Ditulis oleh : Ra Fahlevi
Anindita
Budhi T atau yang lebih dikenal dengan nama pena Dita Subawa lahir di Jakarta 8 Juli 1985 silam. Wanita
dengan segudang pengalaman dan prestasi mumpuni di dunia kepenulisan ini hingga
kini masih produktif menulis meski tengah disibukkan dengan peran barunya
sebagai ibu muda. Penulis buku Ibu: Sang
Manusia Pembelajar (Antologi cerita ibu-ibu muda dalam komunitas Psikogama
Motherhood) ini mengaku telah jatuh cinta dengan dunia tulis menulis sejak
duduk di bangku sekolah dasar, wanita berkacamata yang akrab disapa Dita ini bercerita
bahwa ia rajin bertukar buku diary bersama sahabat-sahabatnya ketika kecil
dulu. Menurutnya menulis adalah sebuah ekspresi jujur dari segala ide dan
pemikirannya terhadap suatu hal. “Menulis
adalah cara termudah menumpahkan setiap rangkaian kata yang menari-nari di
pikiran saya” tambahnya lagi dalam sebuah kesempatan wawancara dengan Tim
JPI.
Menyadari
pribadinya sebagai seorang yang visual thinker, Dita yakin benar bahwa menulis
membuatnya memahami sesuatu dengan lebih mudah dan sistematis. Itu sebabnya ia
lebih senang menulis ulang setiap ilmu dan hal-hal baru yang ia dapatkan
ketimbang hanya duduk diam mendengarkan. Baginya menulis adalah sebuah cara
mempertahankan identitas diri yang kuat. Karena setiap tulisan memiliki arti
dan pengalaman sendiri-sendiri. “Semakin
banyak yang kita tulis semakin banyak yang kita temuidan dipelajari” katanya.
Meski sempat terhenti dalam kurun waktu yang cukup lama dan itu membuatnya mati
rasa juga linglung, tapi tak menghilangkan energinya untuk kembali aktif menulis. Hal itu dibuktikannya
dengan membuat blog sejak tahun 2006 lalu. Melalui blog http://ceritasihejo.blogspot.com/?m=1
dan https://www.linkedin.com/in/aninditasubawa
banyak pemikiran dan pandangan soal berbagai hal khususnya dunia parenting ia
tuangkan.
Selain
hobi menulis, sejak kecil Dita juga hobby melukis. Kepiawaiannya menggoreskan
tinta di atas kanvas tak bisa dipandang sebelah mata. Berbagai prestasi di
bidang melukis banyak ditorehkan Dita saat duduk di bangku sekolah dulu. Karena
hal itu pula dulu Dita sering kali galau bila ditanya soal cita-citanya. ‘Cinta’nya
berada di persimpangan jalan antara pelukis dan penulis. Namun beranjak dewasa,
seiring berjalannya waktu ketertarikannya membelot dari kedua bidang seni
tersebut.
Tahun
2004 Dita muda justru memutuskan hijrah ke Jogjakarta untuk kuliah di UGM mengambil
jurusan psikologi. Di kota pelajar itu pulalah akhirnya Dita menemukan cinta
sejatinya. Telah lama saling mengenal sebagai teman semasa kuliah dan banyaknya
kesamaan diantara keduanya membuat Dita
mantap dipersunting M. Ilhamsyah pria asal Bontang Kalimantan Timur di tahun
2010. Kini Dita menetap di Bontang mengikuti karir sang suami dan mereka telah
dikaruniai dua orang putra dan putri yang lucu.
Wanita
supel dan ramah ini berhasil menyelesaikan pendidikan psikologinya di UGM dengan
predikat cumlaude di tahun 2007. Hanya dalam kurun waktu tiga tahun Dita lulus
dengan nilai IPK hampir sempurna. Sebuah prestasi membanggakan baginya dan juga
keluarga, serta menjadi contoh untuk kedua adik lelakinya.
Sebagai
sulung dari 3 bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya di keluarga,
sejak kecil Dita terbiasa ‘dihujani’ banyak buku. Orangtua Dita yang royal
terhadap buku, banyak menghadiahinya dengan buku-buku ensiklopedia, komik, buku
dongeng, dan banyak lainnya. Saking banyaknya hingga pernah dibuatkan taman
bacaan. Berbagai macam jenis bacaan ia lahap. Karenanya banyak penulis menjadi
penulis favoritnya diantaranya Sitta Karina, Fira Basuki, Ika Natassa, Indra
Herlambang, Pamela Druckerman dan Shopie Kinsella.
