APA INI SESALKU?
Pagi ini begitu cerah tapi tak secerah jiwaku. Terkadang sesal masih menggumpal di dada. Aku terus berlari,menambah kecepatan laju kakiku. Jam sudah menunjukan pukul 06.58 waktu setempat. Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah, tepat di sekolah yang baru, teman baru, suasana baru, dan tempat tinggal baru. MOS ( masa orientasi siswa) telah dimulai, berbagai macam peraturan yang konyol dilakukan oleh para OSIS (organisasi Sisa Intra Sekolah), dari memakai tiga kunciran, memakai kaos kaki dengan warna yang berbeda sampai memakai rompi dari kresek . Hah! Semua tampak membosankan dan aku tidak perduli dengan ini semua. Aku tetap saja memakai kaos kaki berwarna sama dan sepatu kets warna putih kesayanganku.
"Siapa nama kamu?” tanya lantang kakak OSIS itu.
"Ayrin, Kak?" jawabku santai.
"Kamu tahu nggak? Kamu sudah melanggar peraturan yang dibuat kakak OSIS dan kamu pantas di hukum. Ayo, lepas sepatumu!” perintahnya.
"Ini bawa aja, Kak...,” kataku sambil memberikan sepatuku ke kakak OSIS.
Mereka semua memandangku. Mungkin... karena sikapku yang keterlaluan,tapi jujur, aku tidak perduli dengan semua ini. Aku terpaksa sekolah di sini, tinggal bersama kakek-nenekku dan aku harus menerima kenyataan ini karena tidak ada pilihan lain. Pada awalnya semua menjadi beban buatku tapi hati kecilku mengatakan aku harus memulai sesuatu yang baru di sini. Orang tuaku memaksaku sekolah di sini karena mereka selalu mementingkan ego mereka masing-masing hingga pada akhirnya aku yang menjadi imbasnya.
Tiga hari berlalu, akhirnya masa orientasi siswa sudah berakhir, kelas pun mulai di acak, dan ternyata namaku ada di kelas X-2. Oops! Di sini aku menemukan teman baruku, bernama Maria; teman yang baik, rajin, pintar, dan tekun. Aku mulai kenal akrab dengan teman-teman sekelas. Aku mulai nyaman dengan keadaanku yang sekarang, meskipun tanpa orang tua.
"Maria bisa pindah bangku sebentar? Aku mau ngomong sama Ayrin."
“Tomy mau ngomong apa ya?” tanyaku dalam hati sembari penasaran.
"Rin, aku boleh nggak minta waktu kamu sebentar?” tanya Tomy.
"Boleh aja kok, Tom. Emangnya kamu mau ngomong apa?”
"Aku nggak tahu alasanku. Sejak aku lihat kamu di kelas ini, aku ngerasa suka sama kamu Rin.”
"Apa ?! Aku?? Kamu yakin?"
"Aku tahu ini terlalu cepat, aku nggak maksa kamu untuk jawab sekarang. Aku beneran cinta sama kamu, Rin, "katanya sambil memegang tanganku.
"Emm... Aku---aku,” jawabku dengan gugup.
"Nggak harus jawab sekarang Rin. Aku tunggu nanti pulang sekolah ya?!?” kata Tomy sambil tersenyum manis.
Tomy berlalu dariku. Ia terus memandangiku dari kejauhan. Entah, kenapa aku merasa ada sesuatu yang membuat jatungku berderai. Aku juga tidak tahu apa aku juga mencintainya.
"Rin, Tomy nembak kamu?” tanya Maria kaget.
"Kamu nguping ya?”
"Nggak, Rin. Tahu nggak sih? Semua temen sekelas pada memperhatikan kalian.”
"Hah?!? Beneran, Mar?”
"Iyalah, kamu itu beruntung banget Rin. Tomy itu udah pinter, baik, ganteng pula. Pokoknya perfect deh! Kamu bisa dong, minta ajarin dia pas pelajaran kimia kan lumayan les gratis secara dia kan pinter banget kimia,” kata Maria.
“Udah deh! Jangan kebanyakan mikir!” desak Maria.
