Saat Dion terkesima,
tiba-tiba ...
“Ah!” teriaknya kaget
sambil melompat berbalik dan memasang kuda-kuda.
“Maaf, Mas Dion! Bude
mengagetkan ya?” Seraut wajah tegang karena Dion sudah memasang kuda-kuda untuk
dirinya yang mengagetkan Dion dengan menepuk pundaknya secara tidak sengaja.
“Bude,” ucap Dion datar
sambil membenahi sikapnya semula dan tersenyum kepada seorang wanita setengah
tua, Bude Sri namanya.
“Hm! Begini Bude, Widya
sedang bernyanyi dengan Sa ...,”
“Sa? Siapa itu, Mas?”
Bude Sri memotong pembicaraan Dion yang belum selesai.
“Wa’alaikumussalaam,”
jawab Widya yang tiba-tiba membukakan pintu
“Namanya Sa ... Sania,
Bude! Kami sedang bernyanyi bersama dari pagi, maaf jika mengganggu waktu
weekend Bude bersama keluarga.” Widya menerangkan sedikit gugup, sebab memang
tidak mengetahui dengan pasti namanya Sa. Tembok kamar kami memang
bersebelahan, jadi otomatis jika ada suara kencang sedikit akan terdengar.
“Oh! Enggak apa-apa
kok, Nak Widya. Bude mohon diri sekalian ya?” pamit Bude Sri pada kami. Lalu
Dion mengikuti langkah Widya, kemudian mereka duduk bersama di atas tikar
sambil saling memandang.
“Hm! Wid, foto-foto
kamu tadi dengan Sa ternyata tidak jadi, apa karena kamar dalam keadaan gelap
ya?” kata Mas Dion memulai percakapan.
“Memang sehabis
mengambil foto kami, Mas tidak dilihat lagi?”
“Enggak, Wid! Karena
aku berpikir sudah ke save di handphone aku, ternyata ...,” jawab Mas Dion
menggantung sambil mengangkat kedua belah tangannya.
Hhhh ... Mas Dion
menghela napas kemudian.
“Brak!”
Tiba-tiba pintu rumah
tertutup sendiri, kami pun saling berpandangan. Angin meliuk di ruang depan, mempermainkan
hijabku. Sesaat aku menoleh kepada Mas Dion, seolah Dia sedang menatap sesuatu,
namun entah apa.
“Prang!”
Suara benda jatuh dan
pecah tiba-tiba dari arah dapur terdengar. Setengah berlari kami menuju ke
dapur. Setelah mencari benda apa yang pecah, namun kami tak menemukan juga. dan dapur masih dalam keadaan rapi.
“Wust!”
Kembali angin kencang
berembus di dapur.
“Brak!”
“Brak!”
“Brak!”
Suara pintu tertutup,
terdengar berbarengan, kemudian terbuka kembali. Ketika tersadar aku segera
berlari menuju kamar.
“Brak!”
Pintu kamar tebuka
sendiri, sebelum aku membukanya.
“Sa!” teriakku, namun
yang kulihat Sa tertidur. Segera aku menarik napas, lega.
Dan angin
perlahan-lahan reda dan menghilang.
“Ah!” teriakku
seketika, karena ada sepasang tangan dingin! Memegang pundakku.
“Wid! Ini aku, Dion!
Kamu baik-baik saja?” tanya Mas Dion yang muncul secara tiba-tiba di hadapanku.
Dengan sedikit gemetar
aku mengangguk. Lalu mengikuti langkahnya menuju ruang tamu.
“Ini, minum dulu, kamu
pucat dan gemetaran seperti itu, Wid,” Mas Dion memberikan segelas minuman.
Segera aku minum air
putih dalam gelas itu, sambil menarik napas dalam, kemudian menaruh gelasnya.
“Mas! Akhir-akhir ini
banyak kejadian aneh di sini, kamu merasakan juga, Mas?” tanyaku sambil
terbata.
“Ya, makanya aku juga
bingung, Wid! Ada apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya? Kamu berani ‘kan, Wid?”
Mas Dion bertanya sambil menatapku tajam.
Ah! Mata itu ... Seperti sedang memandang sesuatu
yang ... Ah! Aku sendiri juga tak tahu, batinku
sambil menundukkan wajah, karena melihat tatapan Mas Dion yang tak seperti
biasanya.
“Mas pamit dulu ya, Wid!
Kamu jaga diri, jika ada apa-apa hubungi Mas atau Pak RT Maman, bisa juga kamu minta
bantuan Bude Sri, tinggal teriak aja,” katanya sambil berdiri dan berjalan keluar
rumah. Sementara aku hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang.
“Assalaamu’alaikum!” Mas
Dion mengucap salam sambil melaju dengan motornya.
Sepertinya ada yang aneh
dengan Mas Dion, tapi apa ... Entahlah, batinku kembali. Sambil berjalan menuju
pintu dan ...
“Brak!”
Pintu tertutup dari dalam
rumah, karena terkejut segera aku berusaha membuka pintu, namun pintu seolah terkunci
dari dalam rumah. Karena panik, setengah berlari aku berjalan menuju rumah Bude
Sri. Belum sempat sampai di sana tiba-tiba suara motor Dion balik lagi dan berhenti
di depan rumah. Sambil berbalik menoleh kemudian ...
“Brak!”
Suara pintu terbuka sendiri
namun tak ada Dion di sana ...
DR.
Bekasi, 15 April 2018
18:18
Posting Komentar untuk "SANIA (5) Oleh Dewy Rose."