sumber dari google.
BAHAGIA DAN TENANG
Karya Rika Juniantari
Risa berdiri di depan kelasnya dengan setengah jongkok memegangi kedua lututnya yang gemetar akibat berlarian menuju sekolahnya, SMA Bangsa. Untung saja, saat Risa datang dengan nafas yang terengah-engah, guru belum memasuki ruang kelas. Risa lalu masuk menuju tempat duduknya di belakang dan diujung sudut. Ia mengatur nafasnya lagi yang belum beraturan.
“Bu Anggi… Bu Anggi!!!” teriak salah satu cowok di kelasnya.
Teriakan itu berhasil membuat seisi kelas berhamburan saling bertabrakan menuju tempat duduknya masing-masing. Bu Anggi memasuki kelas dengan tatapan singa yang kelaparan. Bu Anggi adalah guru matematika yang sangat ditakuti karena Bu Anggi juga terkenal sebagai guru killer.
“Pagi Bu,” ujar seluruh siswa serentak.
“Ya, Pagi. Silakan duduk!” jawab Bu Anggi, berjalan menduduki singgasananya.
Bu Anggi tidak suka bila saat pelajarannya ada siswa yang tidak memperhatikan, apalagi sampai tidur seperti Risa yang saat ini tengah tertidur di mejanya.
“Ris bangun,” bisik Sherly pelan.
“Apa Sher?” tanya Risa yang terdengar oleh Bu Anggi.
“Itu yang dibelakang kenapa ribut-ribut? Jika ingin ngobrol silakan keluar dari pelajaran saya,” ucap Bu Anggi yang membuat seisi kelas sembari menatap Risa dan Sherly dengan tajam.
Detik, menit, jam pun berlalu. 4 jam sudah pelajaran Bu Anggi berlangsung. Kini tinggal hitungan detik saja maka, kelas X.IPA-2 akan terbebaskan dari belenggu Matematika.
KRiinNNGGGG!!!
Bel tanda istirahat berbunyi membebaskan mereka dari belenggu Matematika. Seluruh siswa-siswi SMA Bangsa berhamburan menuju surga sekolah, yaitu kantin. Terlihat Risa dan Sherly juga menuju kantin dikarenakan perut mereka sudah berbunyi menginginkan sesuap baksonya Bu Inem. Mereka berlari seakan takut antriannya panjang. Disaat mereka berlari menuju kantin tidak sengaja Risa menabrak seorang kakak kelas bernama Cindy yang terkenal sombong.
“Jalannya pakai mata dong!” bentak Cindy.
“Iya, Kak. Maaf,” lirih Risa perlahan sambil menundukkan kepalanya.
“Apa? Maaf?” balas Cindy menampakkan mata melototnya menandakan dia marah.
“Lho, Kak. Saya kan sudah minta maaf,” ujar Risa menatap Cindy dengan berani.
Cindy memutar kedua bola matanya dan mengibaskan kipas yang ada ditangannya. Kemudian kedua sahabat yang berdiri dibelakang Cindy menatap Risa dan Sherly dengan sinis.
Baru saja kedua sahabatnya akan bertindak kepada Risa dan Sherly. Namun, digagalkan oleh teriakan lelaki yang terkenal tampan nan cuek yang disukai banyak wanita di sekolahnya, termasuk Cindy.
“Heh, Cin ngapain kamu?” tanyanya dengan suara datarnya.
“Dia nabrak aku sayang.” Cindy mengadu kepada lelaki itu sambil bermanja di pundak lelaki itu.
Lelaki itu melepaskan tangan Cindy yang bergelayut di pundaknya. Lelaki itu bernama Rio Dirgantara. Lelaki itu datang bagai pahlawan menyelamatkan Risa dan Sherly dari Cindy dan gengnya.
“Makasih, Kak,” ucap Risa dan Sherly kemudian kabur menuju kantin.
Lelaki itu hanya membalas ucapan Risa dan Sherly dengan dehaman datarnya. Lalu meninggalkan Cindy dan gengnya. Rio merupakan anak yang cuek tetapi pintar, dia jarang mengikuti peraturan sekolahnya karena dia tidak suka diatur. Rio lebih suka belajar di tempat yang sunyi tanpa kehadiran siapapun. Jika di sekolahnya, Rio suka meminta izin meninggalkan pelajaran dan belajar sendiri tanpa siapapun di atap sekolah. Jika di rumah, Rio mempunyai ruang tersendiri, yaitu di atap rumahnya untuk dia belajar.
“Ris, pulang bareng aku kan?” tanya Sherly memasukkan buku-bukunya kedalam tas.
“Iya, Sher,” jawab Risa.
“Ayoo!” ucap mereka berdua bersamaan dilanjut dengan tertawa.
