Sampai ku menutup mata...
Gadis dengan
mata cantik itu menutup laptop di pangkuannya, usai merampungkan kalimat
terakhir pada sebuah novel yang akan ia publikasikan nanti.
Alicia Kyra
Adiva, gadis cantik dengan bola mata cokelat bersinar. (*)Hidung laksana kuntum
seroja, dada seperti mawar merekah. Kanker stadium 3 telah di sandangnya sejak
3 tahun silam. Baginya setiap hari adalah detak jantung yang bermakna, bisa
membuka mata di setiap pagi adalah hal yang amat ia syukuri. Bagaimana gadis
dengan penyakit mematikan ini bisa membuka mata setiap harinya? sangat
memungkinkan bahwa ada saat dimana mata ini tak akan terbuka lagi di setiap
paginya, pikir Kayra.
"Kay,
Sarapan dulu sayang" Suara ibu paruh baya memanggil anak bungsunya.
"Iya
bunda, Kay turun sekarang." Sahut Kayra bergegas melenggang menuruni
tangga menuju ruang makan.
"Pagi anak
ayah" Sapa lelaki paruh baya kepada Kayra.
"Pagi
yah." Kayra mencium pipi bunda dan juga ayahnya di ruang makan.
"Yee anak
kesayangan mami papi nih, sampe anak perempuan yang satu lagi di hiraukan"
Gerutu Anastasya Rosiana Adiva-Kakak perempuan Kayra.
"Selamat
pagi kak Ros garang" Kayra melenggang mencium pipi kakak tersayangnya.
"Ih nama
gue Anastasya ya bukan Ros Kayra." Kakak perempuannya itu mengeluarkan
tanduk di kepalanya, menunjukkan kekesalannya pada adik semata wayangnya.
"Kakak
udah cocok jadi kak Ros hi hi, lihat tuh nama tengah kakak juga ada Ros nya
haha." Kayra enggan berhenti untuk menjahili kakak perempuannya itu.
"Gue getok
nih." Anastasya mengayunkan sendok makannya menuju kepala Kayra.
"Ets tak
kena." Kayra menangkis serangan sendok itu kemudian berlari kecil.
"Tunggu
tuyuul" Anastasya berlari mengikuti Kayra, dan mereka berakhir
kejar-kejaran layaknya kucing dengan tikus.
"Sudah
nak, ayo makan" Ibu Kayra membawa sebuah nasi goreng dengan telur mata
sapi di atasnya.
"Kalian
ini sudah besar tapi masih aja kaya tikus sama kucing. Nanti ayah jadi macan
nya nih, auuumm." Sontak Kayra dan Anastasya berhenti dan menoleh ke arah
suara ayah yang sedang mengaum dengan memperagakan tangan mencengkeram dengan
wajah khas macan, sontak mereka berdua tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan
ayahnya.
"Ayah
cocoknya jadi embek, mbeeekkk" Anastasya meledek ayahnya itu dengan
menirukan suara kambing dengan menjulurkan lidah.
"Sudah
Tasya, ayah mu nanti merajuk. Lihat pipinya sudah memerah seperti kepiting
rebus." Ibunda Kayra bergantian menggoda suaminya itu.
"Hey
istriku sayang, anak-anak kita ini masih TK sudah biarkan saja mereka berkelahi
seperti tikus dan kucing. Nanti kita kirim ke Playgrub supaya mereka belajar
menyusun huruf abjad dengan benar." Sekarang keluarga mereka sungguh
harmonis, ayah yang humoris, ibu yang sabar, dan kakak perempuan yang
penyayang.
Kemudian mereka
berempat menyantap hidangan lezat dengan bercengkerama satu dengan yang lain.
"Hari ini
jadwal adik kontrol ke RS ya, nanti ayah temani." Suasana menjadi canggung
seolah kegembiraan tadi lenyap seketika, mengetahui bahwa anak bungsunya tidak
akan bertahan lama.
"Gak usah
yah, nanti Kayra sama kak Arga kebetulan katanya sedang ada praktik. Nanti dia
jemput Kay kok." Kay menolak ajakan ayahnya agar sang ayah bisa langsung
berangkat kerja tanpa telat karena mengantarnya check up ke rumah sakit.
