arka mengangkat tubuh Tania, membawanya ke dalam monil.
“Tania, apa yang kamu lakuin, Tania bangun..” tubuh Tania sangat lemah, membuat Arka terjerembab kaget, “kita ke rumah sakit.”
“Tania, apa yang kamu lakuin, Tania bangun..” tubuh Tania sangat lemah, membuat Arka terjerembab kaget, “kita ke rumah sakit.”
***
Hampir
sepuluh menit dokter menangani Tania, Arka masih belum bisa bernafas lega,
berjalan mondar-mandir di depan ruangan UGD, di lorong rumah sakit Kirana dan
Dio berjalan tergesa-gesa, mendapat kabar buruk dari Arka.
Arka hanya menggeleng lemah, “Arka nggak tau, Mah.”
“oke, gue minta cinta lo buat ngasih gue kekuatan.”
Kalimat itu masih terdengar jelas di telinga Arka, membuatnya semakin merasa bersalah, “iya, gue bakal kasih, Tania. Asalkan lo baik-baik aja.” Arka memijat keningn ya frustasi, jika saja tadi siang ia memberika jawaban yang membuat Tania bahagia, semuanya tidak akan seperti ini, Arka sangat menyesal.
***
Bersambung...
Posting Komentar untuk "_Goresan Hati- 3"