Chapter 2
Tania menggepalkan
kedua tangannya, emosinya meluap tak tertahankan, pemandangan di depannya
benar-benar membuat dada terasa pengap. Memandang ketiga orang itu dengan
tatapan antipati, ada rasa yang sekoyong-konyong menjalar di dalam dadanya,
terasa panas hingga menimbulkan sesak yang tak bisa dijelaskan.
“Ayah,aku bahagiaa
banget, kehadiran ayah ngasih kebahagiaan aku sama Mamah, aku bisa ngerasain
kasih sayang seorang Ayah yang nggak pernah aku dapetin dari dulu.”
“Ayah sangat
menyayangimu dan Mamah, Ayah kan
mengorbankan apapun untuk kebahagiaan kalian berdua.”
Gadis itu kembali
tersenyum, memeluk kembali laki-laki berkaca mata itu dengan sayang,
kebahagiaan benar-benar sempurna, menjadi anak paling beruntung yang terlahir
keduania.
Tak tahan melihat
pemandangan yang akan mengirimkan bom padanya, ia memilih pergi meninggalkan
tempat tertuk itu, lama-lama berada di sana hanya akan menimbulkan sakit yang
teramat.
“ternyata benar, dia
lebih memilih hidup bahagia sama istri baru dan anak bawaannya itu, sementara
gue, yang anak kandungnya sendiri dia tinggalin gitu aja, gue benci sama lo.” Kalimat
itu tercetus begitu mulus dari mulu Tania, pandangan matanya tak terbaca,
menimbulkan ambigu.
“Tan, lo gimana sih.
gue suruh tunggu bentar malah pergi gitu aja.” Protes Arka yang baru saja tioba
di parkiran, Tania hanya menatap Arka dingin, tanpa respon jawaban. Arka
mengerutkan keningnya.
“lo kenapa?”
“gue capek, gue
pengen pulang!”
“ohh, oke...”
Dalam perjalanan,
sepatah kata pun tidak Tania ucapkan, ia sibuk dalam dunia sendiri, menatap
jalanan raya yang di banjiri gelangan air, ia terlampau dalam lamunannya,
mengenyampingkan pertanyaan-pertanyaan yang selalu di berikan Arka. Ia benar-benar
tidak mampi merspon, sangat cemburu dengan gadis yang merebut kasih sayang
Ayahnya sendiri, sementara ia tidak bisa mendapatkan sesuatu yang menjadi hak
nya. Jika Tania mengatakan tidak perduli, mungkin munafik adalah kata yang
pantas untuk menggambarkan dirinya, bagaimana pun, Tania adalah seorang anak
yang menginginkan orang tuanya.
“Tania, diam itu
nggak akan nyelesaiin masalah. Bilang sama gue, lo kenapa?”
“bicara sama lo juga
bukan nggak bakal selesaiin masalahkan?” tanya Tania menantang, Arka tersenyum
miring.
“kalau lo cerita,
gue janji, gue bakal bantu lo ngelarin masalah lo.”
“apa lo bisa bikin
orangtua gue bersatu lagi?”
Arka mendesah,
sepertinya pernyataan Arka tidak pernah membuatnya sadar. “Tania, hal itu nggak
mungkin terjadi, kecuali mereka nggak punya pasangan masing-masing. Kalau untuk
masalah lo yang lain, gue janji, gue bakal berusaha buat ngebantuin lo.”
“dan gue nggak punya
masalah yang lain.”
“Tania,ini udah satu
tahun, apa lo mau terus-terusan kalas sama kesedihan lo? Kesedihan itu bukan
untuk di rasain, tapi buat di jadikan kekuatan dan pertanda, kalau lo itu orang
yang sengaja di pilih Allah.”
“oke, gue minta
cinta lo buat ngasih gue kekuatan.”
Telak, Arka
menginjak rem mobilnya, hingga tubuhnya terdorong kedepan, untung jalanan sepi,
hingga terhindar dari kecelakaan yang akan melayangkan nyawanya, Arka terdiam,
ucapan Tania benar-benar sangat mengejutkan, membuat Arkan diam dengan raut wajah
tak terbaca.
***
Bersambung.....
Profil Penulis.
Ilhidayatul Husna, lahir di
Payakumbuh, 13 September 1999. Ia merupakan seorang siswi jurusan Multimedia di
salah satu SMKN IT di Sumatera Barat. Ia seorang gadis yang lahir dari pasangan
Yanto dan Harmida. Awalnya, ia memulai hobi menulisnya ketika ia duduk di bangku menengah pertama. Tulisan-tulisannya selalu
ia publikasikan di fanspage, Wattpad, dan kiriman facebook. Baru bisa
melahirkan satu buku terbitan Indie. Dapat dihubungi via email:
husnailhidayatul@gmail.com, instagram: @ilhidayatulhusna478 dan facebook:
Chellna Ziura Dimchellers.
Posting Komentar untuk "-Goresan Hati- (2) "