Sri
Hartini Wahyuningrum atau kerap dikenal Yuyun Wahyuningrum, seorang wanita
pecinta dunia literasi yang lahir di Jombang pada tanggal 20 April. Tepatnya
sebagai anak pertama dari lima bersaudara. Yuyun, ialah nama terindah yang
disematkan oleh Almarhum sang bapak sejak kecil. Sehingga melekat begitu indah
hingga kini meski tak sedikit yang memanggil dengan nama Sri. Sempat
berdomisili di dua kota karena tuntutan pendidikan dan keluarga, untuk saat ini
sudah kembali menetap di kota kelahiran.
Berkiprah
di dunia pendidikan dan literasi adalah jalan hidupnya. Namun untuk saat ini,
karena adanya amanah dari Allah untuk menjaga dan membesarkan sang anak
akhirnya ia memutuskan fokus untuk membina rumah tangga dengan lebih sempurna.
Meski demikian, Yuyun tidak hanya diam dan bergelut dengan dunia kerumah tangga
an. Kecintaannya di dunia tulis menulis seakan tak bisa begitu saja
ditinggalkan. Sehingga ia tetap aktif menulis di sela kesibukannya mengurus
rumah tangga. Ia juga tergabung di beberapa komunitas literasi di Malang Raya.
Menurut
Yuyun, menulis ialah saat dimana kita bisa mencurahkan isi hati tanpa
memikirkan resiko besar di belakangnya. “Daripada curhat sana sini yang kita
lihat ditulis aja, lebih enak gitu! Belakangnya nggak ribet” tuturnya. Layaknya
dokter, tak salah jika seorang penulis juga memiliki spesialisasi bidang.
Yuyun, ialah dokter di bidang puisi dan FTS (Flash True Story). Hingga pada akhirnya di tahun 2014 ia berhasil
mencetak karya antologi cerpen dan puisinya bersama beberapa kawan di Komunitas
Malang Menulis dengan judul “Antologi Bakso Arema”. Tak perlu waktu lama, di
tahun berikutnya ia kembali mencetak karya duet bersama Almarhum Eko Prasetyo
Dharmawan dengan judul “Manusia Dahsyat”. In syaa Allah dalam waktu dekat ini
ia akan segera launching buku kembali yang berisi kumpulan puisi.
Kecintaan
Yuyun dengan dunia kepenulisan rupanya telah dipupuk sejak masih usia dini.
Kebiasaan sang ibu yang sering membawa majalah saat pulang kerja dan Almarhumah
bapak yang suka mendongeng membuat ia menemukan jalan saat membaca majalah itu
sendiri, bahwa setiap hal itu bisa ditulis. Hal inilah kini yang diturunkan
pada putra nya, ia ajarkan bahwa betapa banyak hal dalam kehidupan sehari-hari
yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Namun ia juga mengaku bahwa semua
ini berawal dari datangnya surat cinta waktu SMP yang berbuah cerpen untuk
konsumsi pribadi.
Hingga
saat ini, tak ada waktu yang ia targetkan untuk menulis. Hanya saja, ia punya
buku khusus yang sudah dibagi dalam tiga bagian untuk menuliskan setiap
hal. Puisi, cerpen, ia tuliskan di
bagiannya masing-masing agar tidak tercampur.
Menebar
manfaat adalah motivasi dan tujuan utama Yuyun hingga sekarang bertahan untuk
terus menulis. Meski ia lakukan kegemaran ini tanpa sepengetahuan kedua orang
tua karena kurangnya support di awal, ia yakin bahwa apa yang dilakukan selama
itu baik pasti ada dukungan dan ridho yang tersirat sehingga ridho Allah pun
juga terus mengucur padanya.
Posting Komentar untuk "Yuyun, Jatuh Cinta Menulis Akibat Surat Cinta"