Goresan Cerita Masa Remaja
Suatu ke tika, tepatnya di SMA Nusa Bangsa hadir sosok laki-laki
bernama Bima Yudhatama. Ia terkenal dingin dan sangat cuek akan sesuatu yang
ada di sekitarnya, namun ia bertemu dengan perempuan cerewet dan selalu ingin
terlihat sempurna bernama Embun Salsabilla. Keduanya terpaksa bersama hanya
karena tugas mata pelajaran Sejarah yang di berikan gurunya, Embun merasa
bingung bagaimana caranya ia menyelesaikan tugas tersebut dengan Bima si
manusia kutub.
"Gimana coba gue bisa nyelesaikan tugas ini? berasa satu
kelompok sama om Limbad ini mah namanya!" omel Embun, seorang diri. Tiba-tiba
Bima detang dengan membawakan Embun buku sejarah, lagi-lagi Bima hanya diam
tanpa memberi tahu Embun apa yang harus mereka lakukan.
Bima duduk tepat di depan Embun dan fokus pada buku bacaannya.
Saat hendak menghampiri Helena, Embun terlebih dulu di tahan
oleh Bima yang membuatnya terkejud. Demi dewa fortuna akhirnya manusia kutub
itu mengeluarkan suaranya, tentu saja Embun senang meskipun hanya satu kata
yaitu 'duduk'. Bima menunjuk buku yang ada di hadapan Embun, meminta Embun
untuk mencari segala jawaban tugasnya di dalam buku tersebut.
Embun mengangkat buku yang di berikan Bima, berniat untuk
melempar buku tersebut pada Bima. Belum sempat buku itu mendarat, Bima terlebih
dahulu menyadarinya dan berkata. "Gak usah macem-macem, kerjain aja."
Seketika perkataan Bima membuat Embun membeku di tempat, rupanya selain Bima
manusia kutub. Bima juga memiliki ilmu cenayang,padahal Bima tetap fokus pada
bukunya.
Embun membuka setiap lembar sambil memperhatikan Bima, ia masih
heran dengan sifat Bima yang seolah-olah tahu apa yang orang lain lakukan tanpa
ia melihatnya. "Kerjain." Embun tersadar dan melihat kertas yang
diberikan Bima. "Apa yang gue kerjain? Ini udah semua jawabannya,
Bima!" Lalu Bima berkata lagi, "Tulis."
Bima meninggalkan Embun yang masih bertanya-tanya siapa
sebenarnya manusia kutub itu? Embut ingat, Helena adalah teman satu sekolah
Bima semasa SMP dulu. Mungkin Helana tahu banyak tentang Bima, kali ini Embun
benar-benar dibuat penasaran dengan sosok manusia kutub itu.
"Helena!" teriak Embun.
"Jangan berisik, ini bukan
pasar!" tegur ibu perpustakaan.
"Maaf, Bu."
Embun akhirnya berjalan mendekat Helena yang duduk paling
belakang bagian perpustakaan, bersama dengan teman satu kelompoknya. "To
the point aja lo mau apa? Mau PDKT sama Bima?" tebakan Helena tidak pernah
melesat sedikit pun.
"Buset dah, terang-terangan banget. Gila lo!"
"Gue gak suka basa-basi, entar gue ceritain. Bagi dulu
jawaban!"
Embun kembali ke mejanya dan memberikan jawaban dari Bima tadi,
demi Bima. Embun memberikan apa pun asal ia tahu banyak soal manusia kutub itu,
Embun benar-benar menginkan Bima.
Embun menunggu Helena selesai mencatat jawabannya dengan tenang,
namun Embun dibuat terkejud dengan ke datangan Bima kembali ke perpustaan.
Embun pikir Bima tidak akan kembali, nyatanya ia kembali dan menghampirinya. "Kertas."
Ucapnya. Embun mengerutkan keningnya, "Kertas apa?" Tanya Embun.
Bima menarik nafasnya dan menarik kertas yang di pegang Helena. "Loh,
gue belum selesai!" Protes Helena. "Ikut gue." Ucap Bima, pada
Embun. Embun mengikuti langkah Bima, mereka berhenti tepat di depan pintu
keluar perpustakaan. Bukannya merasa takut, Embun malah senyum-senyum tidak
karuan.
"Gue ingetin, gak usah lo kasih contekan demi mendapatkan
apa pun yang lo mau." Embun menghitung setiap kata yang keluar dari mulut
Bima, "13 kata?" tanya Embun. Kali ini Bima yang dibuat bingung oleh
tingkah laku Embun, Bima sadar akan kelakuan Embun yang menghitung kata demi
kata.