"Bener?
Yaudah nanti ayah bilang ke Arga buat jagain kamu, kalau kamu kenapa-napa biar
ayah sleding itu Arga"
"Ayah ini,
anak orang main sleding-sleding aja." Anastasya mencairkan suasana dengan
menanggapi gurauan sang ayah.
Tin..tin..tin
Suara mobil
memarkirkan di depan rumah.
"Nah itu
dia kak Arga sudah datang." Setelah selesai sarapan, Kayra bergegas menuju
suara tersebut.
"Assalamualaikum
Om, Tante, Kak." Sapa Arga Bahtera Pramana- sepupu mereka.
"Wa'alaikumsalam,
nak Arga hari ini mau praktik juga ya?" Ibu Kay menanyakan pria ber jas
putih yang di ketahui sebagai dokter di rumah sakit itu.
"Iya
tante, kebetulan ada jadwal praktik hari ini jadi sekalian berangkat bareng
sama Kay." Ucap laki-laki berusia 29 tahun itu pada ibunda Kay.
"Tolong
jaga putri saya ya, jangan sampai ada lecet satupun. Kalau sampai lecet sedikit
pun kamu saya sleding." Gurau ayah Kay sembari memberi peringatan kepada
keponakan laki-laki itu.
"Ayah ih,
nanti Kak Arga gak mau mengantar Kay lagi loh gara-gara di sleding ayah."
Kayra menanggapi ayahnya.
"Awas lu
apa-apain adik gue, ntar abang lu juga gua apa-apain" Gelak tawa sudah tak
tertahan lagi, gurauan keluarga tersebut sudah mencapai gelak tawa.
"Hey kak,
abang gua takut ketemu sama lu. Kata abang gua lu mirip kak Ros" Ledek
Arga membuat semua orang tertawa.
"Wah awas
ya minta gua bejek-bejek nih, gak Ardian, gak Kay pada bilang gua kak
Ros." Anastasya kembali menggerutu membuat orang rumah menggeleng kepala.
"Yaudah
bun, yah, kak Tasya. Kay berangkat dulu ya." Kay berpamitan dengan orang
rumah.
"Hati-hati
ya sayang." Ucap ibunda Kay.
Arga pun
berpamitan pada keluarga Kay.
Di dalam mobil,
Kay tertunduk lesu. Hal yang sangat ia benci adalah bertemu Rumah sakit.
"Hey,
jangan cemberut begitu dong. Mau es krim?" Arga menyodorkan sebuah es krim
yang tadi ia beli di supermarket terdekat.
"Thank you
kak." Kayra mengambil es krim tersebut kemudian memakannya.
Sesampainya di
Rumah Sakit.
Huft, kita
bertemu lagi. Sekarang berapa lama lagi aku bernafas? Ucapnya dalam hati.
Alicia Kyra
Adiva, panggil seorang suster yang berdiri di depan pintu masuk ruang pasien
khusus penyakit dalam.
Kayra
melenggang masuk karena namanya terpanggil.
Setelah
pemeriksaan, Arga sedikit termenung. Hasil pemeriksaan kali ini tidak sesuai
yang ia harapkan.
"Kenapa
kak? Gak bagus ya hasilnya?" Tanya Kayra telah menduga bahwa kondisinya
semakin memburuk.
"Kay,
akhir-akhir ini kamu sering tidur hingga larut malam ya?" Arga mengetahui
penyebab akhir-akhir ini tentang menurunnya kondisi Kayra.
"Hm iya
kak, akhir-akhir ini setiap akan tidur kepala Kay seakan akan meledak. Sangat
sakit, sehingga Kay tidak bisa tidur." Kayra menjelaskan apa yang ia
rasakan setiap malam.
Setelah
penjelasan tersebut, Kay di beri obat dan sedikit wejangan oleh Dokter Arga-
sepupu sekaligus dokter Kay.
"Aku antar
pulang ya." Arga bergegas mencopot jas kebanggannya tersebut.
