Mewujudkan
impian orang tua adalah kebanggan bagi seorang anak, meski hal itu tak
tergantikan oleh besarnya kasih sayang yang tercurah. Begitu pula dengan Farah
Frastia, salah satu anggota Jaringan Penulis Indonesia (JPI) asal Kebumen, Jawa
Tengah yang telah membanggakan mamanya lewat karyanya yang telah tayang di
SCTV. Ide cerita dalam FTV Cicilan Cinta Tukang Kredit itu menjadi puncak
keberhasilannya setelah lama berkecimpung di dunia kepenulisan.
Perempuan
yang akrab disapa Farah ini ingin mewujudkan impian sederhana mamanya, yaitu
memiliki anak berprestasi dan berdiri di panggung sambil memegang piala dan
disambut riuh tepuk tangan para penontonnya. Keinginan sang mama itulah yang
menjadi penyemangat Farah untuk mewujudkannya. Banyak hal yang bisa dilakukan Farah untuk mewujudkan impian mamanya, misalnya saja melalui kemampuannya menyanyi dan menari yang terbilang cukup menonjol. Tapi, tak disangka kebanggaan itu justru datang dari dunia yang sama sekali tak
pernah dibayangkan Farah sebelumnya, yaitu menulis.
Farah Frastia bersama para pemenang lomba menulis blog |
Perkenalan Farah dengan dunia kepenulisan sendiri sebenarnya
terjadi karena ketidak sengajaan. Dunia tulis menulis dimulainya semasa Farah duduk di bangku SMA. Kondisi keluarga
Farah yang mengalami kesulitan ekonomi, memaksa Farah untuk menghemat uang jajan dan menghabiskan waktunya di perpustakaan. Selama di perpustakaan itulah, Farah mulai banyak membaca buku, novel, dan majalah
remaja yang menjadi langganan bacaannya.
Ketika membaca majalah, banyak cerpen dan puisi remaja yang Farah baca. Melihat berbagai karya yang dimuat di majalah itu, Farah mulai terketuk untuk mulai menulis. Apalagi setiap karya yang dibacanya selalu tercantum tentang profil penulis lengkap dengan nama sekolah penulis. "Aku berpikir, keren juga kalau namaku dan nama sekolah mejeng di
majalah itu," cerita parah melalui pesan singkat. Meski pikiran itu masih sebatas keinginan, namun dukungan guru guru Bahasa Indonesia yang memberikan iming-iming bahwa jika ada karya siswanya bisa muncul di media masa, maka guru Bahasa Indonesia akan memberi tambahan nilai
di rapor.
Mendengar pengumuman itu, Farah langsung memasang strategi untuk mendongrak nilainya di sekolah yang tak terlalu bagus. Farah mengungkap, "Jadi bisa dikatakan kegiatan ini seperti
menyelam sambil minum air." Farah mulai belajar menulis, dan mengirimkan artikel
pertamanya bertema Korupsi. Dan, tak disangka-sangka, beberapa bulan setelahnya, tulisan Farah
benar-benar muncul di majalah tersebut. Satu kelas pun sontak bertepuk tangan ketika guru
Bahasa Indonesia mengumumkan keberhasilan Farah.
Farah tak cepat berpuas diri. Prestasi yang diraihnya saat itu dirasa belum cukup untuk membanggakan mama tercinta. Farah
merasa bahwa satu-satunya cara untuk mewujudkan mimpi sang mama adalah dengan
serius menjadi penulis. Saat
itu, Farah langsung mengubah haluannya dari seni tari dan menyanyi menjadi fokus menulis.
Bungsu dari dua bersaudara ini mengikuti banyak lomba menulis demi
mewujudkan mimpi mama. Dalam berbagai perlombaan yang diikutinya, nama Farah seringkali tercantum dalam pengumuman lomba sebagai pemenang.
Sayangnya, tidak ada acara pemberian penghargaan, jadi impian mama tentang Farah naik di panggung membawa tropi belum bisa
terwujud. Doa dan harapan Mama Farah akhirnya terkabul. Sampai akhirnya, pada 18 Desember 2015, Farah yang memenangkan lomba blog
ICRC diundang ke Jakarta untuk menghadiri pengumuman beserta pemenang lainnya. Acara tersebut diadakan di Hotel Ambhara,
Jakarta Selatan. Nama Farah Frastia yang disebut oleh panitia saat itu sontak
membuat mata sang mama berkaca-kaca saat menyaksikannya. Riuh tepuk tangan
bergemuruh mengiringi para pemenang lomba yang berdiri di panggung hari itu.
Bagi Farah, tujuannya mengikuti perlombaan bukan sekadar menjadi
pemenang. Menurutnya pengalaman adalah hal yang paling berharga dan tak
tergantikan. "Sebenarnya menang atau kalah itu subjektif dari selera juri atau
lembaga sebenarnya. Walaupun menurut kita bagus, buat juri belum tentu," tutur
Farah Frastia.