"Emang salah gue ngomong banyak?" Tanya Bima.
"Enggak sih, aneh aja. Manusia kutub kayak lo, bisa juga
ngomong."
Bima dan Embun duduk di taman sekolah, Bima merasa hanya Embun
yang sepertinya bisa membuatnya berbicara banyak. Maka dari itu Bima mengajak
Embun mengobrol di taman sekolah, berhubung mata pelajaran berikutnya masih
setengah jam.
"Lo, ngapain bawa gue ke sini?" tanya Embun. "Lo
mau tau kan tetang gue?" tanya Bima balik. Embun tidak menyangka, ia bisa
berbicara bahkan duduk bersama dengan Bima. Sejak kelas satu Embun tidak pernah
melihat sosoknya ada di dalam kelas karena kediamannya, bahkan teman satu kelas
pun tidak ada yang bisa dekat dengan Bima termasuk Helena.
"Kok lo bisa tau kalau gue mau tau soal lo? Lo punya ilmu
cenayang ya?" tuduh Embun. Tawa pelan Bima membuat Embun semakin penasaran
dengan sosoknya. "Jelas gue denger, gue kan tadi pergi nyari buku. Bukan
balik ke kelas," jawab Bima.
Embun tidak tahu jika Bima masih ada di dalam perpus, padahal
Bima mendengar semua ucapan Embun dengan Helena tadi. "Kenapa lo mau tau
gue?" tanya Bima. "Gimana kalau kita temenan aja?" ajak Embun.
Bima merasa tidak pantas berteman dengan Embun yang memiliki
kepopuleran sangat tinggi di sekolahnya, apa lagi Embun memiliki fans laki-laki
tidak sedikit. Bima akan khawatir jika Embun berteman dengannya, Embun akan
mendapatkan Bully-an.
"Kenapa? Gak mau ya?" Tanya Embun. Bima menggelengkan
kepalanya, "Gue gak mau lo di bully." Jawab Bima. "Siapa
yang berani bully gue? Bokap gue kepala sekolah di sini kalau lo
lupa!"
"Justru karena lo anak kepsek, gue gak mau buat nama baik
lo jelek cuma gara-gara lo temenan sama manusia kutub seperti yang lo
bilang."
"Apaan sih lo, gue dalam berteman gak pernah mau
milih-milih. Semua manusia itu sama, wajib ditemenin juga. Oh, jangan-jangan
penilaian lo terhadap gue gitu ya? Lo pikir gue sama kaya temen-temen lain cuma
karena gue baru sadar keberadaan lo di kelas ya?"
"Bukan gitu, maksudnya gue kira lo susah buat di jadikan
temen."
"Ya udah, kita berteman sekarang." Ajak Embun,
memberikan jabatan tangannya.
Embun memang tidak pernah menilai temannya hanya dari satu sisi,
justru Embun ingin merangkul teman-temannya yang memiliki karakter seperti
Bima. Embun ingin teman-temannya menikmati masa-masa SMA nya dengan suka hati.
"Inget ya, masa-masa SMA cuma satu kali. Jangan biarkan
masa-masa SMA lo hanya dengan diam diri, setidaknya lo bisa buat cerita masa
SMA lo dengan lo berteman dengan siapapun. Supaya di masa SMA lo punya kenangan
jika suatu hari nanti kita berpisah, masa-masa itu lah yang pasti membuat kita
mau kembali ke masa itu."
"Gue gak pernah nyangka ada orang yang bisa bilang gitu
sama gue, selama ini gue cuma berteman dengan bayangan gue. Bahkan gue sering
dibilang manusia kutub hanya karena mereka sulit untuk berinteraksi dengan gue,
gue juga gak tau kenapa sikap gue kaya gini."
Embun tahu bagimana rasanya menjadi Bima, pasti tidak nyaman
berada di lingkungan yang tidak bisa menerimanya dengan suka hati. Embun juga
pernah merasakan menjadi Bima saat masih duduk di sekolah dasar, sikap Embun
dulu mirip dengan Bima. Seiring berjalannya waktu, Embun bisa mengubah
segalanya hingga seperti saat ini.
Jangan pernah menilai buku hanya dari depannya, karena kita
tidak akan pernah tahu bagaimana dalamnya. Begitu juga dengan memilih teman
jangan pernah melihat dari luarnya, nilailah teman setelah kita tahu bagimana
sikap dan sifat mereka sesungguhnya. Karena kita tidak bisa menilai apa pun
jika kita hanya melihat dari luarnya saja.
Posting Komentar untuk "Goresan Cerita Masa Remaja - Cerpen Anita Aulia "