"Ah tidak
usah kak, Kak Arga juga masih ada jadwal lagi. Kayra mau ke toko buku sebentar
sama teman. Tenang aja nanti Kay juga bilang sama ayah kok." Kayra menolak
untuk mengganggu waktu Arga lagi.
"Tapi
Kay-"
"Daah, Kay
pergi dulu. Assalamualaikum." Kayra melenggang pergi bergegas keluar dari
Rumah Sakit
Alunan melodi
kafe membuat gadis cantik itu melamun melihat pemandangan yang menurutnya tak
kan bisa ia pandangi kembali. Dengan segelas americano dan sepotong
croissant di sudut tempat favorit
baginya. Penyakit nya membuat ia tidak bisa memakan makanan kesukaannya, tidak
bisa pergi ke tempat yang indah baginya. Maka tak jarang, ia menghilang
sebentar di saat ia merasa tidak baik-baik saja. Ia akan menghampiri tempat
favorit nya dan memakan makanan kesukaannya tanpa memedulikan penyakit yang ia
derita. Ia hanya ingin menikmati hidup saat seperti dirinya dahulu. Penyakit itu
membuat kehilangan waktu untuk dirinya sendiri.
Kayra membuka
sebuah buku yang ia beli di bookstore favorit nya, sebagai seorang penulis
tentu membaca dan menulis adalah bagian dari hidupnya. Ia menghabiskan banyak
waktu untuk menulis karena hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini, penyakit
nya membuat ia tidak bisa bekerja terlalu keras.
“Kisah pangeran
dan putri itu seperti dongeng yang ingin aku capai.” Ia bergumam setelah
membaca buku “Prince Fall in Love With Beautiful Princess.”
Jam sudah
menunjukkan pukul 17.00 WIB, ia membuka Handphone yang ia matikan. Benar saja
20 panggilan tak terjawab dari ayah, dan 23 panggilan tak terjawab dari Kak
Arga. Belum lagi pesan masuk dari Kak Tasya.
“Huft, penyakit
ini membuat keluargaku semakin khawatir.” Ia melenggang keluar beranjak pulang,
karena keluarganya semakin hari semakin over protektif terhadap Kayra.
Sesampainya
dirumah, benar saja omelan ayah yang pertama kali ia dengar. Setelah berjam-jam
mendengarkan semua yang ayah katakan, ia masuk ke kamar. Di dalam kamar ia
hanya menangis, rasa lelah itu semakin menggerogoti tubuh dan juga pikirannya.
Setelah tiga
tahun berjalan, kondisi Kayra semakin mengkhawatirkan. Namun karya-karya
semakin gemilang. Ia berhasil mendapatkan piala sebagai Penulis Ter-Favorit
dalam ajang penghargaan SAC Award tahun 2022 di seluruh Indonesia, ia juga
beberapa kali menjadi motivator dalam sebuah acara. Selama melakukan kegiatan
yang menyibukkan itu, ia selalu bersikap tenang dan menutupi segala rasa
sakitnya.
Hari ini ia
akan menghadiri lagi acara penghargaan JTC Award karena ia kembali masuk dalam
nominasi Penulis Terbaik tahun 2023. Dress berwarna putih dengan manik-manik
cantik sangat cocok dengan tubuh Kayra yang ramping. Ia menatap cermin yang
menampilkan dirinya dengan sangat cantik.
“Aku bangga
sama kamu Kay, mampu bertahan sejauh ini. Aku kira kita hanya akan bertahan
selama satu tahun ternyata kita bisa melewati hingga tiga tahun. Tuhan baik ya
Kay, hari ini kamu sangat cantik, lebih cantik dari biasanya karena biasanya
hanya memakai dress berwarna hitam, untuk kali ini aku ingin memakai warna
putih ini. ” Ucapnya pada diri nya sendiri di depan cermin. Ia membawa mawar
putih yang telah lama ia rawat dengan baik, mawar putih yang memiliki arti suci
dan bersih. Hari ini ia petik dan membawanya bersama gaun putihnya.
“Masyaa Allah,
cantik banget anak ayah.” Ayah sedikit menitikkan air mata karena melihat
putrinya keluar dengan dress putih sangat cantik. Ini pertama kalinya mereka
melihat Kayra menggunakan baju berwarna putih.
