Menunjukkan sikap peduli terhadap
siswa ternyata sangat penting sebagai salah satu upaya dalam memahami mereka. Bukan jamannya lagi
menjadi guru yang gengsi-gengsian untuk menyapa siswa duluan,saat berpapasan,
bahkan mengajak mereka ngobrol lebih dekat di jam senggang pelajaran.Dengan
membiasakan sikap peduli tersebut, siswa akan merasa nyaman dan lebih terbuka
serta meneladani sikap peduli gurunya,bukan sekedar menjejali pikiran siswa dengan
“visi dan misi”tanpa uraian penjelasan yang berterima dalam nalar siswa..
Saya
menerapkan ini di sekolah saya dengan pembiasaan sederhana setiap melintas di
hadapan siswa yang sedang berkerumun ataupun mendapati siswa yang sedang
termenung,dengan menyapa “apa kabarnya hari ini?”.Hari-hari
berikutnya, secara alamiah mereka yang menyapa saya duluan ,tersenyum dan salim
dengan manisnya.Begitu juga dengan siswa yang kedapatan jahil terhadap
“kesepakatan” sekolah semisal membuang sampah sembarangan,tidak memakai kaos
kaki, bising yang menggangu orang lain, dll dengan hanya menyebut kata dari objek
yang dimaksud,semisal:”kaos kaki?” atau hanya tersenyum sambil memelototi
sampah di depannya, menempelkan telunjuk di bibir,dan gesture peringatan
lainnya, siswa tersebut akan paham sendiri dan melakukan intruksi yang saya
maksud.
Pembiasaan
peduli memang bertahap,tetapi ketika sudah menjadi rutinitas sebagian besar
warga sekolah,maka hati selalu senang dan mudah melakukan peran masing-masing.
Masalah yang kerap muncul setelah
membangun pembiasaan di sekolah adalah saat liburan sekali sebulan ,seminggu
atau sebulanan,(sekolah saya asrama) di mana sebahagian dari siswa siswi ini
lupa dengan pembiasaan positif yang sudah dibangun sebelumnya.
Kami,para guru mencoba mencari
tahu apa yang mereka lakukan di rumah saat liburan dengan beberapa cara yang
berbeda,lalu kami diskusikan kembali dalam rapat mingguan.Kata kunci dari upaya
mencari tahu kami adalah “profil orang tua”.
Coba
kita ingat lagi, di antara 20 siswa atau lebih di dalam kelas, ada berapa anak yang kita
kenali orang tuanya atau sekedar tahu namanya,pekerjaan,alamat,dsb? Terkadang
guru mapel tidak begitu perduli karena bahagian profil adalah peekerjaan wali
kelas,bk atau staff admin sekolah. Tak banyak berkas profil siswa dan orang
tuanya yang biasanya menjadi salah satu prasyarat pendaftaran siswa baru,akan
berakhir di gudang, dimuseumkan dan dicari lagi saat ada masalah dadakan
sehubungan dengan berkas tersebut. Menghapal nama atau profil secara detail
memang tidak gampang,namun dengan pembiasaan sederhana seperti “menyapa” dengan
santai di luar kelas, menjadi sahabat siswa,mereka akan bercerita sesuatu dan
akan kita ingat sebagaimana kita mensugesti diri dengan sikap “peduli” sehingga
menimbulkan kesan dan disimpan dalam ingatan.
B.
Menitip
salam tuk Orang Tua Siswa dan Faedahnya
“Titip salam tuk Orang Tuamu,nak!”
Kalimat
sederhana ini awalnya saya dengar dari salah seorang dosen. Waktu itu terdengar lucu, apalagi ditujukan untuk anak
kuliahan.
Seiring berjalannya waktu,saat ini saya sebagai guru meneruskan pesan
tersebut dan ternyata ada banyak faedah yang saya
dapatkan terutama dalam memahami siswa, sebab selain mengetahui profil siswa,saya
juga perlu mengetahui profil orang tuanya.
Dengan mempercayakan siswa untuk
menyampaikan pesan sederhana saya ini, sekali lagi saya menitipkan pesan
peduli. Siswa merasa diberi kepercayaan,begitupun kesan yang sampai kepada
orang tua,sama halnya dengan perasaan mendapat salam dari keluarga ataupun
kerabat.Karena memang sudah sepatutnya guru dan orang tua siswa adalah patner yang saling berbagi peran dalam mendidik anak/siswa.
C.
Diary
Orang Tua dan Guru lewat siswa
Di beberapa TK ataupun Sekolah
Dasar menerapkan “Buku Penghubung”,yang di sekolah saya (meskipun sudah anak
MTs) kami sebut “buku diary Orang Tua dan Guru”, di mana wali kelas menuliskan
kisah keseharian siswa di sekolah, lalu siswa diamanahi untuk memberikan buku
tersebut kepada orang tuanya,serta mengembalikannya lagi kepada guru setelah
sebelumnya dibalas oleh orang tuanya dengan menceritakan kondisi anaknya di
rumah. Dengan adanya hubungan komunikasi tulis ini, sadar atau tidak ada proses
perkenalan yang manis, yang terjalin antara orang tua anak di rumah dengan
pengganti orang tuanya selama di sekolah, yakni guru.Komunikasi Tulisan ini
juga dapat diteruskan lagi menjadi komunikasi Lisan langsung dengan saling
mengunjungi antara guru dan orang tua guna membicarakan anak/siswa ataupun
menggunakan media komunikasi elektronik.Tentunya dengan perhatian yang penuh
terhadap anak atau siswa, pengembangan diri positif siswa lebih terarah.
D.
