Ini Ampera Untuk Yang Di Simpang Tiga
Karya: Dyah Purbo
Arum Larasati
Sumber gambar: grennhaitsu.wordpress.com |
mengais debu diatas aspal kelabu
ditempiknya pula kaleng kecil dan logam-kayu
gemerincing pada saksi mata terpicing
tak kuat
tak juga goyah dalam jalanan
kian melengking
kutoleh mereka dari warung lesehan
menakuti jejak tampak pemakaman
menyusuri juga kehampaan
jalanan pelik penuh siksaan
harapan
dimana harapan mereka?
ditenggelamkan dalam anarki-kah?
nista
disulitkan jugakah sang pejabat hyang-mega?
durja
arrrghh!
terlalu kupicingkan mata
terlalu senyap lampu di netra
kujejali saja
temaram kota dihadapannya
dan mengait jari seplastik ampera
kusapa ia, “... ini
ampera...”
mengerdup serup dada dan sukma
menitik keras layangkan netranya
masih saja ia dan temannya
merogoh pikiran dalam-dalam
berusaha menolak
berkata tidak
dan gempala masih teriak diubun-ubunnya
gempitaku dijalanan hitam
mengais debu dijalanan kelam
usang dan lengang
arggghhh!
undang-undang
terlalu pahit bagi si tirani
mencairkan rupiahnya
terlalu sulit untuk mereka
mengubah haluannya
yang mesti di istana, bukan di sergapan terakota
yang makannya pizza
bukan sisa TPS ampera
dan mereka masih terlena
sama sekali tertidur dalam janji-janji tua
hanya kampanye dikoar-koarkan
namun usainya
negeripun kian didagangkan
arghh!
simpang tiga terlalu sunyi untuk dinyayikan-belati
dan kejamnya bangsa sendiri
tapi mereka masih saja tertawa, bahagia
seakan hidupnya hanya serpihan dongeng cinderella
yang berhujung fantasi dunia, pelipur lara
arghhh!
sudahlah
terserah tirani bertindak tega
tapi memang
ini ampera untuk yang di simpang tiga
Pekanbaru, 23 Oktober 2015
Posting Komentar untuk "Puisi - Ini Ampera Untuk Yang Di Simpang Tiga"