Mereka semua
bergegas pergi, setibanya di sana Kayra berjalan diatas red carpet yang telah
disediakan untuk tamu undangan. Reporter dan media turut menyorot kehadiran
Kayra. Semua mata menatap Kayra.
“Wahh, sangat
cantik.” Ucap salah satu fotografer yang mengabadikan momen Kayra tersenyum
dengan manisnya. Ia melangkah dengan hati-hati menyapa setiap penggemarnya,
matanya tertuju pada gadis kecil yang juga memakai gaun putih, namun wajahnya
yang terlihat pucat. Kayra mendekatinya.
“Are you okay?”
Ia menyapa gadis kecil itu.
“I'm okay I'm
here to see you, U're so beautiful Mrs. Alicia. Don’t go.” Ucap gadis itu
dengan memanggil Kay sebagai Alicia. Media menyorot apa yang diucapkan gadis
itu karena kalimat terakhirnya adalah jangan pergi.
“A gift for
you, lekas sembuh ya jangan sakit.” Ia memberikan mawar putih berharganya dan
memberikan senyuman terbaiknya, ia mengerti apa maksud yang diucapkan gadis
kecil itu.
Acara telah
dimulai, diawali dengan MC yang membacakan susunan acara, hingga banyaknya
hiburan yang ada. Setelah hiburan selesai saatnya membacakan para pemenang
Award JTC 2023.
“Nominasi
Penulis Terbaik 2023” MC menyebutkan satu persatu penulis yang masuk dalam
nominasi salah satunya Kayra.
“Dan Penulis
Terbaik Tahun 2023 JTC Award adalah...”
“Mrs. Alicia
Kyra Adiva.” Suara tepuk tangan dan sorakan kebahagiaan berkumandang. Kayra
memenangkan nya lagi.
Kayra dengan
senyumannya berjalan menuju panggung untuk mengambil pialanya dan mengucapkan
sepatah dua kata.
“Saya
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ayah, Ibu dan keluarga yang selalu
mendoakan saya, mensupport saya, tanpa mereka saya bukan apa-apa. I am very
proud of you dad, thank you for being my father. Thank you mom, for being the
best mom in the world. And to my older sister, thank you even though you're
annoying but, I really love you.
Dan untuk semua
Alicious (sebutan untuk penggemar Kayra) I am very grateful to those of you who
are always with me, thank you for reading my works, thank you for always
supporting me, terima kasih telah hadir dalam bagian hidupku, menemaniku, dan
selalu ada untukku. Always take care of your health, and always be happy. Rest
assured wherever you are I will always be by your side Don’t be sad and don't
give up. I always love you guys.”
Kata yang
diucapkan Kayra begitu menyentuh para hadirin yang datang pada saat itu, banyak
dari mereka yang menitikkan air mata. Kayra mengucapkan nya dengan penuh
kehati-hatian, dan senyumnya yang tak pernah pudar meski air matanya tak
tertahankan.
Namun, sakit
yang ia rasakan sedari tadi sudah tak sanggup ia tahan, jantung nya mulai
berdegup dengan kencang, tangannya gemetar, pandangannya mulai kabur, dan rasa
sakitnya sudah tak bisa ia rasakan. Kayra terjatuh saat kalimat terakhirnya,
semua orang lantas terkejut sekaligus histeris. Kayra segera di bawa ke rumah
sakit. Agra selalu dokter Kayra bergegas untuk memeriksanya.
Setelah
beberapa lama, Agra keluar dari ruang IGD tempat Kayra berada.
“Nak Agra
gimana keadaan Kayra.” Ibunda gadis cantik itu begitu khawatir akan putri
kecilnya.
Agra menunduk
dengan rasa bersalah.
“Jawab kamu
Agra! Gimana keadaan Kayra! Dia baik-baik saja kan!?” Ayah Kayra terlihat
sangat marah, dan tak berdaya melihat kondisi putrinya yang sudah tak berdaya.
“Ayah, sadar
yah istighfar.” Anastasya mencoba menenangkan ayahnya.
“Saya sebagai
dokter Kayra meminta maaf sebesar-besarnya. Alicia Kyra Adiva telah berpulang
dengan damai.” Ucap Agra dengan tangis yang ia pendam.