Tugas Project Siswa yang Melibatkan Orang tua
Ada beberapa projek pembelajaran
yang diterapkan oleh guru mata pelajaran yang secara tekhnis dapat dikembangkan
sesuai mapel ataupun inovasi dari sang guru.Namun, kebanyakan projek dilakukan
oleh siswa. Saya mencoba melibatkan orang tua dalam projek siswa pada mapel
saya. Tentunya, dengan komunikasi awal dan saya rasa tidak membebani mereka.Awalnya
saya ragu, takut mengganggu aktivitas orang tua siswa yang tentunya,tidak semua
paham maksud penugasan dari saya untuk anak-anaknya. Segera, saya membuang
keraguan itu,saya ganti dengan perasaan optimis bahwa semua orang tua bangga
dengan karya anaknya dan mendukung
pendidikan anaknya. Dan benar saja, projek wawancara ataupun descriptive
(menggambarkan ciri-ciri,menceritakan kegiatan harian) atau malah Procedure
(masak, membuat kerajinan,bermain layang-layang,sampai cara memperbaiki motor,
bersawah, dll) yang saya berikan pada siswa di rumah dengan sekedar didampingi
ataupun turut terlibat dalam proyek siswa,yang disetor sebagai tugas praktek
dalam bentuk video rekaman, membantu saya untuk memahami profil orang tuanya
sekaligus memahami kebutuhan anak di sekolah.Selain itu, dengan demikian saya
jadi tahu wajah orang tuanya sebagai salah satu cara membina keakraban.Tak
jarang, relasi baik kami berlanjut dengan pertemanan di media sosial ataupun
percakapan via sms atau telepon , menanyakan kondisi anaknya.Hal ini tentunya
semakin membantu lagi dalam mememahami profil orang tua.
E.
Paguyuban
Sekolah dan POS
Pada beberapa sekolah ataupun
madrasah, ada beberapa wadah tuk menjalin silaturrahim antar unsur
sekolah.Namanya pun bisa berbeda-beda seperti Persatuan Orang Tua (POS),
siswa/santri, Parents School,dll. Wadah ini juga sangat membantu dalam memahami
profil orang tua serta membangun jalur komunikasi yang disampaikan dari orang
tua ke guru ataupun dari guru ke orang tua.Kegiatan lain di penghujung semester
adalah pembagian raport. Dalam moment membagikan buku raport ini, di mana
siswa/santri memperoleh buku raportnya dengan didampingi oleh orang tuanya,
guru dapat mengembangkan beberapa kegiatan dalam membangun komunikasi tentang
siswa/anak.lewat kegiatan positif tersebut, diharapkan adanya pemantauan, agar
jika ada kekurangan siswa dari segi kognitif, psycomotoric ataupun afektif bisa
diperbaiki. Begitupun dengan mempertahankan prestasi. Dalam moment tersebut,
wali kelas,guru mapel ataupun unsur sekolah lainnya dapat mempersiapkan
pementasan bakat ataupun prestasi siswa/anak di hadapan orang tuanya. Orang tua
pasti bangga melihat anaknya tampil di panggung,meskipun hanya sebagai tokoh
figuran yang munculnya hanya sekali.Hal ini pernah saya terapkan sewaktu saya
menjadi wali kelas dengan menampilkan karya puisi, qosidah,pidato, drama dan
beberapa aksi ekskul seperti pertunjukan tali temali, Baris-berbaris,dll.Banyak
keceriaan yang saya lihat pada wajah orang tua/wali dari siswa.
F.
Kesimpulan
:
Terdapat banyak unsur yang saling
berkaitan dalam proses memandu pengalaman belajar anak. Relasi yang saling
berintegritas adalah salah satunya. Dalam memahami anak/siswa dalam belajar,
penting bagi guru untuk mengenali Profil anak bukan sekedar riwayat data
pribadinya, seperti nama, usia, golongan darah,dll, tetapi juga hal-hal apa
yang disukai ataupun tidak disukainya. Begitupun mengenali tipe learning style anak yang cenderung
semangat belajar lewat visual (gambar, contoh benda nyata/realia,dll),auditory
(musik,suara,dll) , khinestetic (tari,olahraga, gerak,dll) ataupun perpaduan
tipe tersebut.
Guru pun penting mempersiapkan
kondisi kelas yang bersih dan nyaman, mempelajari kondisi mental belajar anak,
kemungkinan konfliknya dengan teman serta beberapa metode pembelajaran kreatif
dan bermakna dalam pembelajaran kelas.
Yang tidak kalah pentingnya dan
sering luput dari perhatian kita adalah memahami profil orang tua siswa dan
membangun kualitas relasi yang baik.Hal tersebut dapat dilakukan diantanya adalah
dengan “buku penghubung/Diary Orang Tua dan Guru, Berkenalan lewat MEDSOS,
melibatkan Orang Tua dalam Tugas Projek Siswa, Paguyuban Orang Tua dan Pihak
Sekolah, Pementasan seni dan Pameran Karya Siswa dengan mengundang Orang Tua
serta beberapa acara kolaboratif yang kreatif dan harmonis lainnya.
Kita tidak mengharapkan balasan
ataupun keuntungan pribadi dari proses membangun relasi yang baik, akan tetapi
orang yang melakukan hal yang bermanfaat untuk sesamanya, kelak akan berfaedah
yang sama untuk dirinya.
”Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat
bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua,
keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!”(soekarno,1
Juni 1945)
Fatimah
Anti Astudy, SS.
Guru
MTs Al-Ikhlas Ujung, Bone
(Fatimahastudyindonesia@gmail.com)
Posting Komentar untuk "Titip Salam dalam Upaya Membangun Relasi"