Dunia tulis-menulis sudah Farah geluti sejak SMA. Memang, Farah
tidak lahir dari keluarga yang hobi membaca dan menulis. Tapi, dorongan sang
mamalah, yang membuat Farah bisa menjadi penulis. Menurutnya, tulisan bisa menjadi
sarana penulis untuk memotivasi pembacanya. Farah ingin tulisannya digunakan
untuk menebar kebaikan, menjadi penyemangat, dan menghibur orang lain. Farah
yakin cara ini bisa membuat mamanya bangga luar biasa.
Kisah Mama Menginspirasi Ide Cerita
Ide cerita berjudul “ Cicilan Cinta Tukang Kredit” yang tayang di
SCTV pada Sabtu, 27 Januari 2018 terinspirasi oleh kisah sang mama yang
merupakan tukang kredit pakaian. Namun, Cerita Cicilan Cinta
Tukang Kredit yang Farah tulis sudah dibalur dengan fiksi. Sejak awal
menulis ide tersebut, Farah sudah meniatkannya sebagai hadiah untuk mama.
Gayung bersambut, niat Farah membahagiakan mamanya pun terwujud. Sinopsis yang
Farah kirimkan kepada Endik Koeswoyo mendapat tanggapan dari SCTV. Farah
benar-benar bahagia bisa membuat mamanya bangga, terlebih karyanya dapat disaksikan
di layar kaca dan bisa diputar ulang di tv internet video.com. Di mata
Farah, mamanya adalah wanita kuat yang selalu membuatnya bangga beribu bangga.
Apapun yang disukai Farah, mamanya selalu mendukungnya. Farah bermimpi, suatu
saat nanti ia bisa menjadi penulis sukses yang bisa membanggakan kedua orang
tuanya.
Penghargaan yang pernah diraih Farah Frastia di bidang kepenulisan |
Saat ditanya, siapakah penulis fiksi yang dikaguminya? Penyuka
martabak manis ini mengatakan bahwa dirinya masih belum memiliki penulis idola
yang menjadi acuannya. Alasanya, karena selama ini Farah telah lama berkutat
pada dunia kepenulisan non-fiksi yang lebih mengedepankan fakta dan data.
Banjir Hadiah setelah Ikut Lomba
Farah adalah orang yang pandai mengambil kesempatan dan peluang. Buktinya artikel non fiksi yang ditulisnya sukses melambungkan nama Farah Frastia. Beragam penghargaan pun ia dapatkan dengan hadiah yang tak main-main jumlahnya. Uang, barang-barang, sertifikat dan piala sudah pasti Farah terima saat perlombaan menulis ia menangkan. Keberhasilan yang Farah raih tentu tidak didapatkan dengan sekejap. Farah melalui banyak tantangan dan rintangan, termasuk pernah ditipu oleh penyelenggara kompetisi. Farah mengatakan peristiwa penipuan itu tak menyurutkan langkahnya sama sekali untuk maju. Tanpa rasa kapok, Farah terus mengikuti kompetisi untuk mengasah kemampuan menulisnya.
Saat ditanya tentang kesannya mendapat hadiah selama ikut kompetisi, Farah menjawab dengan bangga, "merasa hadiah-hadiah itu sebagai pemberian Tuhan yang diberikan melalui tangan panitia. Biasanya ketika mama bilang butuh apa, beberapa minggu ke depannya akan dapat hadiah itu. Misalnya saja mama kepingin punya power bank, dan benar saja, besoknya dapat hadiah power bank. Jadi rasanya seperti doa saja," jelas perempuan penyuka grup K-Pop Wannaone, BTS, dan SNSD ini.
Tapi ternyata, bukan hanya power bank saja yang berhasil Farah dapatkan dari kompetisi yang diikutinya. Music box, uang, dan ada barang-barang lain yang menurut Farah sangat bermanfaat. Nominal uang yang ia dapatkan pun tidak sedikit. Nominal terkecil yang berhasil Farah dapat dari perlombaan menulis adalah sebesar 1 juta rupiah, sedangkan tertingginya 4 juta rupiah. Sungguh luar biasa prestasi Farah dalam memenangkan perlombaan menulis artikel. Bagi Farah, menulis artikel bukan hal yang sia-sia. Selain bisa menghasilkan uang, ia juga bisa membanggakan sang mama.
Meski cita-citanya sewaktu kecil menjadi penyanyi dan penari profesional belum terwujud, namun Farah tak mau berhenti bercita-cita. Baginya, tanpa mimpi dan cita-cita hidup terasa hampa. Seperti mimpinya saat ini yang ingin menulis sebuah novel. Kita tunggu, keberhasilan Farah menulis novel dan keberhasilan lainnya yang sangat membanggakan. (Ahda Ajaudah)
Banjir Hadiah setelah Ikut Lomba
Farah Frastia memilih untuk menulis non-fiksi bukan
tanpa alasan. Pekerjaannya sebagai operator salah satu perusahaan memberikan kemudahan untuk
mengakses internet dan membaca banyak hal. Di rumah enggak punya buku, enggak
punya bacaan apapun, karena memang enggak ada yang berkecimpung di kepenulisan.