Seluruh
keluarga Kayra shock dan menangis sejadi-jadinya. Ibu Kayra pingsan dan ayahnya
tak kuat menahan segala rasa sakit melihat putri yang ia cintai telah tiada
untuk selama-lamanya. Sebenarnya mereka semua sudah siap untuk ini, karena
mereka tahu bahwa kanker yang Kayra derita sudah semakin parah. Namun, mereka
berpura-pura agar Kayra tak kehilangan semangat hidupnya. Satu tahun ia di
diagnosa bahwa umurnya hanya mencapai satu tahun, namun karena semangatnya
ingin sembuh dan juga dukungan dari keluarganya. Ia mampu untuk bertahan selama
tiga tahun lamanya. Namun, pada akhirnya Allah lebih menyayangi Kyra.
Ayah Kayra
masuk ke dalam ruangan dimana putrinya berada.
“Nak, anak ayah
yang cantik. Sudah tak sakit lagi ya nak? Sudah tenang ya nak? Anak ayah cantik
sekali tersenyum, memakai gaun putih ini. Ayah bangga sama Kayra, terima kasih
ya sudah menjadi anak ayah. Ayah selalu sayang Kayra, tunggu ayah ya sayang.”
Ayahnya memegang tangan Kayra, dengan ikhlas dan juga pasrah.
“Dek, Maafin
kakak ya, kakak tahu kakak suka jahili kamu. Tapi, rasa sayang kakak, melebihi
rasa sayang siapa pun. Kayra udah gak sakit lagi ya? Makasih ya udah kuat
selama ini, kakak janji kalo nanti kakak udah ketemu Kayra pasti kakak beliin
es krim kesukaan Kayra. Terima kasih sudah menjadi adik kakak.” Anastasya
sangat kehilangan sosok adik bungsu yang sangat ia cintai, ia rela memberikan
apa pun demi adiknya.
“Kayra sayang,
ini bunda nak. Anak manis, anak cantik, anak baik ibu. Maafin ibu ya, belum
bisa jadi ibu yang baik buat Kayra. Terima kasih sudah jadi anak ibu, Ibu
bangga sama Kayra.” Ucap ibu Kayra dengan Isak tangis.
Mereka semua
melepas Kayra dengan ikhlas. Mawar putih nya kembali lagi ke tangannya. Kayra
di makam kan di TPU dekat dengan rumahnya. Para penggemar sangat histeris,
karena mereka tidak mengetahui jikalau penulis favorit nya telah mengidap
penyakit yang begitu mematikan, karena Kayra tak pernah menunjukkan bahwa ia
sakit, ia selalu menyembunyikan rasa sakit itu agar orang yang ia temui selalu
bisa bahagia tanpa bersedih atau merasa kasihan terhadap dirinya. Ribuan mawar
putih mengelilingi makam gadis cantik itu. Kayra selama hidupnya melakukan
banyak kebaikan, yang menjadikan ia orang yang baik karena itu banyak sekali
yang menyayanginya, para awak media ingin meliput pemakamannya. Namun, sesuai
permintaan Kayra sebelumnya ia tak ingin ada kamera yang meliput pemakamannya.
Ia ingin dikebumikan dengan tenang.
Gadis cantik
itu telah pergi bersama mawar putih, selamanya.
Pesan yang
terkandung
Mensyukuri apa
pun yang kita miliki saat ini, termasuk tubuh yang sehat adalah hal yang paling
penting untuk kita syukuri. Sosok Kayra ini memberi kita pelajaran untuk tidak
menyerah akan kondisi terburuk sekalipun, ia menjalaninya dengan semangat, tak
sekalipun ia menyerah. Menjalani hidup dengan ikhlas dan memaksimalkan kebaikan
yang ia lakukan.
Selalu berbuat baik sekecil apa pun, karena kita tak pernah tahu kebaikan apa yang akan membawa kita ke surga-Nya. (Pemalang, 20 Februari 2023 Rika Sary)
Posting Komentar untuk "CERPEN - Until I Close My Eyes - Oleh : Rika Sary "