[Dok. Pribadi]
Penulis :
Pretty Angelia
Penerbit :
Gramedia
Tahun
terbit : Jakarta, 2017
Jumlah
Halaman : 240
Harga : 59.000 (Pulau Jawa)
Geta, 17 tahun
Gue terpaksa ikutan program paket C karena dikeluarin dari sekolah.
Mungkin lo semua heran mantan ketua OSIS kayak gue bisa tersandung kasus berat.
Ini masalah prinsip dan gue yakin, gue nggak bersalah. Sebenarnya gue sempat
malu karena gue pikir bakal ketemu sama orang-orang gagal. Namun setelah masuk
kelas itu gue tahu…, kata gagal nggak tepat diberikan untuk mereka.
Vierro, 18 tahun
Nggak ikut UN gara-gara nggak bisa ninggalin kompetisi catur di
Roma. Tetangga ada yang nyeletuk, sepenting itu pertandingan gue sampai rela
ikutan Paket C yang isinya orang-orang payah? Seenaknya aja dia bilang payah. Gue
jelasin juga akan percuma. Gue tahu sebenarnya mereka memang nggak suka sama
gue yang punya banyak uang gara-gara catur doang.
Daniar, 17 tahun
Penyakit ini nggak akan mengambil semua dariku. Aku bakal sembuh
dan kejar cita-citaku dengan sekolah setinggi-tingginya. Program paket C
membantuku mewujudkan hal itu.
Bogel, 20 tahun
Gue emang dulu bandar narkoba, keluar-masuk penjara. Terus, lo
pikir gue nggak boleh punya ijazah?! Enak aja lo ngomong!
-000-
Dari blurb di atas, empat
tokoh tersebut memang yang paling memegang peranan cerita. Bagaimana mereka
menyelesaikan konflik bersama-sama, sementara masing-masing memiliki karakter
berbeda-beda.
Getaran Cinta Semesta atau biasa
dipanggil Geta, dia adalah gadis judes serta blak-blakan, tapi sebenarnya
memiliki hati tulus. Sementara Vierro, seorang pemuda konyol sekaligus keren
melalui berbagai prestasi. Daniar, si periang dan baik hati yang akan membuat
pembaca terharu. Kemudian, Bogel, antara perawakan dengan perasaan berbanding
terbaling; keras lawan lembut.
Semua bermula ketika Geta menyadari
ada hal-hal yang tidak beres di sekolah. Dengan gigih, dia menyelidiki, tapi
remaja seperti dia tentu kalah dengan orang-orang dewasa serta berkuasa. Fitnah
pun dilayangkan. Demi menjunjung harga diri, dia tidak mau mengaku kalah dan
lebih memilih keluar.
Geta sadar kalau fitnah yang dia
terima adalah hasil kerjasama beberapa pihak. Dia ingin membongkar kongkalikong
itu, sementara dia juga harus memikirkan masa depan. Alhasil, dia menjadi fokus
mengikuti Paket C demi mendapat ijazah untuk melanjutkan kuliah. Di sana dia
dipertemukan oleh tiga sahabat barunya.
Geta yang mulai fokus mengikuti
Paket C pun terpikirkan lagi tentang siapa pihak yang ingin menyingkirkannya
lantaran sebuah berita di koran serta perubahan sikap Daniar. Bermula dari
sini, cerita semakin seru. Penulis menyuguhkan misteri-misteri kecil. Namun,
kalau jeli sebenarnya ada clue tersembunyi di awal.
Kendati demikian, pelaku bisa
tertebak, cerita tetap menyenangkan untuk diikuti. Pasalnya, motif pelaku masih
samar. Belum ada benang merah yang menjadikannya (ternyata) tokoh antagonis.
Meski yang jahat selalu dibenci,
tokoh antagonis di sini akan cukup menyedot simpati pembaca, karena motif
kejahatannya tidak seremeh itu. Bahkan, akan membuat pembaca bertanya-tanya
kalau seumpama di posisi dia, apakah akan melakukan hal serupa?
Kelogisan. Itulah hal yang
ditekankan penulis di sini. Pun dalam menciptakan tokoh-tokoh. Mereka mempunyai
karakter kuat tanpa ada kesan memaksa agar disukai pembaca. Sebut saja Vierro,
dia tidak terlalu menunjukkan bagaimana pesona dia, tapi dari perkataan saja,
dia sangat mudah dikenang.
Lantaran ada clue di awal
cerita, plot twist dalam novel ini menjadi terbilang cukup cerdas. Seperti
ada pembukanya, tidak sekonyong-konyong berbelok. Semakin membuat pembaca
merasakan rentetan kejadian suatu tokoh sampai membuat keadaannya berubah.
Banyak sekali pesan yang ingin
disampaikan penulis dalam novel ini, seperti stigma masyarakat tentang arti
kegagalan, bagaimana membedakan berita asli atau palsu, dan sebagainya. Namun,
kalau membicarakan keharuan, maka tema persahabatan di sini mampu membuat mata
pembaca memerah.
Dalam istilah psikologi, Breaking
Point adalah masa di mana seseorang jatuh sejatuh-jatuhnya sampai merasa
tidak berarti lagi. Geta dkk dihadapkan pada berbagai masalah yang saling
terhubung dan mereka berjuang bersama agar berhasil menggapai kesuksesan. Kesan
drama di sini tidak terlalu sentimentil, tapi sedihnya tetap dapat.
Sementara itu, bumbu yang diberikan
penulis adalah romance. Bagaimana manisnya interaksi antara Geta dan
Vierro atau Daniar dan Bogel. Tidak ada adegan kontak fisik, tapi sukses
membuat tersenyum-senyum sendiri. Satu hal paling membekas adalah ketika Vierro
berkata pada Geta, “Gue mau orangtua lo jadi orangtua gue juga!”
Karya ini memang menarik, tapi tidak
luput dari kekurangan. Plot menjelang ending tiba-tiba ritmenya cepat. Namun,
sebenarnya bagus-bagus saja, karena akan berhubungan dengan jumlah halaman. Selain
itu, banyak kebetulan yang terjadi seperti ketika dua orang berada dalam satu
tempat tanpa janjian terlebih dahulu. Kemudian, ketidakkonsistenan narasi,
kadang baku kadang tidak baku. Terakhir, ada hal-hal belum tuntas pada tokoh
tertentu dan itu mengurangi greget konflik.
Overall, Breaking Point deserve for 4
stars! Fresh idea, lovable character, plenty of moral value, plot
twist, menjadi nilai lebih novel ini dan komposisi antara berbagai tema
disisipkan dengan sangat pas.
Posting Komentar untuk "Breaking Point; Novel Young Adult dengan Tema Sensitif yang Menarik"