Ayah dan Putri Sulungnya
Karya: Dyah Purbo Arum Larasati
Sumber gambar: pesananpaklong.blogspot.com |
ayah dan putri sulungnya
mereka bertatap pandang,
menatap
pandang dalam usia kian belia
menguncup di pelepah ujung
pisang
langit tandang
pria itu telah lama bersemedi
dan jauh di lubuk hati
menikam bengis di putri
sulungnya
putri pertama, setelah lusa
ketiga
membuat semua menjadi empat
bersama
tapi si sulung
mengidap kisah jauh berbeda
menebar lentera harap dan
cerita
dari sang ayah
abadinya luka, hingga meredam
tutupkan netra
abadinya kisah, terus salami
sokongkan iman di dada
bahwa hatinya jauh berkelana
dan ayah hanya
sosok di tapal batas
kanak-kanaknya
merenggang masa silam dan
dongeng malam
seumpama si kancil dan pak tani
mengkokohkan jemari dan
senyumnya di pagi
bersemayam hari junjungkan
bakti
ayah
dan putri sulungnya
telah berkisah lama bermegah
mencubit kerinduan
yang sekarang alot peyot
bersiur simpang jauh nun angkuh
disana
berbeda dengan ketiga lain
putrinya
mengingat rindu
tetap bercanda jua
sedang nun jauh disana
si sulung pun penuh sisihkan
berkat
bagi alam dan kisah yang rindu
untuk direkat
menjadi bulir kesejukan
bukan butir sajak debat
mengajak sang ayah
pada pria itu
menarik lengan kemejanya
tapi bukan minta
digendong
bukan pula minta didongeng
melainkan
“…ajari aku kehidupan ini, ayah…”
timur belum ke barat
dan barat pun belum ke timur
begitu pula sang nahkoda belum
berpulang dari laut
sebab ikan pun
segenggam belum jua tersambut
tapi ini beda maksud
tanpa laut
tanpa dongeng si kancil
penggelut
tapi sungguh
si sulung ingin berkisah di
pundak ayah
menangis di bahu lama
hidup berkisah
namun pria itu
ayah
telah menyingkap rusuh di
tangis resah sulung
di pundak tangis dulu ada ia
di bahu miris, ia dalangnya
sulung menutup edan zaman yang
kian kecut. penuh tanya
ini kisahku
ayah dan putri sulungnya
Pekanbaru, 6 november 2015
Posting Komentar untuk "Puisi - Ayah dan Putri Sulungnya"