"Iya deh! Nanti pas pulang sekolah aku terima dia,” jawabku.
"Gitu dong, Rin,” ucap Maria sambil memelukku.
Bel sekolah sudah berbunyi dan semua murid bergegas pulang, seperti biasanya. Aku pulang bersama-sama Maria dan ternyata, Tomy sudah menungguku di teras depan kelas.
"Rin, gimana jawaban kamu?" tanya Tomy sambil memegang tanganku.
Aku lihat matanya seperti serius banget menyayangi aku. Ketulusannya membuatku seakan ingin sekali mendengar jawaban yang membuatnya bahagia.
"Iya, Tom... Aku mau jadi pacar kamu,” kataku.
"Beneran, Rin? Terima kasih banget Rin,” jawabnya bahagia sambil menggenggam dan mencium tanganku.
Dia tampak sangat bahagia, menggandengku menuju gerbang sekolah dan berjalan pulang. Aku dan dia berpisah di perempatan jalan karena aku harus naik angkot untuk pulang. Meski aku sendiri belum paham tentang perasaanku, aku akan belajar mencoba untuk mencintainya, mengerti dia dan memahaminya.
Hari-hari aku lalui bersamanya. Terkadang Maria terusir karena Tomy sering minta sebangku denganku. Apapun mauku, meskipun itu sulit, dia selalu ingin memberikan yang terbaik untukku.
Tiba suatu hari...
"Ayrin...”
"Rin, kamu di panggil bu guru,” kata Maria.
"Ayo kerjakan soal nomor 5 ya!” perintah bu guru kimia.
Aku terkejut. Aku kan tidak bisa pelajaran kimia. Aku tidak bisa dan tidak ingin bisa. Aku benci pelajaran berhitung, apalagi soal senyawa seperti ini, aku bingung sekali.
"Ayrin, ayo kerjakan!” perintah bu guru kimia.
"Iya, Bu," jawabku bingung.
"Rin, maju aja! Aku bakalan bantu kamu," kata Tomy.
Aku maju ke depan. Aku tidak menyangka, Tomy pergi ke bangku paling depan dan menyuruh Rusidi untuk berpindah tempat ke belakang. Dia membisikkan jawaban dan cara-cara mengerjakan soal itu.
“Astaga, Tomy kamu baik banget sama aku. Hmm, aku selamat dari guru kimia yang super killer ini,” batinku.
"Tom, terima kasih ya! Kamu baik banget,” kataku sembari terharu.
"Apapun bakalan aku lakuin buat kamu, Rin!” Ucapannya dengan senyum yang khas,lembut dan nyaman dipandang. Aku yakin siapapun cewek yang melihat senyumnya pasti akan terkagum.
Hari ini, aku pulang sama Maria dengan motor maticnya. Setiap malam aku sendiri mengurung diri di kamar karena aku tidak pernah keluar bersama Tomy. Yaps, bisa dibilang dia anak mama. Hari-harinya hanya untuk belajar dan belajar, bahkan pacaran pun kita backstreet dari orang tuanya.
Simple-nya hanya ketemu di sekolah saja hingga pada akhirnya aku kenal dengan Fajar. Dia berbeda sama Tomy, dia lebih perhatian, lebih penyanyang, dia lebih tahu, bagaimana memperlakukan wanita agar merasa nyaman, dia juga selalu ada buatku seperti dia selalu siap mengantarkan aku les, belanja atau pergi kemana pun.
Sudah hampir dua bulan aku menjalani hubungan cinta segitiga dengan Tomy dan Fajar. Terkadang aku merasa bersalah karena Tomy begitu baik tapi aku menduakannya.
Suatu hari disekolah...
“Rin, kamu sekarang berubah. Aku merasa kamu beda. Kamu seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari aku.”
Aku kaget mendengar pertanyaan itu.
“Bagaimana bisa aku menjawabnya,” batinku sembari berpikir.
“A... aku nggak kenapa-kenapa Tom. Mungkin perasaan kamu aja,” jawabku gugup, menepis kecurigaannya Tomy.
“Aku duluan ya?” pamitku sembari aku melepaskan genggaman tangannya.