Selain dari nama-nama besar tersebut, Dita
juga tergila-gila pada komik-komik lawas
karya Waki Yamato, Suzue Miuchi, Usami Maki dll, serta buku cerita anak
berjudul Because I’m Your Dad karya Dan Santat. Kebiasaan membaca yang tertanam
hingga dewasa, menjadikan Dita tumbuh sebagai wanita yang berwawasan luas dan
berpandangan terbuka. Seperti yang disampaikannya usai makan siang dalam sebuah
obrolan bersama Tim JPI, “berpandangan
dan berwawasan luas itu karena banyak membaca ”katanya.
Berkat pengetahuannya yang luas berbagai
bidang pekerjaan telah ia lakoni. Sebelum menikah sarjana psikologi UGM ini
pernah bekerja di salah satu konsultan Psikologi di Jakarta. Dia juga pernah
bekerja sebagai staf Bagian Kemahasiswaan di Universitas Prasetiya Mulya BSD. Dalam
kurun waktu hampir bersamaan sebuah project besar datang menghampiri tanpa
disangka-sangka. .
“tawaran sebagai
kontributor Nakita itu bagiku adalah sebuah prestasi. That was one of the
biggest achievement in my life” kenangnya penuh
kebanggaan.
Bersahabat dengan tantangan dan hal
‘asing’.
Setelah
menikah karir Dita tak lantas meredup, sejak Desember 2017 hingga kini wanita
multi tasking ini menjadi freelance writer di Kontenesia, kini ia juga tengah
merintis hal baru di bidang interpreneur, menjadi seller buku-buku bacaan anak
dan sejenisnya., kepada Tim JPI Dita menceritakan pengalamannya bekerja yang
penuh inspirasi dan sarat pengalaman. Selaras dengan mottonya : “tulisan akan berkembang kalau kita berani
menantang diri sendiri dengan menulis sesuatu yang ‘asing’ ”
Banyak
kemudian project-project pekerjaan sebagai content writer yang ia ambil meski
mengangkat topik-topik yang ‘asing’ atau ‘aneh’ diluar kebiasaan. Menurutnya karena
tantangan akan terus membuatnya belajar setiap hal baru bahkan meski dari nol. Walaupun
telah berpengalaman dalam dunia konten writter, namun tetap saja seorang Dita
Subawapun pernah dibuat kelimpungan ketika menggarap sebuah project artikel
bertema security web, karena sejak tahun 2012 ia banyak berkutat dan terfokus
pada dunia parenting. Namun pengalamannya yang blank soal IT terback up oleh
pengetahuan sang suami, teman terbaiknya dalam berdiskusi. Ia banyak membantu Dita
dengan pengetahuan soal IT yang jauh
lebih luas dari Dita sendiri.
Sebagai
seorang content writter Dita merasa memiliki kewajiban bahwa apa yang
disampaikannya mestilah membawa pesan yang bermanfaat bagi pembacanya. Bukan
sekadar tulisan semata ataupun info numpang lewat yang terlupakan kemudian. Disanalah
Idealismenya dalam menulis muncul. Sekalipun namanya tak terpublish dalam
tulisannya, ia ingin pembaca mendapatkan ilmu dari apa yang ia sampaikan
sebagai seorang penulis. Karena itu ia lebih suka mengambil referensi bahan
dari luar karena menurutnya isinya akan lebih komprehensif dan dalam sehingga
akan dapat dimengerti dan dipertanggung jawabkan lebih detail.
Dalam
sebuah kesempatan lain wanita yang becita-cita ingin mengeluarkan sebuah novel ini mengisahkan bahwa ia juga pernah merasa
stress dan jenuh saat rutinitasnya berkantor sebagai wanita karir yang aktif di
luar rumah, tiba-tiba berubah menjadi seorang ibu rumah tangga yang
sehari-harinya berada 24jam di rumah mengurusi anak-anak dan berbagai pekerjaan
rumah lainnya. Dita merasa patah hati kala kontraknya dengan Nakita selesai di
pertengahan tahun 2017. Namun beruntung
hal tersebut tak berlangsung lama. Terlebih sejak Desember 2017 Dita bergabung menjadi
freelancer di Kontenesia, dari sana ia mulai memiliki kesibukan yang terarah
dan punya tujuan.