“Risa, ayo pulang bareng aku!” ucap Rio yang membuat Risa terkejut, terdiam membeku.
“Kamu Risa kan?” tanyanya lagi.
“Iya, Kak tapi… Kenapa?” tanya Risa memalingkan pandangannya tak berani menatap Rio.
“Kamu bakal dijahilin sama Cindy dan gengnya, jadi kamu pulang bareng saya!” ucap Rio ketus seakan tidak menerima penolakan.
“Tapi Sherly?” tanya Risa gugup.
“Sherly pulang bareng kita juga tapi kamu bareng saya,” ucap Rio menarik tangan Risa, menarik tangan Sherly menuju parkiran.
Mereka pulang berbarengan dengan Risa yang dibonceng oleh Rio serta Sherly yang mengiringi dari belakang. Benar saja, Cindy dan gengnya membuntuti mereka bertiga. Cindy semakin memupuk dendamnya pada Risa karena sudah berani menaiki kursi belakang motor Rio yang sangat Cindy impikan.
Rio memendam rasa cintanya pada Risa semenjak dia menjadi kakak pembimbing regu Risa saat MOS. Rio sengaja menjaga jarak pada cewek-cewek yang mengejarnya karena dia menjaga hatinya untuk Risa juga. Memang karena dirinya yang terlahir sebagai cowok dingin nan aneh. Rio memutar-mutar jalan agar Cindy tidak mengetahui rumah Risa dan ia tidak bisa menyakiti Risa. Sampai dirasa bahwa Cindy tidak mengikutinya lagi barulah ia mengantarkan Risa ke rumahnya dengan selamat.
“Makasih, Kak,” ucap Risa yang hanya dibalas dehaman dan sedikit senyum oleh Rio.
Risa masuk ke dalam rumahnya tapi matanya tetap mengintip kepergian Rio dari jendela setelah mengantarnya pulang. Risa merasa hatinya dihujani bunga sedari tadi. Ternyata, Rio yang menjadi alasannya memasuki SMA Bangsa. Risa tidak menyangka Rio bersikap seperti tadi pada Risa.
***
Minggu pagi, seperti biasa Risa melakukan jogging di sekitaran taman komplek. Sebelum Risa berangkat jogging, ia melakukan sejumlah pemanasan seperti memasangkan airpods-nya untuk mendengarkan instrumen yang membuatnya tenang. Risa jogging ke luar komplek dan mendapati Rio.
“Vrooom!!!” Suara motor itu sepertinya Risa kenal, dalam hati Risa membatin kalau itu suara motor Rio.
“Ikut saya!” ujarnya ketus.
Rio merencanakan akan mengungkapkan perasaannya hari ini di sebuah danau yang telah disiapkannya. Rio memaksa Risa agar menuruti ajakannya. Terpaksalah Risa menuruti Rio hari ini karena Rio sudah memohon kepadanya.
Risa tak tahu kemana Rio akan membawanya. Rio menerpa jalanan tanpa mengeluarkan sepatah katapun di sepanjang jalan. Risa merasa ketenangan meliputi dirinya saat ia bersama Rio.
Sesampainya di danau, Risa sempat tersanjung dengan keindahan danau. Rio mengajak Risa menaiki perahu yang didayung oleh mereka sendiri. Danau itu jauh dari kata keramaian.
Saat di tengah-tengah danau Rio mengungkapkan perasaannya kepada Risa.
“Sa, kamu mau gak jadi masa depan bagi saya?” pernyataan yang baru saja diungkapkan oleh Rio membuat Risa terkejut sembari membelalakkan matanya.
Risa tidak menyangka bahwa Rio akan mengungkapkan perasaannya sesuai dengan isi hati Risa yang selama ini terpendam.
“Emm… Risa juga pernah sayang sama kakak,” ujar Risa sendu.
“Jadi kamu mau?” tanya Rio dengan suara pelan.
“Iya, Kak,” gumam Risa pelan sambil tersenyum.
Rio memeluk tubuh mungil Risa ditengah keheningan danau dan perahu yang melaju sesuai arus membawanya. Rio dan Risa merasakan ketenangan ditengah keheningan danau. Mereka kembali dengan perasaan yang berdetak serta dihujani bunga didalam hati mereka berdua. SEKIAN.
Biodata Penulis Cerpen
Nama Lengkap : Rika Juniantari
Asal kota : Palembang, Sumatera Selatan
Hobi : Berpetualang dan Travelling
Media Sosial
Instagram : @itsyicaaa
Wattpad : @itsyica
Email : rikajuniantari7238@gmail.com .
Posting Komentar untuk "[Cerpen] BAHAGIA DAN TENANG Karya Rika Juniantari"