“Rin, kamu mau kemana? Aku belum selesai ngomong.”
Aku berlalu darinya. Semakin hari perasaan ini tidak bisa dibohongi, aku semakin tertekan dan terpaksa menjalani hubungan cinta segitiga ini. Aku harus pilih salah satu dari mereka dan akhirnya aku memutuskan untuk memilih Fajar.
Keesokan harinya, aku memberanikan diri untuk berbicara sama Tomy.
“Tomy, maafin aku ya? Aku harus akhiri ini semua.”
Dia menatapku terkejut, terdiam, seakan mulutnya terkunci tapi matanya berkaca-kaca. Aku jadi tidak tega melihatnya seperti ini tapi aku harus jujur sama dia.
“Aku bener-bener minta maaf. Kamu terlalu baik buatku,” kataku lirih.
“Kamu bohong kan Rin?” Tomy menyela pembicaraanku.
“Ini bukan alasanmu. Aku tahu kalau kamu punya cowok lain kan? Aku tahu kalau dia sering jemput kamu ke sekolah, meskipun dia nungguin kamu jauh dari pintu gerbang sekolah ini.”
Air mata ini tidak bisa dibendung lagi. Semua menetes jatuh terurai. Aku bener-bener hancur. Dia tahu kalau aku selingkuhi. Aku benar-benar tidak bisa berpikir karena air mata yang terus-menerus mengalir. Aku pegang tangannya erat-erat.
“Maafin aku Tom,” kataku sambil terisak.
“Kalau ini keputusan kamu, aku terima Rin. Maafin aku selama ini. Aku nggak bisa bikin kamu bahagia.”
“Tom... Tomy bukan maksudku seperti ini. Maafin aku Tom.”
Dia melepas genggaman tanganku dan berlalu menjauh dariku. Setelah kejadian ini, tiba-tiba hati ini sakit. Aku tak tahu alasannya, pastinya sakit karena aku telah menyakitinya. Sungguh, aku merasa bersalah pada cowok yang benar-benar mencintaiku tapu malah aku hancurkan hatinya.
Aku duduk tersiku bersandar di tempag tidurku. Aku menyesal. Semua berlalu begitu saja. Rasanya, baru kemarin aku bahagia karena ada seseorang yang selalu mendukungku, mengingatkan aku jika ada PR tapi aku menyakitinya, meninggalkanmya demi cinta yang lain. Aku merasa bersalah, menyesal atas semua ini.
“Maafkan aku Tomy,” batinku.
Aku masih terus saja terisak. Kini dadaku semakin sesak. Aku membuka kembali kenangan bersamanya, teringat akan tugas sekolah yang dikerjakan bersama, terkadang PR yang dia kerjakan untukku.
Tiba-tiba handphone ku berdering, aku lihat ada chat dari Fajar.
Pesan Dari Fajar
"Ayrin, aku minta maaf. Aku ingin kita akhiri hubungan ini. Aku merasa kita udah nggak cocok lagi. Aku yakin kamu bisa dapetin yang lebih baik dari aku."
Tangisku semakin menggebu, air mata ini semakin deras menetes. Aku meninggalkan Tomy demi Fajar tapi ternyata, Fajar meminta untuk mengakhiri semua ini. Aku jadi berpikir, “Apa ini yang namanya karma?”
Aku sadar sekarang karena aku sudah merasakan apa yang dirasakan Tomy. Semua berbalik dalam waktu sekejap. Aku menyia-nyiakan orang yang benar-benar tulus demi bertahan dengan orang lain yang belum jelas bagaimana perasaannya. Sekarang hanya sesal yang kurasakan.
“Jangan pernah menyia-nyiakan cinta yang kini ada, karena belum tentu cinta yang lain bisa sebaik dan setulus cinta yang kau punya saat ini.”~Ayrin
-SEKIAN-
Biodata Penulis
Nama : Rigal Siwi Kustanti
Instagram : rigal.sk
Email : rigalsiwi@gmail.com
Posting Komentar untuk "Cerpen Tersedih karya Rigal Siwi K dengan judul, "APA INI SESALKU?""