Jadwal
kerjanya tak lagi seleluasa dulu, mesti disesuaikan dengan tugas utamanya
sebagai ibu dan seorang istri, tapi Dita tak pernah mengeluh, justru ia lebih
menikmati. Semacam ada nilai lebih yang justru tak di dapatnya saat masih
single dulu. Pukul 2-5 dini hari adalah me
time seorang Dita Subawa. Karena di jam-jam itulah ia bisa bebas melakukan
apa saja yang menjadi kegemarannya. Biasanya ia akan menggunakan waktu tersebut
untuk membaca, melukis, doodling, membuat bullet journal, membuat headband
untuk si bungsu atau khusyuk menulis saat dikejar deadline katanya sembari
tertawa.
Menjadi
content writter tak melulu berjalan mulus tanpa hambatan. Ia juga merasakan
rasanya di kritik editor dan klien, kebanyakan mempersoalkan gaya bahasa nya
yang tidak sesuai brief yang mereka
inginkan. Diakui wanita yang pernah menjadi guru BK di SMK YPK Bontang Kaltim
ini, gaya penulisannya cenderung formal. Ia masih terus belajar membuat tulisan
dengan gaya bahasa kasual/slank. Terlepas
dari kritikan ada juga editor yang justru terkesan dan menyanjungnya saat menilai
buah karya tulisnya.
“saya malah diminta
editor untuk gak ambil job klien tertentu. Karena menurut editor gaya tulisan
saya terlalu bagus untuk tipe artikel yang diminta klien. Terus saya bingung
harus merasa tersanjung atau gimana”
katanya
sembari diakhiri tawa. Bagi Dita dari sekian banyak profesi yang pernah
dilakoninya. Menjadi penulis dan pengalamannya menjadi guru adalah profesi yang
paling membuatnya jatuh cinta karena diantara keduanya ada kesamaan, yaitu
berbagi ilmu dan berbagi pandangan.
Saat
ini meskipun jauh dari hiruk pikuk kota besar, Dita yang kadang galau karena rindu
suasana ramainya kota besar tetap bersyukur dan menikmati rutinitasnya di
Bontang. Menurutnya dengan tempat tinggalnya sekarang apapun yang dikerjakannya
menjadi lebih fokus. Mimpinya menjadi
penulis besar makin digodok, support suami dan anak-anak adalah katalisator
semangat nya dalam berkarya.
“malah dia yang selalu ngingetin
saya seriusin jadi penulis saat saya galau karena ga ada sms banking masuk ke
rekening saya” lanjutnya sambil tertawa.
Dita
mengerti bahwa mimpinya jadi penulis tak bisa berdiri sendiri. Ia butuh banyak
orang yang paham dengan rutinitas menulis untuk membantu dan mendukungnya untuk
mewujudkan hal itu.. Untuk itu Dita Subawa bergabung di Jaringan Penulis
Indonesia (JPI). Menurutnya organisasi yang dimotori oleh Endik Koeswoyo ini
adalah wadah paling tepat untuknya menimba ilmu sekaligus berbagi semangat dan
karya dalam bidang kepenulisan.
Ibu
muda yang selalu haus ilmu dan suka tantangan ini memiliki impian yang belum
tercapai yaitu melanjutkan s2, bukan semata mengejar gelar katanya akan tetapi
mengobati dahaga dan kerinduan untuk kembali belajar. Dita Subawa juga memiliki
asa menerbitkan sebuah buku parenting berupa kompilasi tulisannya di tabloid
Nakita. Selain itu diam-diam ia juga ingin menulis sebuah karya fiksi berupa
novel dan sedang mencari partner dalam merealisasikannya. “Adakah teman-teman JPI yang tertarik?” katanya berseloroh sambil
tertawa. Mari kita tunggu karya-karya luarbiasanya dan siapkan diri untuk
membeli bukunya saat publish nanti ia sahabat JPI. .
Data diri
Nama
lengkap : Anindita Budhi T
Tempat
/ Tanggal Lahir : Jakarta / 8 Juli 1985
Hobbi
: menulis dan melukis
Prestasi
:
·
juara harapan 1 lomba menulis IKAPI DKI
Jakarta 2002
·
Juara 1 lomba blog mjalah ayahbunda 2012
·
Kontributor Nakita 2015-2017
·
Buku berjudul Ibu: Sang Manusia
Pembelajar
Suami
: M. Ilhamsyah
Anak
: Rasya (6 tahun)
Runa (1tahun)
Posting Komentar untuk "Bersahabat Dengan Tantangan Dan Hal Asing - SAHABAT JPI"