Pagi hari seperti
biasa, selepas salat subuh berbenah rumah lalu masak dan mencuci pakaian. Hari
ini libur bekerja, karena hari minggu. Setelah semua selesai kemudian aku
melangkah ke kamar, untuk membangunkan Sa dan memandikannya. Ketika membuka
pintu kamar, Sa masih tertidur. Saat hendak membuka tirai jendela karena hari
sudah berangsur siang, tiba-tiba ...
“Aahh!” teriak Sa
sambil duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
“Sa?” panggilku setelah
membuka tirai dan jendela
“Aaahhh!” teriaknya
lagi lebih kencang sambil menunjuk ke arah jendela.
“Biar enggak pengap,
Sayang,” bujukku sambil mendekatinya. Namun Dia menolakku sambil menggeram kesal.
“Sa? Kamu enggak suka
kalau jendela ini Tante buka?” kataku dan Sa hanya mengangguk dari balik
selimut.
Tanpa menunggu waktu,
karena kasihan melihat keadaannya, kemudian jendela dan tirainya segera aku
tutup.
“Sekarang kita mandi
yuk, Sa!” Ajakku kemudian sambil menggandengnya menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan
merapikan Sa, kemudian menyuapinya lalu aku memberikan bingkisan beberapa
plastik dari Mas Dion.
“Sa, ini ada baju untuk
kamu dan makanan ringan juga, dari Om Dion temen Tante. Semalam Om Dion ke
sini, ingin kenal dengan Sa, tapi kamu sudah bobo,” kataku mengusap rambutnya,
sambil memberikan plastik itu padanya.
Sa hanya menantapku
hampa, kemudian membuka plastik-plastik itu.
Ah! Mungkin Sa masih bingung, karena belum mengenal
Mas Dion, batinku.
Sambil menikmati
coklat, kemudian aku mengajak bercanda Sa dan bernyanyi lagu anak-anak. Sa
nampak senang terlihat dari raut wajahnya dan tersungging sebuah senyuman di
lengkung bibir mungilnya. Kami sangat menikmati suasana ini. Sampai kudengar
ada suara ketukan pintu dan orang mengucapkan salam dari luar.
“Tok! Tok! Tok!”
“Assalamu’alaikum!”
“Wa’alaikumussalaam!”
jawabku sambil setengah berlari menuju ke pintu.
Seraut wajah yang sudah
kukenal sekarang berdiri di depanku, sambil tersenyum dan menatap dengan penuh
kasih.
“Mas Dion, mari masuk,”
kataku sambil menggelar tikar dan menuju ke dapur untuk membuatkan minuman.
Setelah berbincang sesaat, kemudian kami menemui Sa di kamar. Masih terlihat
makanan yang berserakan di lantai bekas aku dan Sa tadi bermain dan bernyanyi
bersama. Namun Sa sudah kembali berada di atas tempat tidur, sambil menutupi
wajahnya dengan bantal.
“Sa?” panggilku, sesaat
kemudian bantalnya bergerak sambil sedikit menyembulkan kepalanya.
Lalu kami mendekatinya,
sambil mengusap rambut Sa, Mas Dion berusaha mengambil bantal dari tangannya.
“Sa, Om foto dulu ya?
Biar cepat bertemu dengan orang tua kamu,” bujuk Mas Dion sambil
memberikan isyarat, lalu aku duduk di sampingnya, agar mau di foto bersama.
Setelah beberapa kali
di foto, kemudian Mas Dion mengajak kami untuk ke rumah Pak RT. Namun Sa
langsung menggeram, seketika pintu kamar pun terbuka dan tertutup sendiri
berkali-kali padahal tidak ada angin.
Seperti biasanya bulu
kudukku merinding, sambil terus membaca doa dalam hati, segera aku dekati Sa
sambil memeluk tubuh mungilnya yang dingin.
Sesaat kemudian pintu
terbuka sendiri dan berhenti bergerak. Mas Dion menatapku sambil mengajak
keluar. Setelah melihat Sa nampak tenang kembali, kami pun keluar kamar
meninggalkan Sa yang menatap kami dengan tatapan hampa.
Mas Dion langsung pamit
untuk segera ke rumah Pak RT Maman. Sementara aku kembali ke kamar dan bermain
serta bercanda dan beryanyi kembali dengan Sa.
***
Ketika sampai di rumah
Pak RT, Dion memberitahukan perihal Sa yang ditemukan olehku di pinggir sungai
dekat tumpukan sampah.
“Ini foto anak itu, Pak
RT. Saat Widya menemukan berpakaian warna biru muda, usianya sekitar empat
tahun dan ketika ditanyakan namanya, anak itu hanya mengatakan Sa. Mungkin
masih trauma karena terpisah dari orang tuanya, makanya Dia tidak banyak
bicara,” cerita Dion sambil menunjukan foto dalam hp nya.
Namun Pak RT segera
mengernyitkan dahinya, sambil berkata dengan nada menyelidiki.
“Foto apaan, Dion? Kamu
salah foto atau salah memperlihatkan foto pada Saya?”
“Ini, Pak RT!” jawab
Dion tegas sambil memperlihatkan foto lainnya.
“Ini Cuma gambar
kosong, hitam semua. Mana foto anak itu?” Pak RT pun bertanya lagi dengan nada
tinggi.
Karena merasa ada yang
janggal, kemudian Dion segera melihat foto dalam hp nya. Dan ternyata memang
hanya gambar kosong berwarna hitam. Dion pun segera mencari di antara file foto
yang ada dalam hp nya, tapi tidak ditemukan foto Widya bersama Sa!
Sambil menerangkan
bahwa tadi memang foto itu ada dalam hp, Dion kemudian mengajak Pak RT untuk
berkunjung ke rumah Widya. Karena ada keperluan, maka Pak RT tidak bisa
berkunjung saat itu, namun berjanji akan secepatnya ke rumah Widya, untuk
membantu menemukan orang tua Sa.
***
Dion segera kembali ke
rumah Widya, nampak sepi rumahnya dari luar tapi ketika hendak mengetuk pintu,
Dia mendengar suara Widya seolah berbicara dan bercanda serta bernyanyi, tapi
dengan siapa? Tak ada lagi suara yang lainnya ...
Ketika pintu hendak
diketuk, tiba-tiba pintu terbuka sendiri! Seperti ada angin yang mendorongnya
kemudian mengembuskan bau amis darah kembali di dalam ruang tamu rumah Widya.
Sambil terkesima, kemudian Dion mengucap salam
“Assalaamu’alaikum!”
Brak!
Dan pintu pun tertutup sendiri
...
DR.
Bekasi, 06 April 2018
19:19
Posting Komentar untuk "SANIA (4) Oleh Dewy Rose."