Penulis : Dwi K
Perempuan yang memiliki sebutan akrab “Mak
Acih” ini lantaran karya solo perdananya dengan judul yang sama, mengaku sangat menyukai dunia literasi sejak
berusia enam tahun, tepatnya setelah dirinya memiliki kemampuan membaca.
Hobinya dalam dunia literasi ia dapatkan dari sang mama yang gemar mendongeng
ketika akan menidurkannya.
“Saya sangat suka membaca apa saja. Bahkan,
saya lupa-lupa ingat ingin menulis dongeng Kancil dan Buaya yang selalu
diceritakan mama saya waktu mau tidur. Tapi, ya namanya baru umur enam tahun
kata-kata yang sudah ada di kepala nggak bisa tertuang dalam tulisan,” tuturnya
dengan ramah saat saya hubungi beliau via Whatsaap.
Beliau juga tidak pernah menyangka jika
novelnya yang berjudul “Mak Acih” mampu menjadi best seller. Sejak saat itu
namanya mulai dikenal di beberapa penerbit indie yang kemudian sering memintanya
untuk menjadi juri beberapa event
menulis yang diselenggarakan via jejaring sosial Facebook.
Berbagai pengalaman menarik ia dapatkan.
Menurutnya, perkembangan dunia kepenulisan di Indonesia cukup bagus. Seiring
banyaknya penerbit-penerbit Independent serta kelas menulis gratis di sosial
media yang merebak, sehingga memudahkan para newbie seperti dirinya belajar
materi kepenulisan, dan menerbitkan buku solo, atau antologi.
Berkat dukungan dari mamanya, perempuan
bernama Diah Pitasari ini mengaku semakin bersemangat dalam menulis. Hingga
akhirnya pada tahun 2019 lalu, beliau kembali menekuni dunia literasi. Pada
bulan Mei tahun 2020, novel perdananya yang berjudul “Mak Acih” resmi
diterbitkan oleh Babad Bumi Publisher. Novel ini mengisahkan kehidupan
perempuan tua yang berprofesi sebagai pemandi jenazah dengan kasus kematian
yang berbeda-beda. Kemudian dilanjutkan dengan karya-karya yang lainnya yang
dengan sengaja ia publish di platform-platform digital. Di antaranya Kisah
Pemandi Jenazah, dan Terbakar Cemburu di KBMapp.
Menekuni dunia kepenulisan baginya memiliki sebuah tantangan dan hambatan tersendiri. Di mana ia harus pandai membagi waktu antara menulis, bekerja, dan mengurus rumah tangga. “Waktu menulis yang kadang kurang. Saya adalah ibu pekerja yang bekerja di pabrik dari jam tujuh pagi samai jam lima sore. Waktu menulis saya hanya malam hari atau akhir pekan, itu pun mesti curi-curi waktu di antara pekerjaan rumah.
Kecintaannya terhadap dunia menulis,
membuatnya tertarik untuk bergabung dengan forum Jaringan Penulis
Indonesia. Hal ini lantaran ia sangat
kagum dengan pemilik nama besar Endik
Koeswoyo selaku pendiri forum. Wanita berkacamata ini berharap karya-karyanya
bisa dilirik menjadi film dan sinetron. Dan diharapkan pula dengan bergabung
dalam forum ini, mampu menjembataninya meraih kesuksesan. “Saya berharap Om
Endik sebagai seorang penulis skenario yang handal bisa menjadi pembuka jalan
bagi saya untuk belajar menulis skenario yang baik dan benar,” begitu tutup
penyuka genre horor ini. (DK).
Nama : Diah
Pitasari
Kelahiran : Jakarta, 26 Mei 1985
Alamat :
Desa Cikiwul, Bantar Gebang – Bekasi Barat
Facebook : Diah Pitasari
Karya Solo
- -
Mak Acih (Babad Bumi Publisher)
- -
Kisah Pemandi
Jenazah (KBM)
- - Terbakar Cemburu (KBM)
Karya Antologi
- Menguntai Serpihan Nusantara
- Broken Heart
- Reinkarnasi
- Lakon Bumi
Posting Komentar untuk "“Mak Acih” Membuat Diah Pitasari Mendapat Labeling"