Jadi, menulis non-fiksi lebih mudah karena dapat menemukan data di internet
tanpa harus memiliki buku, jelas Farah sambil melayani telepon dari pelanggan.
Farah adalah orang yang pandai mengambil kesempatan dan peluang. Buktinya artikel non fiksi yang ditulisnya sukses melambungkan nama Farah Frastia. Beragam penghargaan pun ia dapatkan dengan hadiah yang tak main-main jumlahnya. Uang, barang-barang, sertifikat dan piala sudah pasti Farah terima saat perlombaan menulis ia menangkan. Keberhasilan yang Farah raih tentu tidak didapatkan dengan sekejap. Farah melalui banyak tantangan dan rintangan, termasuk pernah ditipu oleh penyelenggara kompetisi. Farah mengatakan peristiwa penipuan itu tak menyurutkan langkahnya sama sekali untuk maju. Tanpa rasa kapok, Farah terus mengikuti kompetisi untuk mengasah kemampuan menulisnya.
Saat ditanya tentang kesannya mendapat hadiah selama ikut kompetisi, Farah menjawab dengan bangga, "merasa hadiah-hadiah itu sebagai pemberian Tuhan yang diberikan melalui tangan panitia. Biasanya ketika mama bilang butuh apa, beberapa minggu ke depannya akan dapat hadiah itu. Misalnya saja mama kepingin punya power bank, dan benar saja, besoknya dapat hadiah power bank. Jadi rasanya seperti doa saja," jelas perempuan penyuka grup K-Pop Wannaone, BTS, dan SNSD ini.
Tapi ternyata, bukan hanya power bank saja yang berhasil Farah dapatkan dari kompetisi yang diikutinya. Music box, uang, dan ada barang-barang lain yang menurut Farah sangat bermanfaat. Nominal uang yang ia dapatkan pun tidak sedikit. Nominal terkecil yang berhasil Farah dapat dari perlombaan menulis adalah sebesar 1 juta rupiah, sedangkan tertingginya 4 juta rupiah. Sungguh luar biasa prestasi Farah dalam memenangkan perlombaan menulis artikel. Bagi Farah, menulis artikel bukan hal yang sia-sia. Selain bisa menghasilkan uang, ia juga bisa membanggakan sang mama.
Meski cita-citanya sewaktu kecil menjadi penyanyi dan penari profesional belum terwujud, namun Farah tak mau berhenti bercita-cita. Baginya, tanpa mimpi dan cita-cita hidup terasa hampa. Seperti mimpinya saat ini yang ingin menulis sebuah novel. Kita tunggu, keberhasilan Farah menulis novel dan keberhasilan lainnya yang sangat membanggakan. (Ahda Ajaudah)
Sertifikat pertama Farah saat pertama kali memenangkan lomba menulis semasa SMA |
Penghargaan yang diraih Farah di bidang kepenulisan |
Profil :
Nama Lengkap: Farah Frastia
Nama Panggilan:
TTL: Kebumen, 14 December 1994
Jenis
Kelamin: Perempuan
E-mail
Pendidikan:
- TK Pertiwi Tanjungsari (1999-2000)
- SD N Tanjungsari (2000-2006)
- SMPN 4 Kebumen (2006-2009)
- SMKN 1 Kebumen (2009-2012)
- SD N Tanjungsari (2000-2006)
- SMPN 4 Kebumen (2006-2009)
- SMKN 1 Kebumen (2009-2012)
Prestasi:
Tahun 2015 :
Juara 1 lomba Artikel Ilmiah populer
IPB
Juara 2 lomba esai yayasan nabil
Juara 2 lomba blog aetra
Juara harapan lomba blog ICRC
Juara harapan lomba blog aqua
Tahun 2016 :
Juara favorit lomba esai suara
Muhammadiyah
Juara 4 lomba artikel HUT Gorontalo
ke-2
Juara harapan 1 lomba esai
kupi
Pemenang hiburan lomba blog
Asus
Tulisan terpilih lomba blog dhompet
dhuafa
Juara lomba menulis esai
kartini okezone.com
Juara 2 lomba blog Leuseur
Tahun 2017 :
Juara 3 lomba opini wicara
Juara 3 lomba menulis artikel
feature anti korupsi FPNB
Juara 2 lomba esai kartini golkar
Juara 3 lomba artikel GIPNKRI
Pemenang kontes menulis 123 kisah
titik balik kehidupan
31 karya terbaik lomba artikel
difabel
Tahun 2018 :
Penulis ide cerita FTV “ Cicilan Cinta Tukang Kredit” di SCTV.
Posting Komentar untuk " Farah Frastia, Secercah Mimpi untuk Sang Mama"